Thursday, September 20, 2012

Meniti Kesuksesan Bersama Mereka

7:47 PM 0 Comments

Hari ini dapet pesan singkat dadakan dari sebuah instansi untuk undangan seleksi kerja dari lowongan yang dimasukkan akhir bulan lalu bahwa seleksi dilaksanakan besok pagi di Jawa Tengah. Walhasil, saya akhirnya didiskualifikasi karena masalah waktu dan jarak yang terlampau jauh, yang tidak nutut untuk membawa saya ke tempat tersebut.

Sedih, iya tetapi aku merasa bersyukur di sela-sela itu sebelumnya saya udah mendapatkan peluang besar di tempat tinggal saya untuk sebuah visi yang lebih mulia dibandingkan seleksi kerja tersebut. Sangat bersyukur karena Allah telah menjawab doa-doa saya di tengah penantian demi mendapatkan sebuah pekerjaan.

Mungkin inilah jalan yang Allah tunjukkan. Beberapa hari yang lalu, saya dikontak oleh seorang dosen yang juga merupakan kakak dari adik tingkat yang masih kuliah di UMM juga. Rupanya mereka sejak bulan ramadhan lalu sedang gencar mencari lulusan psikologi yang akan ditempatkan mengajar di salah satu fakultas yang juga terdapat beberapa mata kuliah psikologi tambahan di dalamnya. Walhasil, karena kami belum dipertemukan dalam jangka waktu dua bulan yang lalu tersebut, mereka akhirnya mengambil dosen luar biasa dari Makassar, namun itu pun masih sangat minim. Rupanya dosen LB tersebut hanya punya waktu pertemuan kelas sebanyak 6 kali pertemuan dalam satu semester disebabkan beliau juga adalah praktisi di Makassar sehingga kinerjanya dirasakan kurang maksimal. Hasil yang kurang maksimal tersebut menyebabkan para mahasiswa yang identik dengan sebutan "mahasiswa buangan" tersebut semakin tidak keruan. Mereka sama sekali tidak mendapatkan apa-apa dari apa yang selama ini diajarkan kepada mereka akibat keterbatasan SDM di lembaga tersebut. Ditambah lagi dengan berbagai permasalahan yang sangat complicated dari tiap-tiap mahasiswa/i nya baik masalah personal hingga masalah keluarga yang berkaitan dengan pola asuh bahkan ada pula mereka yang disia-siakan oleh orang tua mereka sehingga memilih untuk membiayai kuliah mereka sendiri dengan cara bekerja di sela-sela waktu kosong saat kuliah bahkan itupun sempat membuat mereka bolos karena harus mencari uang demi bertahan hidup. Mendengar keluhan dari kisah-kisah memilukan para dosen dan mahasiswa/i tersebut, saya baru menyadari mungkin inilah jalan yang harus saya tempuh. Saya yakin Allah mengutus saya untuk berada di sekeliling mereka akan ada banyak pelajaran hidup yang bisa saya peroleh dari mereka.

Dan saya juga mengerti sekarang, untuk sukses pun tidak selamanya harus berada di antara gedung mewah, orang-orang berdasi dan berjas mahal, justru berada di antara mereka yang dianggap kecil, kita juga bisa menjadi sukses dan besar, tidak hanya untuk diri sendiri melainkan juga membantu mereka yang dianggap kecil menjadi pribadi yang akan BESAR pada masanya masing-masing. Amiin, insyaAllah. Apapun yang akan dijalani ke depan semoga bisa tetap istiqomah dan bisa memberikan segala daya upaya yang maksimal sehingga hasilnya pun juga bisa maksimal.

Yap tetap optimis, ALLAH selalu ada untuk kita yang juga selalu ada untuk-NYA..Sabar untuk menanti kesuksesan yang besar dengan melakukan hal-hal kecil tapi memberikan pengaruh yang besar.

GANBAREEE CHINGU !!!!!

Friday, September 7, 2012

Asyiknya Jalan Kaki

7:32 PM 0 Comments

Ini kutulis pada hari Kamis, 6 September 2012. Flashback ke belakang ada banyak banged pengalaman menarik yang pernah kuperoleh selama masa kuliah. Aku pengen menuangkannya lagi. Salah satunya tentang 'jalan kaki'. Haha judulnya kedengarannya gak  jual banged ya hehe. Dulu waktu semester pertama kuliah, aku belum punya kendaraan sendiri. Lebih dari itu aku numpang tinggal di rumah adik bapakku yang letaknya jauh di belakang kampus. Mau gak mau harus benar2 menej waktu. Apalagi angkot di daerah situ tuh ya lewatnya itu pake waktu-waktu tertentu ibarat nungguin bus di Korea gitu. Tetapi ini lebih parah, lewatnya hanya setiap jam delapan pagi, dhuhur dan terakhir lewat tuh jam tiga sore. So, mau tidak mau kalo ada jadwal kuliah pagi banget, aku biasanya nebeng berangkat sama pakde, kalau berangkat siang, harus jalan kaki ngelewatin sawah yang terbentang sekitar 2 Km yang menghubungkan antara rumah tanteku dengan daerah belakang kampus. Itu setidaknya jalan potong yang lebih cepat daripada harus jalan kaki lewat jalur utama.

Oke, tanpa berpikir panjang aku berangkat menyusuri jalan tersebut. Sejenak kupikir jalanan itu tuh menyeramkan apalagi kalau jalan kaki sendirian. Dengan modal bismillah, meski hati rada dag dig dug yaa mau gimana lagi. Eh, tapi ketika berjalan kaki menyusuri pematang sawah itu ya, aku ngerasain suasana yang beda banget. Adem banget rasanya lewat situ, pemandangan hamparan sawah yang luas, penuh nuansa hijau kekuningan, bisa menghirup udara sejuk yang bebas polusi, bisa ngelihat langsung petani yang sedang kerja dan bisa foto-foto juga, hehehe. Semua kelelahan akibat jalan kaki sejauh 2 kilo dalam waktu 30 menit itu terbayar dengan suasana adem tadi. Heum, yaa apa boleh buat sih nyampe kampus harus bermandian keringat tapi nggak apa-apa lah yang penting aku bisa nyampe di tempatku menuntut ilmu sembari berolahraga (kan sehat tuh kalo jalan kaki).

Pernah juga nih ini kisahnya pas waktu pulang kuliah di musim UTS (Ujian Tengah Semester). Biasanya kalo aku pulang nih minta tolong mbak-ku atau mas-ku yang jemputin. Hari itu di rumah mbak-ku sedang nggak ada motor dan mas-ku pulangnya malam. Walhasil aku udah nyoba gitu ya nungguin angkot meskipun aku udah tahu jam-jam nanggung segitu tuh nggak ada angkot yang bakal lewat. Mana mataharinya terik banget lagi. Memang sih ada jalan tikus ke pematang sawah itu tapi jalanan di sekitar sawah penuh dengan lumpur dan aku nggak mungkin lewat situ. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan kaki melalui jalur utama. Bayangin aja tuh, jalanannya naik turun-naik turun. Pada 10 menit pertama menyusuri jalanan yang mendaki sih nggak masalah, oke kudu sabar. Namun ketika menyusuri jalanan rata nan berlubang yang juga dipenuhi dengan pemandangan sawah di kiri kanan jalan itu rasanya....ampun panas banget, rasanya sekujur tubuh ini tuh udah terpanggang matang. Dan lebih dramatisnya lagi, sepatu ujian yang baru saja aku beli, meskipun harganya memang sedikit lebih murah tapi akhirnya jebol juga. Gimana nggak jebol, jalanannya berbatu dan sedikit menurun gitu. Mau buka sepatu tapi kalo nyeker yang ada malah kakiku yang melepuh kena terik matahari. Heuum, benar-benar perjuangan pulang yang penuh cobaan. Akhirnya sampe juga di rumah. Nggak tahunya perjalanan itu memakan waktu hampir satu jam. Aku jadi kepikiran, yaa meski demikian, kudu bersyukur juga sih karena masih banyak di luar sana yang lebih menderita daripada aku.

Finally, semester dua aku udah dibelikan motor sehingga lebih mempermudah akses menuju kampus dan ke tempat lain yang diperlukan. Dan, ketika aku memutuskan untuk nge-kost bersama dengan kru kontrakan Siti Hajar, aku masih sangat senang berjalan kaki. Selain itu, tempat kost teman sekelasku pun lumayan tidak terlalu jauh dari kontrakanku sehingga aku sering ke kost dia hanya dengan berjalan kaki menyusuri gang-gang kecil. 

Rata-rata teman-teman di kontrakan pun tidak mempunyai kendaraan sehingga setiap berangkat atau pulang kuliah sudah pasti berjalan kaki melewati gang-gang kecil yang menjadi jalan tikus menuju kampus. Lumayan juga sih jaraknya. Tapi kalo pake motor, nggak nyampe 10 menit udah sampai gerbang kampus kok. Kadang aku juga nebengin teman-teman kontrakan jika mereka butuh tumpangan. Bahkan pernah juga tuh ada adek kontrakan yang ngotot banget maksa minta anter saking takut telat datang syuro' (musyawarah/rapat, biasa dilakukan oleh aktivis organisasi di kampus) yang biasanya diadakan setiap jam 6 pagi, itu khusus untuk lembaga dakwah yang dia masukin sih, kalo aku nggak sampai segitu paginya kok kalo ikut syuro' kecuali kalo akan ngadain event-event besar dan penting, berangkatnya pasti pagi-pagi buta. Hahaha, but no matter. Karena kami semua adalah aktivis dakwah kampus jadi satu sama lain wajib untuk saling menolong, hehehe. 

Oiya, so far, berjalan kaki itu sangat menyenangkan kok sebenarnya. Bisa ngirit ongkos angkot dan bensin, hehehe. Itulah trik yang biasa kulakukan ketika aku harus berhemat sebab uang di dompet menipis. Ya, tapi nggak semua tempat harus diakses dengan berjalan kaki juga kan. Kan nggak lucu kalo mau ke stasiun kereta dari rumahnya jalan kaki, hahaha yang ada bakal ketinggalan kereta tuh. Selain itu, dengan berjalan kaki, apalagi kalo berangkat kuliah pagi-pagi, aku bisa menemukan banyak hal-hal unik di pinggir jalan yang kulewati. Aku bisa melihat si bapak pengangkut rumput liar yang rajin, disiplin dan ulet yang hanya muncul sekitar jam 6 pagi saja. Bahkan aku juga pernah tuh ketemu sama seorang perempuan yang terlihat seperti penyandang skizofrenia di pinggir toko. Waktu itu dia berseru padaku dengan mengatakan,"hati-hati mbak di situ tuh banyak orang gila,"(sambil nunjuk gedung tua di seberang jalan yang dianggap tempatnya orang gila padahal dia nggak menyadari keadaan dirinya sendiri). Kasian juga sih karena nggak ada dinsos yang mau menjangkau wilayah situ tapi tetap aja ak rada ngeri juga waktu itu saking kagetnya, pagi-pagi buta gitu ternyata ada yang nyapa aku, kupikir tadinya nggak ada siapa-siapa. Hahahaha.

Heum, seru deh jalan kaki itu. Sampai sekarang aku selalu merindukan berjalan kaki seperti yang pernah kulakukan semasa kuliah dulu.


Tuesday, August 28, 2012

Kisah Di balik Self-Efficacy

7:39 PM 0 Comments
Eh malam ini saya ingin cerita sedikit tentang pengalaman menarik yang pernah saya alami. Kenapa saya ngambil judul self-efficacy, yaa biar kelihatan juga sisi psikologinya. :D hehe. Ketika saya duduk di bangku SD dan SMP, alhamdulillah Allah mempercayakan segudang prestasi untuk saya raih di usia yang masih "sangat ingusan". Alhamdulillah selama 6 tahun di SD, saya tidak pernah lepas dari peringkat I tetapi juga pernah sekitar 3 kali rangking II. 

Berkat support dari orang tua, guru serta teman-teman yang selalu memberikan petuah bahwa saya harus yakin dengan kemampuan diri sendiri itulah yang membuat saya meraih beberapa prestasi. Kata-kata yang saya cetak tebal itulah yang merupakan definisi secara bahasa dari kata self-efficacy, jadi kita harus yakin akan kemampuan diri sendiri, pasti bisa.

Sewaktu saya mewakili sekolah untuk mengikuti lomba MIPA sekecamatan, saya sangat gugup namun akhirnya saya menang karena saya yakin dengan kemampuan diri saya. Padahal waktu itu ada banyak siswa-siswi yang terkenal sangat pintar yang menjadi rival saya.

Message Corner

10:23 AM 0 Comments
Di kolom kali ini, aku mau ngeposting secuil kiriman message dari teman-teman baikku. Ini bisa jadi reminder sekaligus untuk merecharge ruhiyah juga sebab kebanyakan isi messagenya bertema religi yang diambil dari Al-Qur'an, Hadits, buku ataupun diambil dari pengalaman yang pernah dialami. Let's read it out!

  • Message from Mia 
Seringkali kita mengeluh, "It's impossible, gak mungkin"
Allah menjawab,"Jika Allah menghendaki sesuatu, cukup berkata Jadi! Maka Jadilah!" (QS Yasin:82)

We often says,"I'm really tired"
But look, Allah answer,"Aku ciptakan tidurmu untuk istirahatmu" (QS An-Naba:9)

Kita pesimis ?
"Allah tidak membebankan sesuatu pada seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya." (QS. Al-Baqaah:286)

Kita bingung?
"I'm stressful"
Remember "Hanya dengan mengingat Allah, maka hati menjadi tenang,"(QS. Ar-Ra'du:28)

Hampir putus asa
"Gak ada gunanya"
Ingatlah "Maka barangsiapa mengerjakan amal kebaikan seberat dzarrah, niscaya Allah akan melihat kebaikannya." (QS. Az-Zalzalah:7)

  • Message from Dhini
"Jangan mancintai orang yang tidak mencintai Allah. Jika mereka bisa meninggalkan Allah, mereka pun akan meninggalkanmu." (HR Imam Syafi'i)

  • Message from kak Iand
Allah berfirman; "Wahai anak adam, luangkanlah waktumu untuk beribadah kepadaku, niscaya Aku penuhi dadamu dan membantu saat engkau membutuhkan, dan jika kalian tidak melakukannya Aku akan penuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak peduli saat engkau sangat membutuhkan." (Hadits Qudsi)

  • Message from 17800
"Doa seorg prajurit bagi puteranya"Tuhanku,bentuklah putraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk menyadari manakala ia lemah. Dan cukup berani untuk menghadapi dirinya sendiri manakala ia takut. Manusia yang memiliki rasa bangga dan keteguhan dalam kekalahan,rendah hati dan jujur dalam kemenangan.Tuhanku, janganlah putraku Kau bimbing paad jalan yang mudah dan lunak. Biarlah kau bawa dia ke dalam gelombang dan desak kesulitan tantangan hidup. Bimbinglah putraku,supaya dia mampu tegak berdiri di tengah badai,serta berwelas asih kepada mereka yang jatuh. Berikan kepadanya kerendahan hati,kesederhanaan dan keagungan yang hakiki,pikiran yang cerah dan terbuka bagi sumber kearifan dan kelembutan dari kekuatan yang sebenarnya sehingga aku, orang tuanya, akan berani berkata "Hidupku tidaklah sia-sia" (Douglas Mac Arthur - ditulis pd masa2 plg sulit perang Pasific).

  • From Nawira
Kupu2 tdk tau warna sayap mrka,tp 0rg2 tw btapa indahx mrk.Spt jg dirimu,,tdk tw btapa indahx dirimu..Tp Allah tw btpa istimewax dirimu di mataNYA Ktk engkau tunduk dlm syari'atNYA...Ridha ats takdirNYA... Trsenyum dlm musibah... Tegar dlm Ujian..Teguh dlm Pendirian.. Subhaanallah...Smoga Engkau,aQ n Qt smw Termasuk 0rg2 terpilih mnjdi 0rg2 terindah di mataNYA...Amin....

  • From Ukh Nia
Jk dkwh ibart phon,ada sj daun2 yg brjtuhn.Tp phon dkwh itu tdk prnh khbisn cr utk mnmbhkn tunas2 brux.Smntr daun2 yg brgu2rn tdk lbh akn mnjd sampah dlm sjarah.Jgn prnh mnylahkn jln ini.Jgn mnyrah krn lelah/lemah.Biarlh lemah mngjarmu smpai ia lelah.Keep Istiqomh. (KH. RAHMAT ABDULLAH).

  • From Chafidh (ketum LISFA)
"Jika pagi datang, org2nya lalai akn brfikir ap yg hrs d krjaknnya, sedngkn org yg brakal akn brfikir ap yg akan dilakukn Allah kpdanya" {Ibnu Athaillah}

  • From 76486
Andai Al-quran bisa bicara,ia akan berkata :"waktu kau masih anak2,kau bagai teman sejatiku,dgn wudhu kau sentuh aku,dlm keadaan suci kau pegang aku,kau baca dgn lirih dan keras, skrg kau telah dewasa, nampaknya kau sudah tdk berminat lagi padaku, apakah aku bacaan usang? Yg tinggal sejarah? Skrg kau simpan aku dgn rapi,kau biarkan aku sendiri. Aku menjadi kusam dlm lemari. Berlapis debu,dimakan kutu,ku mohon peganglah aku lg,bacalah aku setiap hari, Karena aku akan jd penerang dlm kuburmu!!! 

Monday, August 27, 2012

Yearning to Correspondence

1:32 PM 2 Comments
This morning I took myself to the post office, as usual, no other purpose than sending letters. When it started to open the door, spontaneous Degg, really really quit? As I walked toward the counter delivery, the post office would hover my memory when I was sitting in 4th grade.


I used to be very fond of correspondence and philately. I ever have a collection of stamps even though it was not just a few pieces only. I've followed the seminar program that called "sahabat pena" together with friends in one hall of the hotel in this small town. Almost every week, I went to the post office to send a letter to some friends both for my school friend who moved out and for those who know of the address of the sahabat pena's program. There was a friend of Bukittinggi, Jakarta, Sumenep and others. And, often times to the post office, I must be willing to queue up long after school in order to send letters and buy stamps.

But that was then. After entering the 2000s, the hobby is increasingly shifted. Technology became more sophisticated. At home there was already a wireless communication device that is mobile and the internet. So, mailers do not need to bother anymore in the mail. However, when I was junior high school, I was still love my hobby. Another reason, I also have not allowed to use mobile phone. In addition, there was an accident that my school friend who moved to another city so the only way to keep our relationship is  by exchanging letters.

For most of my friends think it's time that the correspondence is something that called "cupu" and old. I do not care about what they say. For me, the correspondence is unique activities, from which we can channel the talent of writing, could have a lot of friends even exchanging letters with envelopes and paper creations cute letter and also could collect stamps.

But, when I started to enter senior high school, I was really lost touch of my friends are. And this time I have repeatedly sent letters to the new address but unfortunately no reply came from the other side. I always miss the sound of a diligent mailman that delivering mail to my home and it is no longer I have encountered. Until now I've lost contact even once had exchanged mobile numbers but because my friend's habits that often forgot to let me know their cellular numbers and what else so finally, it was end. That's the remnants of memories there. Just living a story.

It's very long, and the post office was now full renovation, I did not find many more stamps on display at the counter like a dozen years ago. I did not find a long queue of people who came as the first. Now there are those to go to the post office because want to pick up the average salary retirees, submit documents and send the money via western union. No more young people who came up with the same hobby as I've got previous. No more friend whom Icould share back-related about correspondence. And, I miss it so bad.

                                                                          ----
(Terjemahannya)

Tadi pagi aku menyempatkan diri ke kantor pos, seperti biasa, tiada lain tujuannya selain mengirim surat. Ketika mulai membuka pintu, spontan degg, kok sepi banget ? Saat berjalan menuju loket pengiriman barang, melayanglah ingatanku akan kantor pos tersebut ketika aku masih duduk di bangku kelas 4 SD.

Dulu aku sangat gemar korespondensi dan filateli. Aku bahkan punya koleksi perangko meskipun itu tidak hanya beberapa potong saja. Aku pernah mengikuti seminar program sahabt pena di salah satu hall hotel di kota kecil ini bersama dengan teman-teman. Hampir setiap minggu, aku ke kantor pos mengirim surat untuk beberapa sahabat pena baik itu untuk kawan sekolahku yang sudah pindah maupun untuk mereka yang kukenal dari alamat program sahabat pena itu. Ada sahabat dari Bukittinggi, Jakarta, Sumenep dan lain-lain. Dan, acap kali ke kantor pos, aku harus rela mengantri panjang sepulang sekolah demi untuk berkirim surat dan membeli perangko. 

Tapi itu dulu. Setelah memasuki tahun 2000an, maka hobi itu semakin bergeser. Teknologi pun semakin canggih. Di rumah pun sudah ada alat komunikasi nirkabel yaitu handphone dan internet. Jadi, surat-menyurat tidak perlu susah-susah lagi lewat pos. Meskipun demikian, ketika aku SMP, aku masih menggandrungi hobiku itu. Toh aku juga belum diperbolehkan menggunakan telepon selular sendiri. Selain itu, kebetulan kala itu ada seorang sahabat sekolahku yang pindah ke kota lain sehingga satu-satunya cara untuk menjaga silaturahmi kita adalah dengan saling berkirim surat.

Bagi kebanyakan teman-temanku waktu itu menganggap bahwa korespondensi adalah sesuatu yang cupu dan jadul. I don't care about what they say. Bagiku, korespondensi adalah kegiatan yang unik, dari situ kita  bisa menyalurkan bakat tulis-menulis, bisa mempunyai banyak teman bahkan bisa saling berkirim surat dengan kreasi amplop dan kertas surat yang lucu-lucu juga bisa sekalian mengoleksi perangko.

Sayangna, ketika mulai masuk SMA, aku benar-benar kehilangan kontak dari sahabat-sahabatku tersebut. Padahal waktu itu aku sudah berkali-kali mengirimkan surat ke alamat barunya tetapi sayangnya tidak ada balasan yang datang dari seberang. Aku selalu merindukan suara tukang pos yang rajin mengantarkan surat ke rumah dan itu tidak lagi aku temui. Sampai sekarang aku sudah lost contact meskipun dulunya sempat saling bertukar nomor HP tapi karena kebiasaan sahabat yang suka gonta-ganti nomor dan lupa memberi kabar akhirnya yaa harus bagaimana lagi. Itulah sisa-sisa kenangan yang ada. Hanya tinggal sebuah cerita.

Sudah sangat lama, dan kantor pos itu sekarang sudah full renovasi, aku tidak menemukan pajangan berbagai perangko lagi di meja dalamnya seperti belasan tahun yang lalu. Aku tidak menemukan antrian panjang dari masyarakat yang datang seperti yang dulu. Sekarang yang ada adalah mereka berkunjung ke kantor pos rata-rata untuk mengambil gaji pensiunan, mengirimkan dokumen dan mengirim uang via western union. Tidak ada lagi generasi muda yang datang dengan hobi yang sama seperti yang kupunya dahulu. Tidak ada lagi kawan yang dapat kuajak sharing kembali terkait korespondensi. I miss it so bad.