Pagi hari ini, izinkan saya untuk berbagi sembari ngisi kolom psikologi di blog ini. Momen ini, saya ingin sharing tentang gejala autis pada anak. Baru saja, saya membaca-baca artikel psikologi dan sekalian saya tuangkan di twitter @de_Paresma saya.
Autis? Siapa yang tidak tahu kata ini? Ini bukan makanan loh ya. Autis adalah salah satu jenis gangguan mental/psikis yang biasanya terjadi atau terdeteksi pada usia anak. Membaca di kitab Abnormal maupun DSM, Autis sebenarnya memiliki cakupan yang luas. Autis atau yang biasanya disebut Autism Spectrum Disorder (ASD). Berbagai gangguan yang masuk dalam ASD adalah autistic disorder (classic autism), Asperger's disorder, pervasive developmental disorder not otherwise specified (PDD-NOS), Rett's disorder (Rett syndrome, danchildhood disintegrative disorder (CDD). Gejala ASD didiagnosis berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM).
Para pakar baik psikolog maupun psikiater sepakat bahwa gejala dini autisme biasanya muncul sebelum anak berusia tiga tahun dan sering muncul ketika anak masih berusia 6 bulan. Terkadang, para orangtua kurang sigap dengan hal demikian. Saat mendapati anak mereka melakukan sesuatu hal yang aneh, mereka pikir itu adalah salah satu tugas perkembangan, padahal, para orangtua harus tetap waspada bahwa tidak jarang, tanda-tanda aneh yang muncul pada si anak bisa saja menjadi gejala dini dari gangguan autis.
Apa saja gejala dini yang dapat dideteksi oleh anak yang menyandang gangguan autisme? Berikut, saya paparkan secara singkat beberapa tanda-tanda yang seringkali muncul ya.
- Tanda utama yang paling sering muncul pada anak yang mengalami gangguan autisme adalah kesulitan dalam mengenali wajah. Hal ini juga berhubungan pada kesulitan dalam interaksi sosial/relasi sosial. Sebab, para penyandang autis cenderung kesulitan dalam membina hubungan atau kontak dengan orang lain. Pada anak, biasanya ditandai dengan adanya perilaku "membuang muka" secara konsisten ketika diajak berinteraksi. Anak-anak autis biasanya akan sulit melakukan kontak mata apalagi dalam waktu yang lama.
- Anak autis biasanya mengalami keterlambatan berbicara dan berbahasa (delay speech). Hal ini pun mengakibatkan anak tersebut mengalami keterlambatan dalam hal penguasaan bahasa (atau dengan kata lain, penguasaan bahasanya akan menjadi sangat terbatas). Biasanya, anak autis memiliki gaya unik tersendiri yang mereka gunakan ketika berinteraksi dengan orang lain. Seringkali, mereka kesulitan dalam menyesuaikan kemampuan bahasa mereka dengan bahasa formal yang biasa dipakai oleh orang-orang di sekitarnya.
- Anak autis mengalami kesulitan saat diajak bermain secara imajinatif atau diajak untuk membayangkan suatu objek atau peristiwa tertentu. Anak-anak ini tidak ada masalah yang berarti jika diberi mainan yang tampak secara nyata.
- Anak dengan gejala autis seringkali memiliki gerakan stereotip tertentu yang kemudian menjadi kebiasaan berulang pada mereka. Seperti, suka menggerak-gerakkan kaki atau menggoyang-goyangkan jari tangan atau lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas tidak normal yang terjadi dalam otak mereka.
- Anak dengan gejala autis seringkali memunculkan reaksi tidak suka atau tidak nyaman dengan hal-hal tertentu seperti cahaya yang menyilaukan, bau yang menusuk, suara yang terlalu keras, tekstur dan rasa.
- Anak dengan gejala autis juga biasanya mengalami kesulitan untuk mengantuk dan sulit tidur. Biasanya, mereka harus mendapat bantuan berupa suntikan hormon melatonin baru kemudian rasa kantuk mereka bisa terangsang kembali.
Nah, itulah sekilas tanda-tanda atau gejala awal autisme pada anak. Apabila memiliki seorang keponakan, anak atau saudara yang dicurigai menyandang autis dengan gejala-gejala di atas maka tindakan paling utama yang perlu dilakukan orangtua adalah segera membawa sang anak ke psikolog atau psikiater, agar anak mendapatkan penanganan dan terapi sesegera mungkin.
Biasanya, para ahli akan memberikan dua bentuk terapi. Untuk intervensi dini pada anak autis, biasanya para ahli psikolog akan memberikan tindakan terapi perilaku dan terapi sosial. Dan, bila manifestasi autis sudah dinyatakan merugikan atau membahayakan si anak, maka segeralah datang ke psikiater untuk sekaligus mendapatkan penanganan berupa intervensi psikofarmakologi.
Thanks sharenya mak.. bermanfaat nih buat kaum emak khususnya :)
ReplyDeleteiya sama-sama Bund. hehehe saya belum jadi emak2 sbnrnya Bund, masih single hihi :) salam kenal ya Bunda
ReplyDelete