Setiap minggu saya sangat suka menyaksikan tayangan program kompetisi memasak di salah satu stasiun TV yakni "MASTER CHEF". Namun, semenjak kehadiran "Black Team" yang tadinya benar-benar sangat terpukau tiap menyaksikan tayangan tersebut dengan berbagai orang dan skill yang mumpuni dalam hal masak-memasak kini perasaan itu sedikit pudar. Bukan masalah "Black Team"-nya melainkan "perang mulut" yang menghiasi kompetisi tersebut.
Sungguh sangat disesalkan, kompetisi yang semestinya terlihat awesome harus ternodai dengan "perang mulut" tersebut. Ada yang saling dendam, saling menjatuhkan, saling mengejek skill masing-masing bahkan tidak jarang juga pernah terlontar kata-kata kotor (walaupun kadang disensor) yang mana itu bisa saja menjadi ancaman buruk bagi pelaku kompetisi bila dinilai dari segi attitude-nya.
Lantas di manakah makna kompetisi yang sehat itu berada bila kenyataannya masih saja ada pelaku kompetisi yang suka saling"berperang mulut" seperti itu? Ditambah lagi ajang tersebut selalu up to date ditayangkan di media elektronik.
Bisa jadi orang-orang yang tadinya terpukau dengan tayangan tersebut justru semakin salah arah dalam menanggapi, memandang bahwa acara tersebut menarik dengan adanya "saling kritik" di antara para peserta kompetisinya.
Alangkah semakin "amazing" jika program tersebut tidak diembel-embeli dengan hal-hal seperti itu sebab tontonan itu merupakan bagian kecil sebuah ilustrasi "modelling" bagi siapapun yang melihatnya. Dengan kata lain, tontonan itu juga merupakan sebuah tuntunan. Bisa menjadi tuntunan baik ataupun buruk tergantung dari isi dan kualitas yang tersusun di dalamnya.
Tidak ada gunanya berkompetisi jika sesama rival saling menjatuhkan dengan "kata-kata yang buruk", sifat dendam dan tidak mau menghargai karya masing-masing kompetitor. Kompetisi bukanlah mengajarkan makhluk untuk saling menjatuhkan, saling menghina, apalagi sampai dendam.
Masih ada kompetisi yang sehat, yang benar-benar mengajarkan kita esensi dari kompetisi itu sendiri, mengajarkan berbagai pelajaran berharga dari setiap komponen yang dilombakan, mengajarkan kita tentang kesabaran, manajemen waktu, manajemen sikap, hati bahkan lebih dari itu, kita dapat mengambil hikmah berupa jalinan ukhuwah (persaudaraan) antar sesama kompetitor walaupun kita berdiri sebagai seorang rival (lawan) dan satu hal lagi adalah mengajarkan kita bagaimana menghargai usaha/karya dari tiap-tiap kompetitor termasuk kita sendiri. Seorang rival kompetitor bukanlah seorang musuh.
Jika semua hal itu dicoreng dengan hal buruk, meskipun dianggap kecil namun bisa saja semakin lama justru akan semakin menumpuk dan akibatnya hanya akan mendatangkan "penyakit hati" dan lebih parahnya lagi, apa yang kita lakukan bisa saja menjadi sia-sia dan tidak bernilai apa-apa untuk kita.
Jadi, mau pilih yang mana, berkompetisi secara jujur dan sehat atau berkompetisi diiringi dengan keburukan yang hanya sia-sia???
No comments:
Post a Comment
Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.