Friday, December 14, 2012

Cerita Mini - Rindu Bilal

5:01 PM 0 Comments


(sumber gambar: google, hehe maaf ya copast picture, abis gak ada yg mau jadi model cerita ini sih :D)

Renyai hujan mengulur kebersamaan antara kita. Antara kita yang memenggal pupus setelah terpisah oleh samudera rindu yang luas dan dalam. Binar-binar matamu terasa menyejukkan. Napasmu sewangi lili putih, berhembus pelan melalui lubang hidung bangirmu, membuatku semakin terpesona ketika berhadapan tepat sejengkal di hadapanmu. Lembut tanganmu membelai punggungku yang berhari-hari haus akan kehadiranmu. Perlahan, kau menyunggingkan lengkungan manis di sudut bibir dan lesung pipimu semakin tegas tergores. Ibu jarimu kau sentuhkan pada daguku yang kian tersipu malu.

Hujan terlepas semakin deras, langit rata memutih. Kau masih saja enggan melepas pelukanmu terhadapku, berharap atmosfer dingin tak mampu melayukan nuansa hangat antara kau dan aku yang sedang berbalas rindu. Matamu terpejam dalam pembaringan di bahu kananku. Sayup-sayup nada indah terlontar dari bibir ranummu, "Sebentar lagi. Izinkan aku memelukmu sebentar lagi, Sayang." Aku hanya mengangguk pelan dan kembali mengeratkan lingkaran kedua tanganku ke punggungmu. Ya Allah, sungguh aku tak ingin moment ini lenyap begitu saja barang sekejap mata. Tak masalah sekalipun hujan ini semakin membekukan tubuhku asal aku dapat terus mendekap lelakiku ini lebih erat dan lebih erat lagi.

Angin tiba-tiba berhembus kencang sejalan dengan rintihan suara hujan yang kian memekikkan telinga. Kubuka mata perlahan lalu aku terkejut setengah waras. Kupandangi sekelilingku. Mataku mencari-cari sosok lelakiku yang seketika musnah bersama tiupan angin. "Bilal, kamu di mana?" pekikku di bawah rintikan hujan. Sekujur tubuhku kuyup. Air mata pun tak mampu terbendung. Kakiku terasa lunglai hingga membuatku terjatuh ke dasar aspal yang turut beku bersama hujan.

Aku rindu Bilal. Aku rindu lesung pipinya. Aku rindu pada setiap kehangatan yang ia berikan. Ternyata benar, moment indah itu telah tercabut habis dari akar kehidupanku. Tak ada lagi Bilal yang selalu mendekapku kala hujan turun. Musim hujan kulalui dengan suram tanpa Bilal, suamiku.

Parepare, 14 Desember 2012
Di bawah atap yang bermandikan hujan senja

--Cermin (Cerita mini) ini kudedikasikan buat mbak-mbak, mas-mas, temen-temen yang udah pada punya pasangan atau yang sebentar lagi bakal nikah, kecuali aku (penulisnya) yang masih single heheh. selamat menikmati hidangan ini. ^___^