Hari Selasa sore kemarin, kami sekeluarga menyempatkan diri berziarah ke makam mbah putri dan mbah kakung kami. Entah mengapa namun hari itu kami pribadi sangat ingin mengenakan pakaian yang bernuansa putih. Seketika langit sore masih terlihat terik. Kami menempuh perjalanan yang sedikit jauh dan berada di daerah dataran tinggi.
(almarhumah=baju hijau, diambil saat acara lamaran salah satu cucu kandungnya di kota Malang)
Kami terlebih dahulu berziarah ke makam mbah putri, mbah Sini namanya sebelum menuju makam almarhum suami mbah Sini. Dahulunya almarhumah adalah seorang ibu yang dengan berbesar hati bersedia membiayai sekolah ibu kami yang berasal dari sebuah desa di kabupaten Madiun. Almarhumah adalah seorang anak yatim yang sangat berbeda dari saudara-saudaranya yang sedikit tamak akan harta warisan sepeninggal orang tua mereka, sosok yang sangat taat beribadah, tegas, pekerja keras bahkan ketika suaminya harus dipanggil oleh Allah terlebih dahulu. Meskipun demikian, beliau adalah panutan terbaik bagi kami pribadi. Almarhumah mengajak ibu kami menyusuri tanah perantauan, tempat beliau tinggal bersama suaminya. Di sana juga lah ibu kami bertemu dengan ayah kami dan almarhumah lah yang membiayai pernikahan orang tua kami, memberikan modal bagi orang tua kami agar dapat membeli rumah sendiri. Alhamdulillah hingga sekarang kami sekeluarga sudah hampir genap 28 tahun hidup di tanah perantauan ini, tepatnya di kota Parepare, Sulawesi Selatan. Meskipun kami sekeluarga telah lama tinggal di sini namun kami tetap menghormati budaya asli seluruh keluarga besar kami sebagai keturunan jawa.
Almarhumah pun juga sangat berjasa bagi kami pribadi. Kami sebagai anak pertama ibarat cucu terakhir bagi almarhumah karena sepersusuan. Sewaktu kecil, almarhumah sering menyusui kami ketika ibu kami sedang sibuk atau ASI-nya kurang lancar. Oleh karena itulah kami dikatakan sebagai cucu sepersusuan dengan cucu-cucu kandungnya sendiri. Anehnya, acap kali kami mendengar bahwa di antara semua cucu-cucu kandungnya bahkan di antara adik-adik kandung kami sendiri, kami pribadilah yang sangat spesial dan paling disayang oleh almarhumah. Kami juga tidak tahu-menahu namun, menurut penelusuran kami perhatian yang beliau berikan selalu sama rata pada semua cucu-cucunya.
Begitu banyak kenangan yang tertinggal. Kenangan yang selalu dapat menguatkan diri kami pribadi. Almarhumah adalah kenangan terindah yang kami rasakan hingga saat ini. Bagaimana tidak, sejak kecil kami selalu ditanamkan nilai-nilai agama dari beliau. Karena kami pribadi sering menginap di rumah beliau, menemani beliau dalam kesendiriannya yang jauh dari anak cucunya yang tinggal menyebar di berbagai kota dan pulau. Dari situlah kami pribadi diajarkan berbagai ilmu agama dengan bahasanya yang lembut, ringan namun penuh makna. Almarhumah selalu bercerita tentang pengalamannya setiap kali beliau pergi ke tanah suci Makkah baik pada saat menunaikan ibadah haji maupun umroh. Meskipun cerita tersebut selalu berulang, kami tidak pernah bosan mendengarkannya. Mungkin itulah petunjuk yang Allah berikan agar hati kami dilembutkan dan dipermudah untuk menerima kebaikan dan hidayah-Nya.
Kami sangat bersyukur mempunyai beliau yang sangat menyayangi kami. Beliau adalah "model" dan "ummahat" terbaik yang pernah kami teladani. Kami masih sangat ingat jelas, kala itu kami berdua duduk di teras rumah beliau lalu beliau bercerita tentang masa lalunya di mana kakak-kakaknya berebut harta warisan setelah wafatnya kedua orang tua mereka. Takjub! Dengan keadaan beliau yang hanya sebagai pegawai sipil biasa di sebuah rumah sakit yang penghasilannya tidak besar, beliau tidak pernah mengeluh sedikit pun. Selama kami hidup dan masih melihatnya, beliau sama sekali tidak pernah mengeluh. Beliau justru sangat semangat dan selalu membagi semangatnya pada anak cucunya, entah mereka mau dengar atau tidak.
Dan...., selasa kemarin saat berada di pusara makam almarhumah, kami merasakan kedamaian yang berlipat ganda. Entah mengapa kami justru tersenyum lebar dan hati kami merasa kuat tanpa menitikkan air mata setetes pun di hadapan makam almarhumah. Padahal, sudah dua tahun hingga bulan Mei tahun 2012 ini mulai beliau sakit parah hingga meninggal, kami tidak ada di sampingnya karena tugas perkuliahan yang tidak dapat kami tinggalkan. Sedih rasanya ketika orang tua kami memberi kabar bahwa beliau sudah tidak ada. Yaah wajar saja, semua pun pasti akan merasakan hal yang sama ketika ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintai.
Tidak ada kenangan yang pahit ketika hidup bersama beliau. Meskipun beliau sudah tidak ada, semua pelajaran yang pernah beliau berikan akan selalu kami amalkan. Semua ini atau hal apapun, di manapun dan kapan pun jiwa dan raga kita pasti akan selalu tertuju pada kematian. Death is Absolutely. Kenangan orang-orang yang kita cintai akan selalu berharga dari apapun itu bahkan ketika orang tersebut telah mati.
--I always love you, grandma--