Tuesday, July 23, 2013

IRONI HARI ANAK NASIONAL

Selamat HAN (Hari Anak Nasional) 23 Juli 2013!  
by republika.co.id

Hari ini Indonesia mengangkat tema "Indonesia yang Ramah dan Peduli Anak Dimulai Dari Pengasuhan Keluarga". Tema tersebut masih ada hubungannya dengan psikologi karena ada kata pengasuhan.

Menanggapi tema tersebut, saya pribadi masih bertanya-tanya, apakah Indonesia bisa konsisten dengan tema itu? Mengingat sekarang makin banyak kasus "salah suai/asuh", kasus kriminalitas anak maupun berbagai problema kekerasan serta ketidakadilan anak yang terjadi. 

Kata Kak Seto, Jika ada hal yang terjadi pada diri si anak, jangan salahkan ia, sebaliknya, sebagai orangtua harus saling introspeksi masing-masing. 
Saya sependapat dengan Kak Seto. 

Memang benar, sekolah pertama bagi anak adalah "ibunya" (baca: orangtuanya) atau di rumahnya. Apabila sang anak mendapatkan pendidikan yang baik dan sehat dari keluarga, maka konsep diri positif akan terus tertanam dalam diri si anak sampai kelak ia dewasa. Sebaliknya, jika terdapat sedikit saja "goresan kekeliruan" yang diterima dari orangtuanya, maka jangan salahkan bila suatu saat si anak tersebut akan bertindak sama kelirunya dengan orangtuanya atau justru tumbuh menjadi anak yang withdrawl atau bahkan tumbuh menjadi orang dengan tindakan/perilaku yang dicap "salah" oleh masyarakat.

Kemarin, saya menonton berita sore. Dalam berita tersebut terdapat kasus di mana ayah sang anak tengah dilanda depresi akibat ditinggal pergi sang isteri kemudian melampiaskan emosinya pada anaknya yang masih bayi dan bayi itu hampir saja remuk lebam kalau saja warga tetangganya tidak lekas menangkap sang ayah.
Astaghfirullah. Sepertinya, hal di mana orang tua punya masalah dan menjadikan anak sebagai korban tindak kekerasan mereka itu memang sudah mendarah daging. Saya juga sering sekali mendengar keluhan dari sahabat dari teman-teman saya yang menjadi korban KDRT orangtuanya. Jika pun ada dari mereka yang selamat, tidak trauma dan baik-baik saja meski ortu mereka berselisih, itu jumlahnya hanya segelintir.

Belum lagi, di kota-kota metropolis, masih banyak kita jumpai anak-anak jalanan yang masih kecil-kecil tapi sudah harus merasakan kerasnya hidup di jalanan, bekerja mencari nafkah dengan jalan mengemis, ngamen bahkan mencopet dan ada pula dari mereka yang ketika ditanya, mereka melakukan itu dengan dasar motif "paksaan" dari orangtua. Miris sekali! Apakah hingga saat ini masih ada gitu orangtua yang tega menyuruh anaknya bekerja serabutan begitu? Kasihan sekali! 

by tunasbangsa.kemsos.go.id

Seharusnya, di usia yang masih sangat muda itu, mereka lebih tekun dan giat dalam mengenyam pendidikan. Namun apa daya. Selain asuhan keluarga yang salah, sumber daya, wadah/fasilitas yang layak untuk mereka pun juga tidak memadai karena ketidakmampuan mereka. Ini juga PR besar bagi kita dan pemerintah. Tentang dunia pendidikan bagi anak-anak bangsa. Alih-alih ada bantuan beasiswa dari pemerintah, namun masih sangat jelas bahwa sosialisasi beasiswa untuk anak miskin masih salah tanggap, masih kurang gencar. Hal ini tergambar jelas ketika Deddy Corbuzier mengundang bintang tamu seorang anak SMK yang lulus dengan nilai UN tertinggi namun sayangnya ia mengaku tak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena tak ada biaya. Belum lagi sering saya jumpai pendaftar beasiswa di beberapa lembaga justru tergolong anak-anak yang mampu dan mau-mau saja mengurus "surat keterangan miskin" untuk memperoleh beasiswa. Hmm... sungguh miris!

Dengan banyaknya PR tersebut, seharusnya menjadi cambukan luar biasa agar pemerintah segera membenahi sistem di negara ini. Ini semua untuk generasi penerus kita. Jangan hanya mendirikan sekolah-sekolah bertaraf internasional dengan harga tinggi, kalau di pinggiran sana masih banyak anak-anak bangsa yang justru tidak seberuntung anak-anak mampu dalam mengenyam pendidikan. Belum lagi praktek curang dari pihak sekolah yang mengatasnamakan "Sekolah gratis" tapi masih saja menarik biaya gedung, biaya seragam, buku dan lain sebagainya kepada anak yang kurang mampu.

Nah, satu lagi yang paling urgent yaitu terkait kurikulum berbasis pendidikan karakter. Ini juga harus disosialisasikan lebih tajam lagi agar para pendidik bisa benar-benar paham apa sih yang dimaksud dengan pendidikan karakter itu, jadi bukan sekadar retorika belaka. Tentunya, ini juga tidak terlepas dari ajaran agama yang dianut oleh anak-anak tersebut. Jangan hanya memberikan mereka pelajaran umum, tetapi juga harus disertai dengan ajaran rohani yang kuat. Karena dengan kekuatan rohani, mereka insyaAllah bisa menjadi generasi yang cerdas dan berakhlak mulia. Kita tidak mau kan melihat anak-anak kita cerdas tapi perilakunya bobrok, ibadahnya "hancur". Sekali lagi, IQ itu mungkin penting, tapi IQ akan lebih berdaya guna jika dibarengi dengan EQ dan SQ yang seimbang.

Semua tindak korupsi perlu dibasmi. Ini semua untuk kelangsungan hidup generasi bangsa. Kita harusnya malu pada bangsa lain yang justru ada dari mereka yang menerapkan pendidikan murah dengan kualitas terdepan bagi anak-anak bangsanya. Kalau kita? Coba berkaca dulu! Masuk sekolah saja sudah mahal, tapi harga tersebut tidak sejalan dengan kualitas generasi cetakannya.

Kalau saya boleh bilang, setidaknya pemerintah masih bersyukur mengingat sekarang semakin bertumbuhnya para sukarelawan, dermawan, wirausahawan yang mau mengulurkan tangannya untuk langsung membantu kesejahteraan anak-anak bangsa, khususnya di bidang pendidikan. 

Ironi sekali andai setiap tahun merayakan HAN, namun setiap tahun pula semakin bertambah kasus mengenaskan yang menimpa anak bangsa. 

Yuk, kita mulai dari diri masing-masing. Ayo kita bantu para generasi agar cita-cita bangsa untuk mewujudkan "Anak Indonesia Sehat, Kreatif dan Berakhlak Mulia".


2 comments:

  1. semoga anak-anak indonesia tidak menjadi dewasa sebelum waktunya...selamat hari anak-anak nasional, keep happy blogging always...salam :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sudah berkunjung, salam kenal balik :)

      aamiin, semoga ya, Pak.

      Delete

Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.