Thursday, January 3, 2013

PENYEBAB SESEORANG MENJADI PSK

Pernah baca buku "Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur" ???

Atau sering mendengar bahkan menemukan kasus prostitusi di sekitar kita???

Tapi, aku nggak ngajak sobat KRIUK'ers untuk bahas tuh buku yaa.

Dari kemarin, aku kepikiran buat posting nih tema.

Waktu kuliah dulu (saat sedang mengikuti mata kuliah psikologi konseling), dosenku bertanya kepada seluruh mahasiswa di kelas termasuk aku, "Kenapa seorang wanita menjadi PSK?"


Ada yang menjawab, "Karena nggak punya skill untuk kerja secara halal."

Ada juga yang menjawab, "Karena kesulitan ekonomi, pengen dapet uang banyak."

Ada juga nih yang jawab, "Karena pengen aja."

Gubraaaakkkh....!

Hehehe dan, aku waktu itu cuma menjawab sama seperti yang lain yaitu menjawab seperti jawaban kedua di atas (meskipun aku ngerasa bukan itu jawaban yang sebenarnya).

Ternyata, saat Pak Salis (dosen favorit kami) itu memberikan feedback dari semua jawaban kami, itu semua SALAH BESAR.

Kata beliau, "Kalau ada seorang klien PSK yang datang pada kita terus kita menjawab atau menduga klien tersebut menjadi PSK karena nggak punya skill, kesulitan ekonomi atau jawaban lain yang kalian jawab, itu hanya masalah di permukaannya saja dan itu tidak akan dapat memecahkan masalah sebenarnya."

Lah, terus apa dong jawaban yang benar?

Ketika buka-buka binder catatan kuliah dulu, sayangnya ternyata aku cuma nyatet perkataan tuh dosen dan jawaban yang sebenarnya lupa kucatat saking seriusnya dengerin Bapak Salis menjelaskan di depan.

Tapi, ketika aku browsing beberapa penelitian, ternyata banyak sekali pandangan yang berusaha untuk membahas penyebab seseorang menjadi PSK.

Apakah PSK dapat dituntaskan sampai habis atau paling tidak dikendalikan?

Hampir sebagian besar responden penelitian (masyarakat luas) menjawab "Tidak bisa", "Ah, itu sulit sekali kalau dipikir-pikir", "Maksiat itu bakal tetap jalan tanpa diminta atau bahkan akan makin menjalar ketika dilarang" dan lain-lain.

Aku dan teman-teman juga pernah melakukan penelitian (wawancara) dengan salah seorang PSK dan rata-rata semua PSK menjawab, "Saya ngelakuin itu karena saya miskin, mau nyekolahin anak tapi gak ada duit, mau beli ini itu, gak ada duit, mau kerja tapi gak punya ijazah bla bla bla."

Kalau dicermati, memang kasus prostitusi ini menjadi salah satu penyebab terbesar mewabahnya penyakit AIDS dan penyakit kelamin (seksual) di luar sana.

Walaupun toh mereka pake kondom sekalipun, itu jelas-jelas bukan "pencegahan", melainkan hanya modus belaka.

Semakin gencarnya gang-gang atau daerah yang membuka praktek prostitusi, perdagangan "kelamin" mulai orang dewasa hingga anak "ingusan", dan adanya daerah yang mencap diri sebagai "daerah pencetus program pelacuran", itu semua jelas sangat memprihatinkan bangsa.

Di penelitian (penelitian Koentjoro, 2009), juga menemukan sebuah fakta bahwa dulu pelacuran pernah mengalami masa kejayaan. Baca ini jadi teringat dengan pelajaran sejarah, ternyata gak hanya sebuah bangsa atau kerajaan aja yang punya masa kejayaan, tetapi juga masa pelacuran. Ya, pelacuran ini pernah mengalami masa kejayaannya pada tahun 1820 saat mulai dibuat jalan Anyer-Panarukan oleh Daendells, lalu pada tahun 1825-1830 ketika dibuat jalan kereta api di Jawa, tahun 1840 ketika stasiun kereta api dibuat, tahun 1870 ketika Belanda melakukan privatisasi perkebunan, dan tahun 1904 saat dibangun pabrik gula. 

WOW BGT!!!! (0_0)

Tak menyangka ya??? Bisa seheboh itu rupanya.

Lalu, apa sih yang jadi penyebabnya?

Eum, bismillah aku coba menguraikannya.

Penyebab paling dasar atau akar masalah seseorang menjadi PSK bukan karena nggak punya skill untuk bekerja, bukan juga karena alasan ekonomi yang mencekik. Penyebabnya bisa ditelaah ke bawah dan itu bisa menimbulkan berbagai pandangan tentunya. Maksudnya, faktor pencetus itu bisa diuraikan/ditelaah/ditelusuri dari riwayat kehidupannya saat masih kecil.

Kalau ditengok-tengok di sekitar kita, seseorang yang sejak kecil memiliki hubungan yang kurang atau tidak harmonis dengan lingkungan keluarga (orangtuanya), maka kemungkinan besar ketika si anak beranjak remaja hingga dewasa akan cenderung egosentris (melakukan segala sesuatu menurut cara pandang dirinya, bahwa apa yang dilakukannya adalah benar) sehingga superegonya nggak berkembang dengan baik.

Superego di sini fungsinya untuk menjembatani antara "id" dan "ego". Apabila "id"nya semakin membesar dengan didukung oleh "ego" atau realita yang memadai, maka superego lah yang menentukan apakah yang akan dilakukan setelah itu baik atau buruk baginya.

Dengan kata lain, superego inilah yang menjadi pengendali segala tingkah laku (kalau kata bang Freud) hehe.

Nah, kalau sudah begitu, biasanya si anak ini akan cenderung mudah melakukan penyimpangan atau abnormalitas saat dia remaja hingga dewasa karena "superego" udah jebol.

Nah, ini menjadi tugas besar bagi para orang tua agar lebih memperhatikan perkembangan anak-anak mereka. Orang tua yang memperlakukan anak dengan buru, enggan atau menolak memberikan kebutuhan/hak si anak, pola komunikasi yang renggang dengan anak, kedekatan/kelekatan orang tua terhadap anak, proses modelling yang keliru, adanya permasalahan dalam keluarga seperti perceraian orangtua, pertengkaran orangtua, penolakan orangtua terhadap anak dan sebagainya akan sangat mudah menyebabkan seseorang atau si anak kelak melakukan delinquency.

Kalau faktor lainnya yang bisa menjadi penyebab adalah faktor lingkungan sosialnya (dengan siapa dia bergaul dan bagaimana sistem yang dibentuk dalam pergaulan tersebut).

Remaja yang mempunyai ikatan emosional yang tinggi terhadap kelompok/gank/peer group-nya akan cenderung lebih conform terhadap kelompok tersebut dan mengabaikan keluarganya (kalau keluarganya berantakan). Remaja ini cenderung merasa mendapatkan kasih sayang melalui teman-teman sepergaulannya dan biasanya akan rela melakukan apapun seperti apa yang dilakukan oleh teman-temannya.

Pernah tahu/denger anak gank motor yang beranggotakan cewek-cewek??

Nah, itu kan mereka membuat peraturan, barang siapa yang ingin gabung di gank tersebut terlebih dahulu harus memenuhi syarat: bersetubuh dengan lawan jenis di hadapan cewek-cewek anggota gank tersebut baru bisa sah menjadi anggota gank tersebut.

P H P BGT sih kelihatannya.

Overall, semua berawal dari keluarga namun bukan berarti melulu menyalahkan orangtua. Bisa jadi orangtuanya peduli, perhatian, baik, tetapi si anak malah sebaliknya. Nah, itu juga perlu diteliti lagi apa yang menjadi sumber masalahnya.

Jadi, pada intinya apa yang kita tanam, itulah yang dituai. Bagaimana perkembangan hidup seseorang dan apa saja perlakuan yang pernah didapatkan selama tahap perkembangannya mulai dari dia dilahirkan hingga beranjak "gede" bisa menjadi pemicu ke arah permasalahan lain seperti pada aspek kepribadiannya dan aspek sosialnya.

Apa yang dulu pernah terjadi dan tertancap sangat di dalam diri, itu bisa menjadi salah satu penyebab mengapa seseorang menjadi PSK.

Yap, kembali lagi, tidak ada jawaban yang sempurna atau benar 1000% sebab hanya Allah yang memiliki kesempurnaan itu.

Kalau ada masukan lain, silahkan memberi komentar di kolom yang tersedia.

Di sini, kita belajar bagaimana memandang sebuah kasus yang sering terjadi di sekitar kita, bukan menggurui atau ceramah. Aku pribadi pun menulis ini, itu karena telah mempelajari secuil ilmu yang kuperoleh saat duduk di bangku kuliah di fakultas Psikologi dan ini kujelaskan menurut kacamataku sebagai alumni Psikologi, hehe.

Selamat menikmati hidangan bacaan ini, sobat KRIUK'ers, semoga bermanfaat!

Salam hangat, extrasuper dari aku "Paresma" ^__^



14 comments:

  1. Pelajarannya sama kok kayak aku, di SMP ini :) Thankyou pelajarannya :D

    ReplyDelete
  2. Mas,saya mau nanya Niih..
    Ada temen saya,dia gak Pernah sama skali Pergi k tmpat Prostitusi..,Suatu hari ia di ajak temennya ke Lokalisasi PSK. saat mlihat temennya masuk kamar ia pun juga ingin mrsakan yg namanya hubungan badan,,keesokan harinya ia bercerita kpada saya bahwa itu smua hanya rasa keingintahuan nya saja,
    Pertanyaannya : Apakah suatu saat dia akan kmbali lg ke Tmpat Prostitusi itu apabila ia sdang memiliki Nafsu seks yg tinggi stelah pernah mrasakan bagaimana rasanya berhubungan badan..?
    Thanks..

    ReplyDelete
    Replies
    1. :) maaf Mas Ryan, saya bukan laki-laki jadi jgn panggil Mas yah, hehehe. saya perempuan tulen hehe ^_^

      humm, apa Mas yakin temen Mas masuk ke lokalisasi itu?
      klo itu memang benar, wallahu'alam Mas, saya tdk mau menjudge temen Mas apa benar dia melakukan hal itu.

      tapi, biasanya seseorang yang "ketagihan" melakukan suatu aktivitas/pekerjaan tertentu itu bisa didasari oleh bnyk hal, yg pertama bisa jadi aktivitas tsb adalah hal yang curious, menarik dan penuh tantangan. kedua, bisa karena aktivitas tsb adlh passionnya. ketiga bisa jadi karena adanya dorongan tertentu baik dari dalam maupun dari luar dirinya, termasuk pengaruh dari lingkungan. pengaruh lingkungan itu jg memberikan andil yg cukup besar trhadap perilaku seseorang.

      Dan, kalo temen Mas itu blg "cuma ingin tahu saja" atau sekadar "coba-coba" itu cenderung bukan jwbn yg sbnrnya, bisa jadi ada faktor tertentu yg mendasari yg mgkin blm mas ketahui dari temen mas itu.

      lebih baik, mas dekati temennya dan bicara baik2 ke temen mas biar dy gak sampe melakukan hal itu lg dan lg. kalo dlm Islam kan menganjurkan utk segera menikah atau bila blm mampu utk menikah, cb rajin utk puasa. semoga temen Mas baik-baik saja ya ^^

      Delete
  3. agree! kalo dilihat dr sisi psikologis, banyak gangguan psikologis yg jika di runut kejadiannya ternyta berawal dari adanya pengalaman buruk di masa kecil.. di sinilah peran penting kegigihan orangtua memberikan tidak hanya pendidikan tp terlebih kasih sayang kepada anak-anak untuk mempersiapkan menghadapi tugas perkembangan mereka di saat dewasa kelak

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyap betul banget, anak adalah cerminan dari orgtua

      menjadi orangtua itu memang bukan tugas yang mudah tapi bukan berarti juga sesulit yg dibayangkan

      Delete
  4. dengan munculnya UU tentang hak anak, maka suatu kecemasan adalah jangan sampai segala yg diperbuat anak itu dibilang menjadi haknya termasuk mengunjungi tempat prostitusi atau menjadi seorng pelacur.. sebagai anak2 perlu mendapatkan pencerahan tentang ini.

    ReplyDelete
  5. setuju banget,,

    ReplyDelete
  6. anonymous: meskipun ada UU ttg hak anak, mereka tttp harus selalu di bawah pemantauan dan bimbingan kedua orangtuanya.
    intinya simpel aja, anak yg berperilaku "menyimpang" atau "rusak" , masih bisa diperbaiki perlahan-lahan. tapi jika orangtuanya yg "rusak" hanya akan melahirkan generasi yg sama "rusaknya". :)

    adit: :) yup thanks atas kunjungannya

    ReplyDelete
  7. Kak bisa dijelaskan nggak arti singkatan ID apakah ID ini singkatan Intellegent Desain?

    ReplyDelete
  8. saya juga tertarik pada area sex terutama sex pranikah pada remaja, kita sering mendengar adanya praktek prostitusi online dan yg terselubung lainnya hal ini mungkin menjadi salah satu pemicu tingginya kasus HIV di masyarakat, itulah kenyataan yg ada sekarang ini

    ReplyDelete
  9. Beberapa Jawaban dari targetnya (hasil ngobrol dengan pelaku dibeberapa tempat) :
    - Ditawarin kerja bareng teman, kerjaannya ternyata begini, udh terlanjur nyaman
    - Bahagiain keluarga dikampung, naikin status sosial dimata tetangga
    - Mau berhenti, tapi ga percaya kalau laki2 yang benar2 tulus itu ada
    - Kalau sama pacar, gak dapat apa2, kalau begini ada hasilnya

    Dari sisi psikologi, tolong di jelasin ya apa yg melatarbelakangi jawaban2 tsb menjadi alasan mereka.

    ReplyDelete
  10. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.