Bagi sebagian orang, sahabat itu adalah tong sampahnya. Yang namanya tong sampah pasti dapat menjadi tempat pembuangan terakhir atas segala apapun yang ia rasakan dan ia alami.
Tapi, pernahkah kamu berpikir? Sahabat itu tidak pantas untuk dijuluki sebagai tong sampah. Ia hanya manusia biasa. Ketika kamu mengeluh, sedih, gusar, rapuh, kamu memang bisa menjadikannya sandaran terakhir saat yang lain menjauh. Namun, tidak pernahkah kamu berpikir bahwa sahabat itu juga butuh senyumanmu, butuh keceriaanmu, butuh kabar bahagia darimu.
Jika ia terus-menerus kau gelontorkan kesedihan, kerapuhan, kegusaran, kemarahan atas apa yang kamu alami, ingatlah, ia juga manusia. Ia bukan malaikat, bukan pula Tuhan. Ia manusia biasa yang juga membutuhkan sapaan hangat dan kebahagiaan dari orang-orang terdekatnya.
Jangan pernah menganggap sahabat adalah ia yang paling ampuh untuk menjadi pemecah masalahmu. Sebab, ia pun sama denganmu. Sama-sama manusia. Ia memang peka terhadap keadaanmu, tapi bukan berarti kamu bisa sesuka hati berkeluh kesah padanya. Ia tentu saja akan jenuh dengan sikapmu yang terus-menerus seperti itu.
Jadi, pahamilah sahabatmu. Jika pun kamu nyaman curhat padanya, jangan sekali-kali kamu menumpahkan semua hal negatif yang kamu pendam. Rajinlah menyapanya dengan kabar bahagia dan buatlah ia tersenyum sebagaimana ia selalu memberikan berbagai upaya agar kamu tersenyum. Berikan ia semangat seperti ia yang senantiasa rela menyuntikkan semangat kala kamu gundah gulana.
Tapi, pernahkah kamu berpikir? Sahabat itu tidak pantas untuk dijuluki sebagai tong sampah. Ia hanya manusia biasa. Ketika kamu mengeluh, sedih, gusar, rapuh, kamu memang bisa menjadikannya sandaran terakhir saat yang lain menjauh. Namun, tidak pernahkah kamu berpikir bahwa sahabat itu juga butuh senyumanmu, butuh keceriaanmu, butuh kabar bahagia darimu.
Jika ia terus-menerus kau gelontorkan kesedihan, kerapuhan, kegusaran, kemarahan atas apa yang kamu alami, ingatlah, ia juga manusia. Ia bukan malaikat, bukan pula Tuhan. Ia manusia biasa yang juga membutuhkan sapaan hangat dan kebahagiaan dari orang-orang terdekatnya.
Jangan pernah menganggap sahabat adalah ia yang paling ampuh untuk menjadi pemecah masalahmu. Sebab, ia pun sama denganmu. Sama-sama manusia. Ia memang peka terhadap keadaanmu, tapi bukan berarti kamu bisa sesuka hati berkeluh kesah padanya. Ia tentu saja akan jenuh dengan sikapmu yang terus-menerus seperti itu.
Jadi, pahamilah sahabatmu. Jika pun kamu nyaman curhat padanya, jangan sekali-kali kamu menumpahkan semua hal negatif yang kamu pendam. Rajinlah menyapanya dengan kabar bahagia dan buatlah ia tersenyum sebagaimana ia selalu memberikan berbagai upaya agar kamu tersenyum. Berikan ia semangat seperti ia yang senantiasa rela menyuntikkan semangat kala kamu gundah gulana.