KAMU
paresma.psikolog
2:05 PM
4 Comments
Aku ingat jelas ketika kamu menangis di hari penyatuan cinta kita. Diam-diam, kelenjar mataku menitikkan airnya usai mengucapkan ijab qabul. Bahagia luar biasa, itu yang kurasa ketika berhasil duduk sebagai pendamping hidupmu. Kulihat semburat cerah di wajahmu. Kamu mengangsurkan dahi untuk kucium lembut saat kita duduk berdua di pelaminan. Kamu tersenyum. Walaupun tak secantik putri Indonesia, bagiku kamu tetap istri tercantik di hatiku. Saat kubisikkan kata-kata lembut, kamu merajuk. "Gombal," itu katamu sambil menjawil pipiku.
Sebulan setelah menikah, kita menjalani hubungan jarak jauh. Tidak lama, hanya dua bulan. Ah, itu juga terasa lama bagiku. Setiap hari di sela bimbingan skripsi, kamu selalu menyempatkan waktu untuk meneleponku. Kadang pula aku lebih dulu menyapamu via BBM. Hari demi hari, kucoba berpuasa demi menahan rindu tak terbendung ini. Aku rindu memelukmu, mencium keningmu, menjawil pipi putihmu dan mengganggumu ketika sedang mencuci piring.