Ini masih saya kutip dari buku Prof. Kim (soalnya, bukunya tebal banget dan isinya beragam sub tema mengenai kehidupan untuk para pemuda).
Sebenarnya bab ini telah lama saya baca. Sekarang pun, saya sudah memasuki halaman ke 300 sekian. Tapi, ada satu bab yang sempat mencekik saya ketika membacanya. "Jangan Menjadi Penyendiri". Begitulah sub judul dalam bab 3.
Heuuu, membaca itu membuat saya bertanya lagi ke dalam diri saya. Hei, Emma... Kamu itu introvert kan?
Ya, memang benar, karakter asli saya adalah introvert (hanya dalam beberapa hal seperti yang sudah lama saya bahas pada sebuah postingan). Jujur, sejak masuk SD, saya sudah terbiasa menjadi orang sibuk (sibuk ke sana kemari), hehehe. Nggak, ini beneran. Bagi teman-teman yang mengenal saya pasti tahu gimana saya dulu. Saat sekolah, saya punya banyak kegiatan, ikut ekskul, latihan marching band untuk beberapa event sekolah dan ikut berbagai lomba atas usulan kepala sekolah, belum lagi pernah ditransfer ke sekolah yang menurut saya lebih pantas saya sebut sebagai "neraka" (yeeaah lupakan saja itu). Seorang Emma kecil menjadi sangat begitu sibuk. Kadang saya baru pulang sore hari. Kadang juga, siang pulang sekolah tapi pergi lagi dan pulang hampir magrib untuk mengikuti kegiatan-kegiatan itu.
Akan tetapi, saya tetaplah sosok yang introvert. Meski saya sering keluar rumah, bertemu teman-teman atau orang lain di luar sana karena kegiatan yang saya ikuti, toh tidak mengurangi karakter saya sebagai seorang introvert. Dan, parahnya, dulu saya sempat gagal beradaptasi. Berada di lingkungan (sekolah atau lebih luasnya masyarakat, tapi mengalami penolakan karena beberapa hal). Itulah kenapa saya dulu selalu merasa sebagai orang yang paling kesepian. Berada di keramaian, namun hati dan pikiran saya nggak menyatu dengan suasana yang saya hadapi. Begitulah Emma kecil.
Nah, ketika membaca buku tersebut, ada begitu banyak informasi yang saya peroleh dari Prof.Kim. Beliau kan seorang dosen di Korea yang sudah banyak melakukan penelitian. Di Korea sendiri, menurutnya, banyak generasi muda yang jenius tapi tidak memiliki pengalaman interpersonal yang memadai alias tidak pandai bergaul. Apalagi ketika internet masuk ke dunia. Generasi muda ini justru lebih banyak memilih berlama-lama dengan gadget ketimbang ngobrol face to face dengan teman sejawatnya. Malah, Prof. Kim juga menuliskan bahwa andai saja kamu berkunjung ke Korea, kamu akan melihat ada begitu banyak pemuda yang berkunjung ke kafe sendirian, duduk dan laptopan sendiri, makan sendiri, minum sendiri, Apapun yang mereka lakukan, pasti tak lepas dari alat teknologi canggih. Bahkan, untuk bermain pun, mereka lebih memilih main PES atau game-game online sendirian ketimbang bermain dengan kelompok sebaya.
Memang benar sih, kita nggak bisa menampik kalo pengaruh gadget atau teknologi itu sangat besar dan signifikan. Gadget-gadget tersebut, menurut saya, selain dirancang untuk mempermudah aktivitas, juga otomatis mengajak si pemakainya menjadi seorang "individualis". Parahnya, ketika seseorang punya masalah, mereka akan cenderung mencari solusi lewat internet, nanya Mbah Google atau mbah-mbah lain daripada memecahkan persoalan dengan cara konvensional seperti curhat pada temen dekat atau sebagainya.
Sangat disayangkan sekali sih apalagi bagi mereka yang udah introvert malah semakin hanyut termakan oleh kecanggihan teknologi trus enggan bersosialisasi.
Walaupun begitu, lucunya, di antara kita pasti ada beberapa manusia introvert yang menjadi ratu/raja di dunia maya, mereka populer di sana tapi di kehidupan nyata, tak ada siapapun yang mengenalnya dan tak punya teman. Aneh, kan? Tapi, hal itu pasti ada yang mengalaminya dan mungkin saja orang itu adalah kamu!
Well, saya nggak mau memarahi orang-orang introvert. Bukan semata karena saya juga introvert. Jujur, saya memang lebih suka berada di rumah, membaca buku sambil menyepi sendiri daripada diajak ke pesta dan berada di kerumunan selama berjam-jam. Tapi, kita harus ingat teori lama bahwa manusia itu adalah makhluk sosial, saling membutuhkan satu sama lain. Bagaimana kita bisa lahir kalau tidak ada hubungan antara kedua orangtua kita? Se-introvert apapun diri ini, kita harus tetap menjalin silaturahmi terhadap sesama. Ngeblog, main facebook, twitteran atau BBM-an dan lainnya mungkin diperlukan, tapi kita juga harus menyadari bahwa konsep hablumminannas yang paling efektif itu adalah dengan bertatap muka, bergaul di antara kerumunan manusia lain. Ketika kita bergaul hanya mengandalkan monitor dan grafik emoticon, kita tentu tidak bisa melihat bagaimana sejujurnya ekspresi atau non verbal orang yang kita ajak ngobrol. Kita juga nggak bisa menduga bagaimana isi hati mereka yang sebenarnya sebab dunia maya itu juga punya satu virus mematikan: "faking". Orang bisa dengan bebas mengetik A, tapi di dunia nyata, kita tidak bisa menilai secara objektif apakah dia benar-benar mengetik dan berkata A atau justru cuma faking.
Jadi, jangan hanya bergaul dengan mengandalkan monitor. Keluarlah, hidup udara segar, sapalah keluarga, tetangga dan sahabat-sahabat atau orang-orang yang nggak kamu kenal sekalian. Bergaul dengan cara konvensional itu jauh lebih seru. Banyak hal yang bisa kita baca dan duga dari wujud makhluk hidup yang kamu temui. Ini juga nasihat untuk diri saya sendiri. Pernah, saya mendapat pukulan telak dari sebuah kalimat pahit akibat gagal beradaptasi. Saya pernah menjadi betul-betul penyendiri dan hanya sebagian kecil yang mau menerima saya sebagai teman. Itu dulu. Tapi, berkat kritikan pedas dari berbagai pihak termasuk orangtua, akhirnya, alhamdulillah saya berangsur-angsur pulih dan tidak takut lagi beradaptasi, saya juga tidak takut lagi dengan adanya penolakan yang pernah saya alami selama masa sekolah. Ya selama masa sekolah, dari SD hingga SMA. Dan, kenapa saya memilih Psikologi, itu juga karena saya ingin menyembuhkan diri saya yang dulu. Alhamdulillah, saya bukanlah pure Emma si penyendiri lagi. Sekarang, saya punya banyak teman di mana-mana. Bahkan saat masih kuliah dan tinggal beberapa tahun di rumah tante, semua tetangga deket rumah situ, anak-anak kecil, bayi hingga nenek-neneknya pun saya ajak bercanda. Sungguh menyenangkan bisa melihat dinamika ekspresi saat berinteraksi.
Jadi, sekali lagi, walaupun kamu seorang introvert, kumohon, jangan kekang dirimu. Lepaskan badan dari cangkangmu, keluarlah dan cari dunia baru. Bukankah, nyari jodoh itu juga harus bertemu langsung?? Hehehe... Jangan menjadi penyendiri!
Sebenarnya bab ini telah lama saya baca. Sekarang pun, saya sudah memasuki halaman ke 300 sekian. Tapi, ada satu bab yang sempat mencekik saya ketika membacanya. "Jangan Menjadi Penyendiri". Begitulah sub judul dalam bab 3.
Heuuu, membaca itu membuat saya bertanya lagi ke dalam diri saya. Hei, Emma... Kamu itu introvert kan?
Ya, memang benar, karakter asli saya adalah introvert (hanya dalam beberapa hal seperti yang sudah lama saya bahas pada sebuah postingan). Jujur, sejak masuk SD, saya sudah terbiasa menjadi orang sibuk (sibuk ke sana kemari), hehehe. Nggak, ini beneran. Bagi teman-teman yang mengenal saya pasti tahu gimana saya dulu. Saat sekolah, saya punya banyak kegiatan, ikut ekskul, latihan marching band untuk beberapa event sekolah dan ikut berbagai lomba atas usulan kepala sekolah, belum lagi pernah ditransfer ke sekolah yang menurut saya lebih pantas saya sebut sebagai "neraka" (yeeaah lupakan saja itu). Seorang Emma kecil menjadi sangat begitu sibuk. Kadang saya baru pulang sore hari. Kadang juga, siang pulang sekolah tapi pergi lagi dan pulang hampir magrib untuk mengikuti kegiatan-kegiatan itu.
Akan tetapi, saya tetaplah sosok yang introvert. Meski saya sering keluar rumah, bertemu teman-teman atau orang lain di luar sana karena kegiatan yang saya ikuti, toh tidak mengurangi karakter saya sebagai seorang introvert. Dan, parahnya, dulu saya sempat gagal beradaptasi. Berada di lingkungan (sekolah atau lebih luasnya masyarakat, tapi mengalami penolakan karena beberapa hal). Itulah kenapa saya dulu selalu merasa sebagai orang yang paling kesepian. Berada di keramaian, namun hati dan pikiran saya nggak menyatu dengan suasana yang saya hadapi. Begitulah Emma kecil.
Nah, ketika membaca buku tersebut, ada begitu banyak informasi yang saya peroleh dari Prof.Kim. Beliau kan seorang dosen di Korea yang sudah banyak melakukan penelitian. Di Korea sendiri, menurutnya, banyak generasi muda yang jenius tapi tidak memiliki pengalaman interpersonal yang memadai alias tidak pandai bergaul. Apalagi ketika internet masuk ke dunia. Generasi muda ini justru lebih banyak memilih berlama-lama dengan gadget ketimbang ngobrol face to face dengan teman sejawatnya. Malah, Prof. Kim juga menuliskan bahwa andai saja kamu berkunjung ke Korea, kamu akan melihat ada begitu banyak pemuda yang berkunjung ke kafe sendirian, duduk dan laptopan sendiri, makan sendiri, minum sendiri, Apapun yang mereka lakukan, pasti tak lepas dari alat teknologi canggih. Bahkan, untuk bermain pun, mereka lebih memilih main PES atau game-game online sendirian ketimbang bermain dengan kelompok sebaya.
Memang benar sih, kita nggak bisa menampik kalo pengaruh gadget atau teknologi itu sangat besar dan signifikan. Gadget-gadget tersebut, menurut saya, selain dirancang untuk mempermudah aktivitas, juga otomatis mengajak si pemakainya menjadi seorang "individualis". Parahnya, ketika seseorang punya masalah, mereka akan cenderung mencari solusi lewat internet, nanya Mbah Google atau mbah-mbah lain daripada memecahkan persoalan dengan cara konvensional seperti curhat pada temen dekat atau sebagainya.
Sangat disayangkan sekali sih apalagi bagi mereka yang udah introvert malah semakin hanyut termakan oleh kecanggihan teknologi trus enggan bersosialisasi.
Walaupun begitu, lucunya, di antara kita pasti ada beberapa manusia introvert yang menjadi ratu/raja di dunia maya, mereka populer di sana tapi di kehidupan nyata, tak ada siapapun yang mengenalnya dan tak punya teman. Aneh, kan? Tapi, hal itu pasti ada yang mengalaminya dan mungkin saja orang itu adalah kamu!
Well, saya nggak mau memarahi orang-orang introvert. Bukan semata karena saya juga introvert. Jujur, saya memang lebih suka berada di rumah, membaca buku sambil menyepi sendiri daripada diajak ke pesta dan berada di kerumunan selama berjam-jam. Tapi, kita harus ingat teori lama bahwa manusia itu adalah makhluk sosial, saling membutuhkan satu sama lain. Bagaimana kita bisa lahir kalau tidak ada hubungan antara kedua orangtua kita? Se-introvert apapun diri ini, kita harus tetap menjalin silaturahmi terhadap sesama. Ngeblog, main facebook, twitteran atau BBM-an dan lainnya mungkin diperlukan, tapi kita juga harus menyadari bahwa konsep hablumminannas yang paling efektif itu adalah dengan bertatap muka, bergaul di antara kerumunan manusia lain. Ketika kita bergaul hanya mengandalkan monitor dan grafik emoticon, kita tentu tidak bisa melihat bagaimana sejujurnya ekspresi atau non verbal orang yang kita ajak ngobrol. Kita juga nggak bisa menduga bagaimana isi hati mereka yang sebenarnya sebab dunia maya itu juga punya satu virus mematikan: "faking". Orang bisa dengan bebas mengetik A, tapi di dunia nyata, kita tidak bisa menilai secara objektif apakah dia benar-benar mengetik dan berkata A atau justru cuma faking.
Jadi, jangan hanya bergaul dengan mengandalkan monitor. Keluarlah, hidup udara segar, sapalah keluarga, tetangga dan sahabat-sahabat atau orang-orang yang nggak kamu kenal sekalian. Bergaul dengan cara konvensional itu jauh lebih seru. Banyak hal yang bisa kita baca dan duga dari wujud makhluk hidup yang kamu temui. Ini juga nasihat untuk diri saya sendiri. Pernah, saya mendapat pukulan telak dari sebuah kalimat pahit akibat gagal beradaptasi. Saya pernah menjadi betul-betul penyendiri dan hanya sebagian kecil yang mau menerima saya sebagai teman. Itu dulu. Tapi, berkat kritikan pedas dari berbagai pihak termasuk orangtua, akhirnya, alhamdulillah saya berangsur-angsur pulih dan tidak takut lagi beradaptasi, saya juga tidak takut lagi dengan adanya penolakan yang pernah saya alami selama masa sekolah. Ya selama masa sekolah, dari SD hingga SMA. Dan, kenapa saya memilih Psikologi, itu juga karena saya ingin menyembuhkan diri saya yang dulu. Alhamdulillah, saya bukanlah pure Emma si penyendiri lagi. Sekarang, saya punya banyak teman di mana-mana. Bahkan saat masih kuliah dan tinggal beberapa tahun di rumah tante, semua tetangga deket rumah situ, anak-anak kecil, bayi hingga nenek-neneknya pun saya ajak bercanda. Sungguh menyenangkan bisa melihat dinamika ekspresi saat berinteraksi.
Jadi, sekali lagi, walaupun kamu seorang introvert, kumohon, jangan kekang dirimu. Lepaskan badan dari cangkangmu, keluarlah dan cari dunia baru. Bukankah, nyari jodoh itu juga harus bertemu langsung?? Hehehe... Jangan menjadi penyendiri!
hehe, teguran buat aku nih. Thanks sudah berbagi :)
ReplyDeletehehe sama-sama mbak ^___^
DeleteSaya introvert. Dan saya 'hampir' kesepian di sini. Hiks. Paling cuma bisa haha hihi sama Nisa chan. ^_^
ReplyDeletehehe ayo mbak keluar dari tempurung dan hidup udara segar tetep semangat yaak ^^
DeleteWow nasihat aku banget ini hihihi. Aku bisa dibilang emang intovert, tapi introvert dalam hal masalah pribadi. Untuk masalah sosialisasi, aku malah ga suka kesendirian. Malah sukanya ngumpul-ngumpul bareng keluarga atau temen. ^^
ReplyDeletenaaah iya Ade, emang ada yg pure introvert dlm segala hal ada juga yg hanya dalam beberapa hal. alhamdulillah deh kalo bisa sosialisasi :)
Deletesaya juga introvert aslinya suka keluar rumah juga, tapi krn sakit yang aneh dan berkepanjangan membuat saya jadi terkungkung di rumah.
ReplyDeleteooh hmm get well soon ya Susan :) itu mmg keharusan utk istirahat jd gpp :) tetep semangaat
Deletehmm, menarik ya mbak. ada yang begitu 'gaul' di dunia maya tapi nyatanya 'kesepian' di dunia nyata. kalo saya introvert baik nyata maupun maya..gak pedean, hihi. tapi baiklaah, perlu dicoba untuk keluar dari cangkang ya mak :)
ReplyDeleteiya mbak hehe let's go to the jungle ^^
DeleteKalau saya sii bukan introvert tapi saya orgnya pemalu dan kurang banyak bergaul kecuali dg teman2 sekelas dan yang makin tambah parahnya lagi saya merasa minder dg diri saya sendiri. Sebab itulah saya cuman punya teman yg setia yaitu gadget dan saya pun tak bisa hidup lepas darinya itu sebabnya saya sering dimarahi org tua saya dan saya kadang2 dianggap gila karna sukanya tertawa sendiri.
ReplyDeleteSaya ingin punya teman yg banyak seperti saudara2 saya yg lain itu sebabnya saya sering iri kepada mereka.
sebaiknya mas joseph memberanikan diri pelan2 bergaul dgn temen2, coba cari tau apa aja hal2 yg membuat mas joseph minder dan merasa sangat malu. klo udah ketemu penyebabnya, itu diselesaikan dulu biar ketika bertemu temen2 bisa lebih enjoy. yg pasti mas joseph harus selalu berpikir positif pada org lain, ketika kita berbuat baik pd org lain jg akan baik terhadap kita.
DeleteSaya juga seorang introvert. Masa2 kuliah ini saya sadar saya harus merubah sikap saya yang lebih suka menyendiri ini. tp terkadang sangat susah mbak, saya sering kehilangan semangat dan motivasi. Saya selalu lebih nyaman dan praktis saat melakukan segala hal sendirian. Saya canggung dan malu sekaligus takut apabila harus berkumpul dengan mereka yang tidak terbiasa dengan saya. bagaimana menurut mbak?
ReplyDelete