Tuesday, July 23, 2013

APA BEDANYA PSIKIATER DENGAN PSIKOLOG

Baru saja saya BW ke blog seorang psikiater. Beliau memposting tentang perbedaan antara psikiater dan psikolog. Benar apa yang dikemukakan beliau bahwa dewasa ini masih banyak masyarakat awam bahkan sarjana psikologi yang salah dalam mengartikan "psikiater" dan "psikolog".

Oke, langsung saja...

Siapa itu Psikiater?
Secara dasarnya, psikiater adalah seorang DOKTER. Psikiater adalah seseorang yang mengambil konsentrasi spesialis ilmu kejiwaan. Tentunya harus lulus pendidikan dokter umum dulu, lalu melanjutkan studinya dengan bekerja minimal 4 tahun di rumah sakit khususnya di poliklinik spesialis kedokteran maupun spesialis psikiatri. Nantinya, mereka akan diuji oleh Kolegium Psikiari tempat di mana mereka praktek. (sumber: http://infopsikiater.blogspot.com/2010/04/kemana-lebih-dulu-psikolog-atau.html )

Siapa itu Psikolog?
Pertama-tama, psikologi itu apa hayo?? Yap, betul! Psikologi itu adalah salah satu cabang ilmu humaniora yang TIDAK memiliki hak khusus untuk menggunakan pendekatan medis atau "mengobati orang sakit". Psikolog adalah mereka yang pada saat kuliah S1 mendalami ilmu untuk membuat alat ukur psikologi dan menggunakan pendekatan berdasarkan tes-tes psikologi guna melihat aspek klinis dari gangguan psikologis pada klien. Dan, untuk dikatakan sebagai seorang "psikolog" mereka harus melanjutkan ke jenjang S2 Profesi (terserah konsentrasi yang dipilih, mau industri organisasi, klinis, pendidikan dan perkembangan, sosial atau lainnya). Psikolog yang profesional adalah mereka yang menguasai interpretasi alat-alat tesnya untuk mengetahui kondisi psikologis klien ataupun menegakkan diagnosis gangguan jiwa. Baru setelah diagnosis ditegakkan, maka tugas mereka selanjutnya adalah menentukan treatment apa yang layak diberikan kepada klien. Treatment yang dimaksud biasanya disebut sebagai "psikoterapi". Psikoterapi ini ada berbagai jenis. Terkadang, ada pula klien yang hanya membutuhkan treatment berupa konseling tanpa psikoterapi dan ada pula yang membutuhkan keduanya. Namun, dalam perkembangannya, di dalam dunia Psikologi Klinis juga terdapat bentuk Psikoterapi Biomedis, terutama bagi mereka yang memang mempunyai gangguan kejiwaan yang sudah tidak dapat ditangani oleh psikoterapi lain. Nah dalam hal ini tentu saja yang berhak memberikan treatment OBAT adalah psikiater, bukan psikolognya. Psikolog hanya memberi rujukan kepada psikiater setelah ada penegakan diagnosis.

Lalu apa bedanya Psikiater dan Psikolog?
Tentu beda. Saya pikir, kalian semua sudah paham dengan pengertian dari masing-masing tulisan di atas. Apabila ada seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan dan memerlukan tindakan pengobatan, maka semestinya orang tersebut mendatangi PSIKIATER, sebab psikiater lah yang berhak memberikan tindakan tersebut. Sedangkan, apabila ada seseorang yang hendak mengetahui IQnya atau ingin dites dengan alat ukur psikologi atau punya masalah kejiwaan yang masih bisa ditangani oleh psikolog, maka datanglah ke PSIKOLOG. Tetapi, apabila pada saat konsultasi atau dites dengan alat ukur psikologi ternyata terdapat diagnosa yang menunjukkan adanya gangguan mental yang memerlukan tindakan medis, maka psikolog perlu memberi rujukan kepada psikiater.

Jadi, kalau seandainya Anda sedang mengalami gangguan kejiwaan baik ringan maupun berat, harus datang ke mana, Psikiater atau Psikolog?
Yang pasti, sesuai kebutuhan Anda selaku klien/pasien. Seperti yang diuraikan sebelumnya, apabila Anda memerlukan tindakan pengobatan medis, maka datanglah kepada ahlinya--> DOKTER Sp.KJ atau Psikiater. Dan, apabila Anda ingin mensharingkan masalah Anda sekaligus mengetahui kondisi psikologis melalui alat ukur agar lebih valid, maka datanglah pada ahlinya--> PSIKOLOG. Ingat, Psikolog adalah mereka yang sudah menempuh S2 Profesi dengan sematan "M.Psi, Psikolog" di belakang namanya (biar lebih tahu gitu...).

Apakah psikolog itu sama dengan konselor?
Kalau menurut apa yang pernah saya peroleh, dalam dunia psikologi dengan semua konsentrasinya, konseling itu juga termasuk dalam salah satu aktivitas yang berbarengan pada saat melakukan/memberikan tes psikologi. Untuk melakukan interpretasi terhadap hasil dari alat ukut tersebut kepada klien, tentu diperlukan aktivitas konseling dengan klien maupun terhadap orang-orang terdekat klien.

Berangkat dari kata konselor sendiri, seingat saya yang pernah dikatakan oleh dosen klinis saya--merujuk pada kode etik psikologi--bahwa sarjana S1 Psikologi itu belumlah resmi dikatakan sebagai psikolog tetapi boleh memberikan kegiatan konseling hanya saja DILARANG keras memungut bayaran sebagaimana yang dilakukan oleh psikolog profesional yang memang sudah menempuh S2.

Kalau dunia konseling sendiri, zaman sekarang sudah ada jurusan BK/BKI (Bimbingan Konseling konvensional maupun Islami) seperti tempat di mana saya mengajar. Nah, kalau di jurusan BK ini, tentunya mereka yang lulusan BK resmi dikatakan sebagai seorang konselor profesional nantinya sebab dalam perkuliahan, mereka lebih mendalami apa dan bagaimana itu konseling. Bedanya dengan psikolog, alumni BK tidak memiliki kewenangan utama untuk memberikan pengetesan dengan alat-alat ukur psikologi yang biasa digunakan psikolog. Apabila mereka kedatangan klien yang di tengah konseling membutuhkan rujukan tes psikologi maka hendaknya mentransfernya kepada psikolog karena yang lebih tahu tentang alat ukur dan interpretasi alat ukut tersebut adalah psikolog. 

Namun, sekarang sudah berkembang pula berbagai jurusan yang memberikan kuliah konseling seperti jurusan komunikasi. Terkadang, banyak pula alumni mereka yang notabene bukan dari basic BK maupun psikologi malah diberikan "label" konselor dari orang banyak lantaran sering memberikan konseling kepada banyak orang. Yaah.. kalau itu, Mamaku atau Mbahku juga bisa. Makanya, sekarang ini konsentrasi serta destigmatisasi tentang psikologi maupun BK masih sering nge-blur, banyak beberapa aspek yang seharusnya dilakukan oleh keduanya, malah diambil alih oleh orang lain. 

Overall, kalau di beberapa RSJ kalian biasa menemukan psikolog bekerja di RSJ pula, it karena antara PSIKOLOG dan PSIKIATER tentu memiliki hubungan kerja sama yang erat disesuaikan dengan keahlian masing-masing. Mereka juga saling melengkapi dan membutuhkan, jadi tidak ada tuh yang namanya "lebih hebat" dari ini... dari itu.. bla bla....  Wallahu'alam bish showab. :))

5 comments:

  1. waah... gamblang sekali penjelasannya..
    nice sharing ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya, Mbak^^ sama-sama. makasih ya udah berkunjung

      ini biar orang2 pada jelas soalnya skrg definisi dan keahlian psikolog, psikiater dan konselor pun masih blum byk yg tahu dgn jelas apalagi utk msyrkt awam.

      Delete
  2. waaah jdi paham sekarang...

    oiya, wktu kuliah pny teman yang ambil jurusan psikologi.. temen2 kos bnyk yg curhat ke dia, rasanya nyaman gitu, dewasa dan tenang, apa pengaruh juga ya krn ambil jurusan psikologi :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe sama kyk saya yg sy alami tuh, malah dulu sy dijuluki psikolog sjk SMA hehe.. kalo soal itu trgantung dr pribadi dan pembawaan tmn mbak itu aja, biarpun dy bukan basic psklogi klo nyaman ya nyaman aja, tp klo ad yg blg org psklg itu lbh nyaman diajak curhat itu bisa jd sugesti. tp overall, org psklogi itu mmg diajarkan bgmn cara konseling (mnghadapi klien) dgn baik sama sprti jurusan BK.

      Delete
  3. Artikelnya mantap, sekalian saya minta ijin untuk di saya jadikan referensi dari situs tentang psikologi.
    yang memuat tentang

    Tokoh Psikologi
    Teori Psikologi
    dan
    Psikologi Kepribadian

    terima kasih,
    salam kampusungu.com

    ReplyDelete

Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.