Saturday, October 16, 2021

PULIH DARI TRAUMA, SULITKAH?

8:15 AM 0 Comments

pic by bitmoji


Oleh

Yanuarty Paresma Wahyuningsih, S.Psi., M.Psi., Psikolog

 

Malang, 16 Oktober 2021

Kalau kita pernah mengalami peristiwa yang tidak hanya mengganggu dan menegangkan tapi juga menyebabkan kita merasa tidak berdaya, sulit meregulasi emosi, merasa tidak aman terus-menerus dan menghambat berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari, bisa jadi kita sedang mengalami trauma. Trauma psikologis bisa membuat kita struggling dengan kondisi emosi, ingatan terhadap peristiwa traumatis tersebut dan rasa cemas yang tidak tahu kapan akan mereda. Kondisi trauma juga bisa membuat seseorang merasa putus asa, sulit mempercayai orang lain dan tidak berdaya menjalani kehidupannya.

Trauma merupakan respons emosional terhadap peristiwa mengerikan dan terdapat after effect baik berupa keterkejutan maupun penolakan serta melibatkan reaksi jangka panjang antara lain munculnya pengalaman perasaan yang tidak terduga, kilas balik, gejala fisik dan hambatan dalam menjalin hubungan sosial (APA, 2013).  Peristiwa yang seperti apa sih yang bisa membuat kita trauma? Pengalaman atau peristiwa traumatis tidak selalu melibatkan cedera fisik atau melibatkan luka fisik tapi juga luka emosional. Peristiwa traumatis juga tidak ditentukan oleh fakta objektif melainkan peristiwa tersebut dikatakan traumatis berdasarkan bagaimana pengalaman emosional subjektif kita memaknai peristiwa tersebut. Secara umum, peristiwa traumatis bisa berupa kecelakaan, luka atau cedera, bencana alam, dan kekerasan. Selain itu, kondisi stres yang berlangsung terus-menerus tiada henti seperti berjuang melawan penyakit yang mengancam keselamatan jiwa dan bertempat tinggal di lingkungan yang erat dengan tindakan kejahatan yang tinggi juga bisa menyebabkan trauma pada seseorang (Ronad, Patali, & Patali, 2018).

Ketika kita mengalami peristiwa buruk pun, kita tentu butuh beberapa waktu untuk mengatasi rasa sakit atau luka agar bisa merasa aman kembali. Lalu, apa saja langkah yang bisa dilakukan agar mampu recovery dari trauma? Disclaimer sebelumnya, bahwa kemampuan masing-masing individu dalam proses pemulihan tentu berbeda. Oleh karena itu, setiap orang bisa mencoba mencari cara yang membuat mereka aman dan nyaman selama proses pemulihan.

Ronad, Patali, & Patali (2018) merangkum beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk beradaptasi dengan after-effect dari trauma agar di kemudian hari kita memiliki bekal ketika menghadapi peristiwa atau pengalaman serupa.

1.    Bergerak/Lakukan Aktivitas Fisik

Cedera psikologis pasca trauma pun juga bisa mengganggu kesehatan tubuh. Pikiran dan perasaan yang mengganggu bisa semakin memperkuat ketakutan seseorang. Oleh karena itu, salah satu langkah pemulihan yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik seperti olahraga ternyata berperan dalam membantu memperbaiki sistem sensorik. Para ahli menyarankan bahwa latihan fisik selama kurang lebih 10-30 menit setiap hari baik untuk kesehatan fisik maupun mental. Latihan fisik tidak hanya berupa latihan angkat beban tapi juga berjalan, berlari, bermain bola, menari, berenang atau lainnya. Kenapa perlu olah fisik? Melakukan latihan fisik ini bukan semata-mata untuk mengalihkan perhatian kita terhadap pikiran dan perasaan mengganggu ya. Melakukan latihan fisik maksudnya adalah memberikan waktu bagi diri sendiri untuk benar-benar being mindful, memusatkan perhatian pada tubuh dan memperhatikan sensasi yang muncul saat bergerak. Latihan fisik ini berguna untuk menghindari kerusakan atau gangguan berlebih pada tubuh pasca trauma. Namun, jika mengalami cedera fisik yang parah, maka latihan fisik berat tidak dianjurkan.

2.    Terhubung dengan Lingkungan Sekitar

Seseorang cenderung merasa perlu menarik diri dari orang lain. Sayangnya, mengasingkan diri justru bisa memperburuk kondisi diri. Bergaul dan reconnect dengan orang sekitar bisa membantu individu selama proses pemulihan. Kita tidak perlu terlalu banyak menginvestasikan energi untuk menyendiri. Namun, seseorang yang pernah mengalami trauma cenderung merasa takut atau belum siap untuk membuka dan menceritakan permasalahannya. Saat menjalin kembali hubungan dengan lingkungan sekitar, bukan berarti wajib membahas permasalahan atau luka-luka emosional tersebut. Kondisi setiap orang tentu berbeda dan ada beberapa orang yang tidak siap bercerita atau jika bercerita justru memperburuk kondisinya. Kalaupun ingin bercerita, ceritalah dengan orang yang dapat dipercaya yang bisa mendengarkan kita tanpa menghakimi.

Inti dari menjalin kembali relasi sosial selama proses pemulihan adalah melakukan aktivitas yang tidak ada hubungannya dengan pengalaman menyakitkan yang kita alami. Jika kita menghindar dari keterhubungan dengan teman-teman lama, tidak ada salahnya untuk menyambung kembali silaturahmi terebut. Selain itu, ikut terlibat dalam kegiatan sosial seperti menjadi seorang volunteer juga bisa menjadi sebuah metode yang berguna untuk menantang rasa ketidakberdayaan kita. Dengan membantu orang lain atau berada dalam suatu support group dengan orang-orang yang mengalami masalah serupa atau masalah lain bisa membantu mengurangi rasa kesepian dan isolasi. Menjalin pertemanan dengan orang baru, bergabung dalam komunitas dan mengembangkan kompetensi atau skill baru melalui workshop juga langkah yang baik.

3.    Lakukan Relaksasi dan Mindfulness Exercise dan Jagalah Kesejahteraan Diri

Salah satu fast method yang bisa dilakukan ketika perasaan mengganggu muncul adalah dengan melakukan relaksasi dan grounding. Relaksasi yang bisa dilakukan seperti relaksasi pernapasan dan relaksasi otot. Rasakan sensasi pernapasan dan staying grounded dengan hal-hal yang ada di sekitar. Contohnya seperti duduk di sebuah kursi kemudian rasakan sensasi kaki menapak pada lantai, rasakan sensasi punggung ketika bersandari pada badan kursi, rasakan pula sensasi bau atau aroma yang menguar di sekitar kita, sensasi penglihatan dengan memandang beragam hal, benda atau situasi yang tertangkap oleh mata dan rasakan sensasi saat mendengar beragam suara di sekitar.

Selain itu, melindungi kesejahteraan diri juga langkah yang penting. Salah satu langkahnya adalah dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, tidur yang cukup. Bila memerlukan perawatan pendukung lainnya maka tidak ada salahnya mengupayakan diri mendatangi ahli profesional sesuai dengan keluhan lanjutan yang dialami.

Sekali lagi, proses pemulihan setiap orang pasca mengalami peristiwa traumatis tentu berbeda ya. Mudah atau sulitnya proses pemulihan pasca trauma bergantung dari perspektif atau cara pandang dan penilaian subjektif kita terhadap kondisi diri sendiri. Jika kondisi kita tidak kunjung membaik, maka segera mencari bantuan profesional adalah langkah yang tepat. Proses pemulihan tidak hanya dilakukan sendiri, kadang kita juga butuh saran dan arahan dari orang lain. Namun, perlu diingat bahwa penanganan apapun yang kita jalani bertujuan untuk mengembalikan keberdayaan dan keberfungsian diri dalam aspek-aspek hidup kita. Oleh sebab itu, setelah mendapatkan penanganan yang tepat, sudah menjadi tugas kita untuk membiasakan diri melanjutkan langkah-langkah tersebut secara proaktif dan mandiri.

 

Referensi:

American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical of Mental Disorder. DSM V. Fifth Edition. Washington DC: American Psychiatric Association.

Ronad, A. V., Patali, C. S., & Patali, S. C. (2018). Ways to overcome emotional and psychological trauma in a day today life. Current Trends in Biomedical Engineering & Biosciences, 17 (1), 001-005. DOI:10.19080/CTBEB.2018.17.555955.