Monday, June 12, 2017

KENAPA FOTO KAKI SIH?

"Some people are anchored to this world by their feet, others by their fears."
-John Kramer, Blythe-


Suatu ketika dia nanya, "Kok foto kaki sih?" Saya hanya menjawab, "Haha, nggak papa. Suka aja."
-----------

Saat saya lagi malas selfie, saya malah lebih suka foto kaki. I don't know why, tapi ada rasa nyaman sendiri buat saya saat foto kaki. Kalau diperhatikan, dari beberapa foto kaki saya, background-nya sama semua ya hehe cuman nampakin latar belakang lantai polos meskipun berada di tempat yang berbeda.



Foto di atas itu sewaktu saya masih praktik kerja profesi tahun 2015 lalu tepatnya di SLB Lawang. Saat saya datangnya kepagian, saya kadang iseng selfie atau foto apa aja sendiri di ruang asesmen. Oh ya, ngomong soal sepatu, jujur saya lebih suka flat shoes. Kenapa akhirnya saya beli sepatu itu yang solnya tampak ada sedikit hak-nya kayak foto di atas? Itu karena saat itu saya benar-benar lagi butuh sepatu yang agak formal, namun sesampainya di Mall, saya sempat agak susah mencari yang sama dengan ukuran kaki saya. Malah, saat saya menghampiri salah satu counter sepatu, mbaknya sampai menawarkan untuk melebarkan sepatu dengan sebuah alat. Entah apa namanya, pokoknya itu alat untuk melebarkan. Lah, kalau dilebarkan terus nanti jadi rusak, saya juga nggak mau dong. Akhirnya, saya keliling ke Matahari Matos, nggak dapat yang sesuai selera saya. Terakhir, saya masuk ke Buccheri. Sebenarnya saya menghindari beli yang mahal. Namun, mata saya sulit untuk tidak berpindah ke lain hati lagi saat melihat sepatu warna Tan yang kalian lihat di foto atas ini. Simpel, warnanya natural dan cocok untuk formal. Itulah yang saya cari. Akhirnya, saya putuskan untuk membelinya karena kebetulan tinggal satu-satunya yang size 40. Di tempat lain ada sepatu lain size 40 tapi size-nya entah kenapa kekecilan untuk kaki saya dan Buccheri ini pas banget, nggak kegedean tapi juga nggak kesempitan. Bahannya kokoh. Saya beli itu tahun 2011 atau 2012 ya, saya agak lupa, tapi seingat saya itu waktu saya S1 akhir-akhir skripsi. Saya beli karena berpikir mungkin setelah itu saya kerja, jadi lebih baik beli sekalian. Sampai sekarang, sepatunya masih awet, hanya saja solnya itu agak termakan sedikit sih. Gimana ya ngejelasinnya. Jadi solnya yang tadinya rata, sekarang permukaannya sudah nggak rata. Mungkin gara-gara saya pernah pakai sembari mengendarai motor dan menyentuh aspal saat mengerem. Jadi kalau dilihat sekilas, solnya timpang, nggak rata gitu. Tapi untungnya masih enak sih dipakainya, masih bagus juga. Cuman kulitnya ada yang tergores namun tidak sampai merusak kulitnya, waktu itu beli dengan krim pembersihnya cuman sudah kadaluwarsa mungkin jadi sudah nggak pernah saya bersihkan. Ini bahannya kulit sintetis sih ya jadi lebih awet. Warnanya pun nggak pudar. Intinya, kalau pakai sepatu bagus dan sedikit lebih mahal, saya eman-emani jangan dipakai sembari mengendarai motor apalagi kalau musim hujan, jangan sampai sepatu ikutan kena basah. Jadi, setiap kendarai motor dan dalam setiap musim apapun, mau hujan atau nggak, saya lebih prefer pakai sandal jepit dulu. Jadi, setelah tiba di kampus atau kantor, baru deh saya ganti pakai sepatu.
---------------


Foto ini saya ambil saat berada di stasiun KA Kota Baru, Malang. Waktu itu masih musim praktik namun praktik kali itu di RSJ Menur Surabaya. Mau gak mau setiap Jumat, saya pasti pp Malang-Surabaya. Kalau balik, kadang sendirian, kadang juga bareng teman yang lain. Saat itu saya tengah menunggu kereta sendirian. Gak ada kerjaan, jadi selfoot aja.
---------------


Foto ini saya ambil beberapa bulan lalu saat sedang antre di Richeese Factory samping Poltekes Negeri Malang. Saat itu, Bapak ngajak kami sekeluarga makan di luar. Daripada bete karena antrenya panjang, jadi selfoot lagi deh. Saat itu, tepat di barisan antrean depan saya ada sepasang sejoli. Mereka terlihat begitu serasi, ceweknya cantik dan cowoknya juga tampan. Lucunya, melihat style ceweknya, saya jadi teringat sama para personil JKT 48. Kok bisa keinget itu? Pasalnya, saat itu, si cewek memakai pakaian persis seperti personil JKT 48 ala-ala siswi Jepang, roknya pendek di atas lutut dengan akses rempel dengan motif kotak-kotak berwarna merah hitam kemudian didobel dengan kaos kaki stoking warna hitam transparan, rambutnya pendek sebahu lurus bak habis dicatok lalu dipermanis dengan pita merah. Dia juga memakai cardigan warna hitam. Hidungnya sedikit mancung, matanya sipit dan rupanya manis. Posturnya lebih pendek dan lebih kurus sedikit dari saya. Dia juga mengenakan tas berwarna hitam. Di depan saya, dia bersama sang pacar terlihat saling berangkulan, ngobrol entah apa yang diobrolin seolah dunia hanya milik mereka berdua sementara yang lain ngontrak. Cowoknya pun tampak cuek dengan dunia sekitar. Matanya hanya tertuju pada si ceweknya tadi. Kalau diperhatikan sekilas, cowoknya ini usianya cenderung lebih tua daripada si cewek, maybe seorang mahasiswa. Mengobservasi mereka bikin saya jadi Zzzzzz..... sendiri, bukan ngantuk, maksud saya, saya jadi gimana gitu lihatnya. Kalau dibilang iri sih nggak juga, tapi saya cuman merasa sedikit bahagia tapi sekaligus awkward melihat tingkah mereka. Bahagia karena mereka tersenyum berdua melulu. Awkward-nya karena jarang sih lihat orang pacaran sambil mesran-mesraan sembari antre pula di tempat makan gini :D...
----------------


Foto terakhir ini saya taken tadi siang saat sedang menunggu legalisiran ijazah sekaligus transkrip nilai di kampus 1 Pascasarjana UMM Jl.Bandung. Kok pakai sepatu sandal sih ke kampusnya? Hehe pikir saya karena udah nggak ada kegiatan kuliah jadi ya gak papa lah ya menabrak formalitas. Saya juga lagi malas pakai sepatu sih :D. Tadi sewaktu di kampus, saya melihat salah seorang laki-laki yang mungkin usianya sudah 30-an, saya nggak tahu pasti. Dia duduk di deretan kursi yang berada dua meter di deretan kursi saya. Dia sedang asyik menelepon dan duduk dengan gaya yang sangat nyantai. Hal yang saya observasi dari dia adalah ketika dia meludah dua kali. Kok kesannya kurang sopan gitu ya, meludah di dalam kampus ya walaupun liurnya itu masuk ke sela-sela bolongan besi, tapi kan tetep aja saya kurang setuju. Lagipula jarak antara kursi dan bolongan besi itu sekitar satu meter. Seandainya saat itu, ada orang yang nggak sengaja lewat di depannya terus dia refleks meludah, tentu nggak bisa dimaafkan ya. Saya juga sering sih lihat Bapak yang meludah di jalan. Literally, saya kurang suka sih kalau ada orang apalagi itu cowok yang meludah di jalan atau di tempat umum. Ya, ada baiknya kalau meludah mending ke toilet atau kamar mandi dulu atau kalau mau praktis, sediakan tisu lalu meludahlah dengan tisu sambil menutup mulut. Kita juga nggak tahu kan, barangkali ada orang yang jijik dengan melihat liur kita napak di jalan dan itu bisa jadi menyebarkan virus penyakit yang tidak sehat bagi yang nggak sengaja menginjaknya. 

Saat itu, saya tengah mencari tempat fotocopy lewat GPS, tapi berhubung sinyal lemot, akhirnya saya memutuskan untuk keluar kampus mencari sendiri dulu baru setelah itu kembali lagi. Saya pun dengan santai berjalan lewat tepat di depan orang yang meludah tadi. Dia dengan posisi kaki bak selonjoran (kakinya di rentangkan memanjang hingga hampir mencapai batas jarak dengan bolongan besi di depannya), saya lewati dengan santai tanpa permisi. Kenapa akhirnya saya seperti itu, sebab saya nggak mau jalan di koridor dekat bolongan besi yang sudah dia ludahi tadi. Saya sibuk melihat dan menata map berisi ijazah dan transkrip tapi mata saya sekilas melirik ke arahnya dan orang tersebut melihat saya berjalan di depannya mulai dari saya berdiri hingga saya berlalu beberapa detik dari hadapannya. Ya, memang sih, dia tidak merugikan saya, namun, karena dia sudah mengotori lantai yang harusnya nyaman untuk dilalui orang yang berjalan dengan liurnya, jadi saya berpikir terlalu sopan jika saya berjalan sambil permisi, toh, koridor itu juga jalan umum meski berdempetan dengan kursi tapi orang-orang bebas untuk lewat. Ya, semoga nggak ada lagi orang-orang seperti itu. Kalau ketemunya orang yang buang liur di pasar-pasar sih, saya masih bisa maklum ya karena pasar pun tempatnya seperti itu, tapi ini di kampus. Dan, baru kali ini saya melihat ada orang yang meludah di dalam kampus dan itu posisinya sedang duduk di depan lantai koridor. Kalaupun dia malu meludah, seharusnya lebih mendekat lagi ke bolongan jadi liurnya nggak nyiprat ke mana-mana.





Yap, segitu dulu ya cerita saya di balik foto-foto kaki ini. Memang sih fotonya kurang mencerminkan background ceritanya karena hanya ada kaki dan lantai gitu aja. Tapi, meskipun juga cerita di baliknya hanya cerita receh, paling nggak ada sedikit pesan di antara foto-foto kaki tersebut. 

Kalau kalian suka foto kaki juga apa nggak nih?

No comments:

Post a Comment

Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.