Bagi teman-teman psikologi yang bingung teknik-teknik yang digunakan saat konseling (khususnya face to face), berikut saya kasih lampiran tugas konseling saya waktu kuliah dulu beserta ilustrasi konselingnya. Mudah-mudahan bisa bermanfaat ya :)
PERILAKU
VERBAL
|
PERILAKU
NON VERBAL
|
TEKNIK
YANG DIGUNAKAN
|
1. Konselor : “Selamat pagi. Mari, silahkan
duduk!”
|
Berdiri kemudian berjalan ke arah klien, tersenyum
dan mempersilahkan klien untuk duduk
|
ATTENDING
|
2. Klien : “terima kasih”
|
Tersenyum pada konselor
|
|
3.Konselor : “perkenalkan nama saya Yanuarty. Boleh
tahu, nama ibu siapa ?”
|
Duduk kemudian menjabat tangan klien sambil
tersenyum
|
ATTENDING (RAPPORT)
|
4. Klien : “nama saya Mega”
|
|
|
5. Konselor : “Oh, bu Mega ke sini dengan siapa?”
|
Tersenyum pada klien
|
ATTENDING(RAPPORT)
|
6. Klien : “tadi diantar sama suami habis itu
suami saya pergi ke kantor”
|
|
|
7. Konselor : “ibu tinggalnya di mana?”
|
|
|
8. Klien : “saya tinggal di sawojajar gang 5”
|
|
|
9. Konselor : “maaf, kalau boleh tahu, ibu datang
kemari atas dasar inisiatif sendiri atau dari anjuran siapa dan apa yang bisa
saya bantu?”
|
Posisi tubuh condong ke arah klien
|
ATTENDING
|
10. Klien :”begini mbak, sebenarnya saya datang ke
sini karena ajakan suami saya. Eummm,, belakangan ini saya sering ketakutan
sendiri mbak. Makanya suami saya nyaranin untuk ke psikolog mbak.”
|
Mulai berbicara dengan intonasi yang masih wajar
|
|
11. Konselor : “iya, ibu tenang saja. Sebisa
mungkin kami akan membantu ibu tetapi itu juga tidak lepas dari kerja sama
ibu.”
|
Badan agak condong ke klien dan menganggukkan
kepala sambil berbicara dengan intonasi yang tegas
|
PARAPHRASING
|
12. Klien : “iya”
|
Mulai tersenyum dan menatap mata konselor
|
|
13. Konselor : “maaf, tadi ibu bilang ibu sering
mengalami ketakutan belakangan ini. Bisa tolong dijelaskan lagi ketakutan
dalam hal apa?”
|
Mengerutkan dahi dan kepala sedikit dimiringkan ke
kanan
|
EKSPLORASI
|
14. Klien : “saya takut kalau lihat pembantu atau
anak saya masak di dapur. Saya takut kalau lihat pisau mbak”
|
Dahinya berkerut, sesekali memejamkan mata
|
|
15. Konselor :”sudah berapa lama ibu mengalami
ketakutan seperti itu dan apakah sebelumnya ibu pernah mencoba mengatasi
masalah tersebut?”
|
|
EKSPLORASI
|
16. Klien : “sudah sejak dua bulan yang lalu.
Eumm,,kalo itu belum pernah”
|
Sambil melihat ke atas
|
|
17. Konselor : “iya, lalu bagaimana perasaan ibu
ketika melihat pisau itu?”
|
|
EKSPLORASI
|
18. Klien : “rasanya saya mau nangis mbak.
Merinding dan saya juga memutuskan untuk tidak memasak lagi makanya saya
menyewa pembantu saja”
|
Nada suara terdengar sayu
|
|
19. Konselor : “Ibu merasa merinding dan mau
menangis kalau melihat pisau itu apakah hanya waktu ibu berada di rumah atau
di tempat lain juga ?”
|
|
EKSPLORASI
|
20. Klien : “ya, di mana aja, mbak. Kalau lihat
orang pegang pisau saya langsung ketakutan.”
|
Mengerutkan dahi dan menggerakkan tangan kanan
menggosok mata kanan
|
|
21. Konselor : “tadi ibu mengatakan hal ini
terjadi sudah sejak dua bulan yang lalu. Sebelum itu, apakah ada pengalaman
atau kejadian yang sempat ibu alami?”
|
|
EKSPLORASI
|
22. Klien : “iya, mbak selama dua bulan yang lalu
sampai sekarang ini selalu terbayang empat bulan yang lalu.. itu..saya
berkunjung ke rumah mertua, sendirian aja soalnya suami saya lagi ada rapat
di luar kota. Waktu itu mertua saya sedang tidur-tiduran di sofa selesai
makan siang, terus saya izin keluar sebentar mau beli cemilan di warung
sebelah…”
|
Melihat ke atas lalu menunduk
|
|
23. Konselor : “iya, lalu..?”
|
|
DORONGAN MINIMAL
|
24. Klien : “lalu…pas pulang itu saya lihat di
rumah mertua saya kok rame sekali. Sampe ada mobil polisi dan ambulans. Saya
bingung terus langsung lari ke dalam rumah mbak. saya shock mbak sewaktu
lihat ibu mertua saya…diangkat sama pak polisi. Terus saya lihat ada bekas
tusukan di dada ibu mertua saya dan ada pi…pisau yang banyak darahnya di
lantai mbak.”
|
Menutup mata dengan kedua tangan lalu membukanya
kembali. Tatapan matanya berkaca-kaca.
|
|
25. Konselor : “nampaknya ibu merasa sedih ketika
melihat mertua ibu meninggal waktu itu”
|
Menurunkan nada intonasi
|
REFLEKSI
|
26. Klien :
“iya”
|
|
|
27. Konselor : “iya, saya mengerti dengan keadaan
ibu dan saya juga turut berduka cita atas meninggalnya mertua ibu.
|
Memegang dada dan menurunkan intonasi
|
EMPATI
|
28. Konselor : “Lalu bagaimana hubungan ibu dengan
mertua ?”
|
|
OPEN QUESTION
|
29. Klien : “hubungan kami baik-baik aja kok mbak.
Ibu itu orangnya baik sekali sama saya dan keluarga. Udah nganggap kayak
anaknya sendiri. Tapi, saya curiga mbak kalau ibu itu memang benar bunuh diri
karena menurut keterangan polisi waktu itu juga gitu
|
Menganggukkan kepala, sesekali tersenyum dan
melihat ke atas
|
|
30. Konselor : “apa ibu tahu bagaimana kejadiannya
sampai mertua ibu meninggal ?”
|
|
EKSPLORASI
|
31. Klien : “saya juga nggak tahu mbak. Tapi,
setahu saya waktu itu yang ada di rumah itu Cuma saya dan ibu mertua saya.
Suami mertua saya sudah meninggal 10 tahun yang lalu dan adik ipar saya sudah
nggak tinggal di situ lagi jadi ibu tinggalnya cuma berdua dengan pembantu.
Tapi waktu itu, pembantunya lagi ke pasar mbak, jadi sebelum kejadian itu yang ada di rumah
cuma ibu dengan saya. Eumm,,,waktu itu, kita ngobrol biasa aja, nanyain kabar
keluarga saya di rumah gimana. Euum,,, seingat saya sebelum saya izin ke
warung itu, ibu nanya ke saya, kenapa saya nggak mau tinggal serumah sama ibu
terus saya bingung mau jawab apa terus saya langsung pamit ke warung. Setelah
itu saya pulang dan saya lihat ibu sudah meninggal”
|
Menggelengkan kepala, mengerutkan dahi dan
meremas-remas kedua tangan
|
|
32. Konselor : “jadi ibu merasa ketakutan terhadap
pisau yang ibu alami akhir-akhir ini karena kejadian meninggalnya mertua ibu
?”
|
|
CLOSED QUESTION
|
33. Klien : “iya, mbak”
|
menunduk
|
|
34. Konselor : “maaf, tadi ibu bilang, mertua
menanyakan alasan ibu tidak bersedia tinggal serumah dengan mertua setelah
menikah dan ibu bingung dan belum sempat menjawab. Nah, kalau seandainya
waktu itu tidak ada kejadian naas itu dan sepulang dari warung mertua
menanyakan hal yang sama, kira-kira apakah ibu akan tetap diam atau ibu
menjawabnya ?
|
|
DIRECTING
|
35. Klien : “ya…, sebenarnya…saya juga merasa
bersalah mbak, mungkin ibu bunuh diri karena itu mbak,,,saya juga merasa
bersalah mbak karena dari awal semenjak saya dan suami saya menikah satu
bulan sebelum kejadian itu, ibu memang menyuruh kami untuk tetap tinggal di
rumah itu. Tapi,,,saya nggak mau kalau sewaktu-waktu ibu mencampuri urusan
rumah tangga saya. Tapi,,,saya juga kasihan dan sayang sama ibu, ibu tinggal
sendiri. Suami saya juga awalnya memang ingin tinggal berdua saja karena
suami saya juga punya rumah sendiri, warisan dari kakeknya. Ibu memang nggak
pernah tahu alasan saya dan ibu udah sering nanya gitu tiap saya berkunjung
ke sana. Mungkin, ibu mertua saya kesal sama saya mbak karena saya tidak
pernah ngasih tahu alasan saya untuk tidak tinggal bersama beliau dan
akhirnya..ya, bunuh diri itu”
|
Menunduk, intonasi bicara naik turun
|
|
36. Konselor : “lalu tanggapan suami ibu
bagaimana?”
|
|
OPEN QUESTION
|
37. Klien : “suami saya nggak menyalahkan saya
karena saya juga tidak pernah tahu kenapa mertua saya bunuh diri. Tapi, suami
saya juga sempat menyesali kejadian itu dan malah mengira kalau mertua saya
punya kelainan jiwa tapi sewaktu diteliti lagi, nggak ada tanda-tanda beliau
kelainan jiwa. Setelah itu, suami saya berusaha untuk sabar dan mengikhlaskan
semua itu dan tidak membahasnya lagi.”
|
Menggelengkan kepala, menatap mata konselor sambil
mengerutkan dahi
|
|
38. Konselor : “ apakah benar mertua ibu pernah
mencampuri urusan rumah tangga ibu dengan suami?”
|
|
CLOSED QUESTION
|
39. Klien : “Tidak.. tidak pernah”
|
Menggelengkan kepala, memejamkan mata sekejap
|
|
40. Konselor : “dalam pernikahan, masalah itu
memang bukan suatu hal yang langka. Ada pasangan yang memang bersedia tinggal
serumah dengan mertua dan ada juga pasangan yang memang dari awal berkomitmen
untuk tidak tinggal serumah dengan mertua dengan alasan ingin hidup mandiri
tanpa bergantung lagi dengan orang tua atau mungkin tidak mau merepotkan
orang tua/mertua kalau-kalau nanti terjadi masalah antara suami dan istri. Bukan
begitu maksud ibu ?”
|
|
INTERPRETASI
|
41. Klien : “iya, mbak. Kira-kira begitulah”
|
Menganggukkan kepala
|
|
42. Konselor : “baiklah. Jadi, dari perbincangan
kita tadi, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa pertama, ibu akhir-akhir ini
sering mengalami ketakutan terhadap pisau dan itu terjadi sekitar dua bulan
yang lalu. Kedua, ketakutan ibu itu karena ibu pernah melihat peristiwa
meninggalnya mertua ibu yang bisa dikatakan beliau meninggal bunuh diri
dengan pisau dan itu terjadi empat bulan yang lalu berarti dua bulan sebelum
ibu mengalami ketakutan yang tidak jelas terhadap pisau itu. Dan yang ketiga,
ibu merasa bersalah sebab ibu mengira bahwa mertua ibu bunuh diri karena
kurangnya komunikasi antara ibu dengan mertua, ibu terus menutupi dan tidak
pernah memberitahukan alasan atas pertanyaan mertua mengapa ibu tidak mau
tinggal serumah dengan mertua pasca menikah, lalu karena seringnya ibu tidak
menjawab tiap kali ditanyakana hal yang sama, sehingga ibu merasa bahwa ibu
lah yang seolah-olah penyebab bunuh dirinya mertua ibu.
|
Menggerakkan tangan kanan ke atas tangan kiri
|
SUMMARIZING
|
43. Klien : “iya”
|
|
|
44. Konselor :”lalu, kira-kira… Apa yang bisa ibu
tangkap dari semua ini. Maksud saya, seandainya mertua ibu masih hidup dan
menanyakan lagi hal tersebut, apa yang ibu lakukan ?”
|
|
DIRECTING
|
45. Klien : “ya saya pasti bakal ngomong apa
adanya mbak, terus kalau bisa ya minta maaf juga sama almarhumah. Saya akui
komunikasi saya dengan almarhumah mertua saya sangat kurang”
|
|
|
46. Konselor : “baiklah ibu, dapat saya simpulkan
lagi ibu sudah mengatakan bahwa
komunikasi itu adalah faktor penting dalam kehidupan dan ke depannya, ibu
akan membenahi hal-hal yang menurut ibu itu adalah kekurangan.”
|
|
SUMMARIZING (SOLUSI)
|
47. Konselor : “baiklah ibu, saya mohon maaf karena
waktu saya tidak banyak dan masih harus menyelesaikan tugas yang lain, jadi
pertemuan kita dicukupkan sampai di sini dulu ya. Kalau ibu masih perlu
konsultasi terkait ketakutan dengan pisau bila memang masih berlanjut,
silahkan datang lagi kemari dan kami akan melakukan tes kemudian bila perlu,
nanti akan dirangkaikan dengan terapi. Kira-kira ibu mau datang lagi kapan ?”
|
|
PENUTUP
|
48. Klien : “eum,,hari kamis depan, bisa nggak
mbak ?”
|
Melihat ke atas, sekejap mengatupkan bibir lalu
memandang konselor
|
|
49. konselor : “iya, Hari kamis depan ya ibu. Saya
tunggu.”
|
|
PENUTUP
|
50. Klien: “kalau begitu saya permisi dulu mbak.
Makasih ”
|
Berdiri dari kursi dan menjabat tangan konselor
|
|
51. Konselor : “iya, sama-sama ibu”
|
Berdiri dari kursi, Membalas jabatan tangan klien
sambil melontarkan senyum lalu membukakan pintu
|
|
No comments:
Post a Comment
Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.