Sunday, September 5, 2021

Tipe Inner Critic Manakah Kita?

1:34 PM 0 Comments

Oleh: 

Yanuarty Paresma Wahyuningsih, S.Psi., M.Psi., Psikolog

 

credit: image by bitmoji

Malang,

Minggu, 5 September 2021

Apakah kita sering mengkritik diri habis-habisan seolah telah melakukan suatu kesalahan yang fatal? Tampaknya itu adalah segelintir tanda bahwa inner critic atau kritik batin sedang menyerang diri kita. Inner critic muncul dalam wujud yang variatif namun tanda yang paling umum kita alami adalah kita kerap menghujani diri sendiri dengan pesan atau kalimat negatif yang bisa menyebabkan kepercayaan diri maupun harga diri kita jatuh.

Betapa kejam ketika kita mampu menghalau bahkan mengabaikan kritikan tajam dari orang lain namun tidak bisa mengendalikan kritikan yang bersumber dari dalam diri sendiri. Berkaitan dengan ini, Hal Stone dan Sidra Stone (1994) mengemukakan bahwa inner critic atau kritik batin sebenarnya memiliki fungsi yaitu mencegah diri dari rasa malu dan rasa sakit. Namun di dalam perkembangannya, rasa malu dan sakit (pain) dipandang sebagai sesuatu yang negatif dan tidak boleh terjadi padahal kenyataannya perasaan tersebut adalah bagian dari suasana hati  atau akibat dari suatu peristiwa yang dialami oleh siapapun selama masih dalam batas yang wajar (tidak berlebihan).

Proses perkembangan dari kritik batin ini dapat diamati sejak masa pertumbuhan di usia anak dan berkaitan dengan pengasuhan orangtua. Dalam proses pertumbuhan anak, orangtua kerap menuntut dan mengajar anak-anak mereka agar berperilaku dan berpenampilan baik menurut ekspektasi orangtua ataupun standar sosial yang dianut oleh sebagian besar orang di lingkungan mereka. Dengan demikian, para orangtua meyakini bahwa apabila anak-anak selalu menunjukkan sikap dan penampilan yang baik dan sesuai ekspektasi orangtua maka anak akan tumbuh menjadi seseorang yang berhasil di dunia, di manapun itu baik di rumah, di tempat kerja maupun di lingkungan sosialnya. Hal ini menyebabkan orangtua begitu gigih untuk mengawasi, mencari-cari kesalahan dan memberi penilaian yang tidak tepat terhadap anak kemudian bersikeras menuntut anak untuk memperbaiki kesalahannya (Stone & Stone, 1994).

Obsesi orangtua yang menginginkan anaknya tumbuh menjadi orang hebat dan mampu memenuhi segala ekspektasi mereka, hal ini justru dapat membuat anak menjadi tertekan. Orangtua merasa mendapatkan kenyamanan apabila anak mereka tidak melakukan kesalahan namun hal ini tentu saja melawan kecenderungan respon alami anak yang lama-kelamaan bisa terbawa hingga di masa dewasa. Orangtua tidak senang saat anak mereka melakukan sesuatu yang dianggap salah namun sikap orangtua yang demikian bisa membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang selalu merasa kurang. Kritik batin ini bisa tumbuh dengan cara membuat sang anak mengembangkan perasaan ingin selalu merasa diterima dan disukai orang lain. Ketika mereka berbuat salah atau tidak dapat memenuhi ekspektasi diri sendiri maupun orang lain maka mereka dapat merasa bersalah, gagal dan ditolak.

Earley dan Weiss (2013) mengidentifikasi bahwa terdapat 7 (tujuh) jenis Kritik batin antara lain; [1] The Perfectionist ; [2] The Inner Controller ; [3] The Taskmaster ; [4] The Underminer ; [5] The Destroyer ; [6] The Guilt Tripper; dan, [7] The Molder. Mari kita bahas satu per satu ya.

[1] The Perfectionist. Kritik batin berbentuk The Perfectionist ini mencoba membuat seseorang melakukan segala sesuatu dengan sempurna. Individu dengan kritik batin jenis ini memiliki standar yang sangat tinggi baik dalam hal performa, produktivitas maupun perilaku. Jika orang tersebut gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan, maka kritik diri si perfeksionis ini menyerang dengan mengatakan bahwa perilaku atau apapun yang kita kerjakan tidak cukup baik sehingga menyebabkan individu tersebut sulit untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaannya. Tidak jarang, tipe orang dengan kritik diri Perfeksionis juga tampak merasa sulit memulai sesuatu, tidak tahu ingin memulai dari mana dan takut jika hasilnya tidak sesuai ekspektasi yang bisa membuat mereka gagal.

[2] The Inner Controller. Kritik batin dengan jenis The Inner Controller atau Pengendali Batin ini dicirikan pada individu yang kerap berusaha mengendalikan perilakunya yang impulsif seperti mudah marah, makan secara berlebihan atau lainnya. Kritik diri dalam bentuk pengendali batin ini muncul dengan cara memperlakukan individu setelah melakukan sesuatu yang impulsive.

[3] The Taskmaster. Seseorang dengan kritik batin jenis Taskmaster ini tampak pada hasratnya untuk terus bekerja terlalu keras agar mencapai keberhasilan. Alih-alih memberikan motivasi, kritik batin jenis ini justru dapat menekan dan menghakimi bahwa individu tersebut adalah pribadi yang pemalas, tidak kompeten dan bodoh. Akibatnya, orang dengan kritik batin jenis ini juga kerap terlibat dalam pertengkaran dengan diri sendiri maupun orang lain dan sering menunda-nunda sebagai cara untuk menghindari pekerjaan yang membuatnya tidak nyaman.

[4] The Underminer. Individu yang memiliki kritik batin jenis Underminer ini kerap merasa tidak percaya diri dan tidak berharga sehingga cenderung enggan mengambil risiko atau melakukan suatu pekerjaan karena menganggap pekerjaan tersebut hanya akan berakhir dengan kegagalan. Kritik batin seperti ini menyerang dengan cara memberi tahu individu bahwa dia tidak berharga. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering takut mengambil keputusan termasuk keputusan yang besar dan mencegah diri melakukan sesuatu agar terhindar dari penolakan dan ancaman. Jika dibiarkan, hal ini bisa menyebabkan seseorang tidak bisa mengembangkan diri dan potensinya secara maksimal.

[5] The Destroyer. Kritik batin jenis ini menyerang harga diri seseorang dari yang paling dasar. Seseorang dengan kritik batin ini cenderung kerap merasa malu dan enggan melakukan apapun. Selain itu, kritik batin ini bisa menghancurkan vitalitas, kreativitas dan membunuh keinginan atau motivasi seseorang.

[6] The Guilt Tripper. Kritik batin ini menyerang seseorang disebabkan oleh tindakan tertentu yang dilakukan atau tidak dilakukan pada masa lalu yang diduga membahayakan orang lain terutama orang yang dicintai. Kritik batin ini membuat seseorang merasa bersalah, tidak bernilai dan sulit memaafkan diri sendiri akibat perilaku tertentu yang dianggap tidak dapat diterima.

[7] The Molder. Seseorang cenderung berusaha menyesuaikan dirinya terhadap standar masyarakat atau bertindak dengan cara tertentu berdasarkan budaya atau adat-istiadat. Kritik batin ini menyerang seseorang ketika bertindak tidak sesuai dengan standar yang berlaku dan memuji ketika melakukannya. Kritik batin ini menekan seseorang untuk terus melakukan standar-standar tersebut setiap saat karena jika mereka tidak mematuhi atau mengikutinya maka mereka akan mengkritik diri habis-habisan bahwa mereka tidak akan diterima oleh lingkungan.

Setelah membaca ketujuh tipe inner critic di atas, manakah yang relate dengan diri kita saat ini? Apapun itu, yuk belajar perlahan untuk memulihkannya. Bagaimana cara meredakan dan berdamai dengan inner critic tersebut? Kita akan bahas pada postingan artikel berikutnya di hari lain ya.


Referensi:

Stone, H., & Stone, S. (1993). Embracing Your Inner Critic: Turning Self-Criticism into a Creative Asset. New York: Delos, Inc.

Earley, J., & Weiss, B. (2013). Freedom from Your Inner Critic: A Self-Therapy Approach. Louisville, Colorado: Sounds True.

https://www.voicedialogueinternational.com/articles/The_Inner_Critic.pdf