rumahcurhat |
1 Desember 2013
Masih hujan. Siang jadi basah. Alis Nilon mengerucut, hampir menyambung. Dia masih terpekur dalam lautan kertas-kertas di meja belajarnya. Punggungnya disandarkan ke bantalan kursi. Kedua kakinya diangkat menyilang di atas meja, menjajah kertas-kertas yang sedari tadi menguras emosinya. Tangan kirinya menjepit pinggiran HVS bertuliskan materi kepribadian. Sementara itu, tangan kanannya memutar-mutar pulpen dengan kompulsif. Tulisan itu, dia sendiri yang membuatnya, dicetak dengan huruf besar dan warna-warni. Kepala plontos lonjongnya digoyangkan dari atas ke bawah seraya mengangguk, sekadar memberi pemahaman terhadap konsep Id dari teori psikoanalisa Freud.