Sunday, October 27, 2013

CATATAN HATI DOSEN JUNIOR (SPECIAL EDITION)

Alhamdulillah, hari ini, HMJ Komunida STAIN Parepare bersama mahasiswa prodi KPI (Komunikasi) dan BKI (bimbingan konseling) mengadakan PRAKTEK KONSELING sederhana. Yaaa semacam simulasi gitu lah. Hehehe, kesan pertama saya adalah, lucu juga ya praktek konseling bukannya di lab BK atau di kampus, malah di pinggir pantai daerah Suppa :D hehehe. Tapi, alhamdulillah seru banget.

Anak semester 1, 3, 5, 7 hingga semester atas yang belum selesai juga datang. Saya bertindak sebagai pemateri sekaligus dosen pendamping. Huaaa... ya okelah ya, kemarin sore sudah ngisi materi tahapan dan teknik konseling dengan suara yang masih lumayan kedengaran. Naah, tadi pagi sampai sore ini (setelah pulang), akhirnya saya minum jeruk nipis lalu yang keluar malah kayak suara bass (suara cowok). Ini gegara minum pake es batu dua hari yang lalu pas nemenin temen ke pasar itu pasti. Karena kehausan dan gak sempat beli ke tempat lain, akhirnya minum yang ber-es itu. Huhuhu... pagi hari pas bangun ya udah begini.
Well, skip aja deh soal suara saya yang ngilang. Nah, lanjut bahas mengenai praktek konseling hari ini. Yaaa sesuai dengan penilaian saya, sudah lumayan bagus, terutama yang memang pernah masuk kelas konseling saya di semester dua lalu karena di situ saya juga memberikan praktek.

Tapi, bagi yang semester atas, yang memang selama kuliah belum pernah memperoleh praktek konseling, yaaa... kesan pertama saya, "Heum, kok gini ya?". Akhirnya, lebih banyak saya yang memberikan arahan serta masukan.

Sebenarnya berbicara mengenai konseling. Dasarnya itu yaa gak jauh beda lah sama wawancara, tapi konseling ini lebih terarah daripada wawancara biasa. Nah, tadi masih ada mahasiswa yang ujug-ujug pas udah lewatin sesi pembangunan rapport, tahu-tahu ngasih saran, masukan dan ceramah panjang lebar lalu mengejawantahkan klien (ngebiarin kliennya diam). Kalo saja saya jadi Pak Salis (mantan dosen favorit saya), waaah... mereka sudah ditegur habis-habisan itu, kok konselor gayanya kayak gitu. Yaaa, tapi maklumin aja, mereka baru kali ini mendapatkan praktek konseling.

Dalam konseling, konselor lah yang menjadi pusat pengendali suksesnya konseling. Seorang konselor sangat diwajibkan memiliki tiga pondasi dasar yaitu EMPATHY, AUTHENTIC, REGARD. Empati itu adalah seolah-olah merasakan apa yang dirasakan oleh klien tapi tidak sampai terlalu larut. Autentik adalah jujur, menjadi diri sendiri, mengenali diri dengan baik dan menerima diri apa adanya. Ketika sudah berhadapan dengan klien, konselor dilarang keras untuk terlalu jaim, tertutup dan sok tahu. Regard adalah bagaimana seorang konselor menghargai dan menerima klien apa adanya. Konselor tidak boleh memilih-milih mau mengkonselingi klien A atau B. Apapun, siapapun, bagaimana klien yang datang, konselor harus siap dan tetap menjaga profesionalismenya.

Nah, setelah tiga pilar dasar tadi dimiliki, maka barulah kita belajar mengenai apa saja tahapan dan teknik dalam konseling. Tahap dan teknik tersebut sangat banyak. Namun, yang paling sering membuat konselor terkecoh yaitu ketika sudah masuk ke sesi eksplorasi masalah. Saya selalu menekankan kepada mahasiswa bahwa saat konseling, dilarang keras menggunakan kata "mengapa", "apa sebabnya", kata "mungkin" terlalu banyak, "kalau bisa/kalau boleh". Kenapa kok dihindari? Karena kata-kata tersebut sifatnya sangat frontal dan menjurus sehingga akan menyebabkan klien kebingungan untuk menjawabnya.

Selain itu, ada juga teknik dasar yang perlu dimiliki konselor, yaitu sikap saat berkonseling yang kami singkat sebagai SOLER. Apa itu? 
S= square (posisi duduk/kursi tempat duduk antara konselor dan klien harus berbentuk L, tidak boleh saling berhadapan apalagi membelakangi).
O= open (konselor harus terbuka pada klien, memberitahukan jati dirinya/memperkenalkan dirinya apa adanya pada klien dan tak boleh ada yang ditutup-tutupi, dengan tujuan untuk memudahkan terbentuknya rasa saling percaya antara mereka)
L= lean (konselor tidak boleh duduk dengan posisi bersandar di kursi, sebab interpretasi bahasa tubuh dengan gaya bersandar itu menyiratkan seseorang yang jenuh dan hendak menarik diri dari apa yang sedang dihadapkan padanya)
E= eye (konselor harus tetap memfokuskan pandangannya kepada klien, tak boleh melirik sana-sini, sebab konselor juga bertugas mengobservasi segala gerak-gerik, bahasa tubuh, bahasa verbal klien agar tidak ada informasi yang ketinggalan dari si klien, ini juga menyiratkan makna bahwa klien merasa diperhatikan)
R= relax (saat duduk, tak usah tegang, yang penting duduk dengan sopan dan tidak boleh mengangkat kaki)

Next, kesalahan yang paling sering terjadi adalah konselor memotong pembicaraan klien. Sebenarnya ada teknik konfrontasi. Seorang konselor perlu mengingatkan kembali atau meng-cut sebentar pembicaraan klien dengan catatan apabila apa yang diceritakan klien itu tidak jelas atau berbelit-belit. Jadi, ambil jeda sebentar untuk memohon maaf dan meminta izin pada klien, mengingatkannya sebenarnya masalah yang hendak dibahas paling pertama dulu apa? Tidak boleh dalam satu sesi konseling membahas beragam masalah, karena ini akan mempersulit konselor dalam mengeksplorasi akar permasalahan klien itu sendiri. Nah, beda lagi kalau konselor yang memang tiba-tiba memotong pembicaraan klien tanpa alasan yang benar, maka itu tidak diperbolehkan. Biarkanlah klien menumpahkan semua yang dia pikirkan, rasakan, alami terlebih dahulu. Konselor bertugas menjadi pendengar yang baik.

Selanjutnya, masalah pemberian solusi. Dalam konseling, memang ada klien yang datang hanya sekadar curhat dan ada pula yang memang membutuhkan solusi. Tapi, di dalam konseling, konselor baru boleh memberikan solusi JIKA DIMINTA OLEH KLIEN. Biarkan klien memilih apa saja option solusi yang hendak dilakukan, barulah kemudian konselor mengarahkan mana yang pantas dan baik untuk dilakukan oleh klien. Solusi ini juga ada penempatan khususnya, tidak boleh diberikan di awal. Ajak klien untuk merefleksikan terlebih dahulu apa yang dipikirkan, dirasakan dan dialami. Konselor mengarahkan mereka untuk membayangkan seolah masalah itu lebih hidup. Dengan demikian, klien akan lebih mudah mengambil insight untuk memikirkan solusi apa yang memang pantas dan tidak merugikan dirinya juga orang lain.

SATU HAL TERAKHIR YANG PERLU DITANAM BAIK-BAIK, KONSELOR HARUS BISA MENJADI PENDENGAR YANG BAIK, BUKAN PENCERAMAH YANG BAIK. DENGAN MENDENGAR, MAKA KITA AKAN MEMAHAMI APA YANG MENJADI INTI MASALAH KLIEN.


4 comments:

  1. ternyata curhat ada juga ya yang special edition... :D

    ReplyDelete
  2. iya Zal, special editionnya karena diadakan di pinggir pantai.. selama ini baru kali ini konseling di pinggir pantai :D

    ReplyDelete
  3. haha... konseling gaya baru... :D tapi untuk konseling kelompok saja yang bisa di'...? karna di ruangan terbuka... :)

    ReplyDelete
  4. yg kemaren itu konseling per satu-satu anak, jadi kurang efektif, karena lebih kedengeran suara angin sama ombak daripada ceritanya

    ReplyDelete

Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.