Monday, December 22, 2014

MENDAPATKAN TEMAN ITU SANGAT MUDAH, TAPI TIDAK BAGINYA

7:38 PM 1 Comments
Sepanjang jalan menuju proses peng-integrasian hasil laporan praktikum alat tes ini, saya jadi kepikiran sama si testee. Sudah lama kenal tapi baru saat ini saya benar-benar memahami apa yang tersembunyi di balik wajah cantik dan polosnya.

Dia sebenarnya cukup cerdas namun dari hasil beberapa tes yang diberikan, ternyata orangnya inferior atau bahasa mudahnya nggak pedean, merasa rendah diri dan cenderung malas action.

Saya baru sadar kalau dia sebenarnya punya banyak sekali unfinished business. Saya juga baru tahu kalau ternyata dia tidak suka diatur. Alhasil, susah juga untuk membuat janji bertemu dengannya. Otomatis, saya yang harus ngalah karena dia sendiri tidak ingin diatur dengan jadwal pertemuan yang saya tentukan. Permasalahannya itu ibarat benang kusut yang udah terulur ke sana kemari namun nggak pernah jelas gimana cara mengembalikannya secara rapi seperti semula. Mulai dari keluarga, akademik hingga persoalan teman pun bermasalah.

Ambil salah satu yaitu persoalan teman. Kalau diamati, dia punya banyak teman. Saya pun juga tergolong temannya karena kami juga satu fakultas (meskipun beda angkatan) dan pernah satu atap dalam organisasi rohis. Namun, dia masih saja merasa kesepian. Ketika ditanya apa arti sahabat, dia sendiri tidak mampu mendefinisikan dan merasa tidak memiliki sahabat atau teman yang benar-benar khusus dan dekat dengannya. Selama ini, dia hanya memendam sendiri masalahnya. Kalaupun cerita, pasti ke orangtua, terutama ibu, itupun juga tidak semua ia tumpahkan.

Seandainya saya ada di posisi benar-benar tidak mengenalnya selama memberikan tes, mungkin saya harus mengerahkan tenaga yang lebih ekstra agar mendapat simpati darinya. Mungkin ini yang saya tarik sebagai salah satu faktor mengapa ia tidak punya banyak teman, sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan dan merasa tidak punya sahabat. 

Kira-kira apa sih cara yang bisa kita lakukan, paling tidak agar orang lain tertarik untuk berteman dengan kita? Ya, tersenyum. Itu adalah cara paling mudah. Ketika kita menampakkan/memberikan senyum tulus pada orang lain, maka itu akan menjadi kesan pertama yang baik untuk menjalin hubungan interpersonal selanjutnya. Dengan tersenyum, orang lain pun akan menilai bahwa kita menerima kehadirannya. Inilah yang tidak saya temukan dalam diri si testee. Itu juga keluar dari hasil interpretasi tes maupun hasil dari alloanamnesa. Banyak orang yang menilai dia sombong padahal orangnya baik looh. Bagi yang mengenalnya, kalau dia tersenyum dikiiiit aja, subhanallah cantik dan manis banget. Cuman, dia memang tipe orang yang memiliki wajah cenderung apatis. Jadi, kesan pertama yang muncul ketika kita baru pertama melihatnya pasti akan mengira dia adalah orang yang sombong, tidak ramah atau sejenisnya. Padahal tidak. Ekspresi natural dari wajahnya memang sudah seperti itu dan itu juga diakui oleh orangtuanya.