Tuesday, August 5, 2014

JANGAN KESERINGAN MENJUDGE DIRI SENDIRI

TERPURUK. UNDERDOG. GUILTY. ANGRY. SADNESS. Pasti semua orang pernah merasakannya. Dan, kata-kata negatif ini menginspirasi saya untuk menulis blog saat ini.

Barusan saya nonton infotainment. Berita tentang perceraian seorang artis muda yang pernah terlibat masalah "kejiwaan". Kalau nggak salah, dia juga anak psikologi. Tapi... dia juga manusia biasa sama seperti lainnya. Dia pernah mengalami gangguan pada jiwanya. Saya yakin, kalian pasti paham siapa yang dimaksud.

Masa-masa terpuruk juga pernah saya alami. Dulu, ketika kecil, saya adalah seorang anak ingusan yang pernah di-bully oleh lingkungan pergaulan. Tentu nggak ada yang mau terus-terusan jadi korban bullying dari TK sampai SMA, bukan? Ketika SMA, saya pernah mengalami underdog feelings. Saya hampir putus asa, hampir minggat dari rumah, hampir terpikir untuk bunuh diri. Dan, masalahnya hanya satu: bullying. Saya jengah dan jenuh melihat tindakan teman-teman yang suka jahil terhadap saya. Mau punya prestasi atau tidak, mereka tetap menganggap saya korban paling "enak" untuk diuji, karena kepolosan dan kesabaran yang saya miliki. Begitu kata mereka.

Namun, keputusasaan itu lenyap seketika saya menyadari betapa saat itu saya lupa pada Allah. Betapa saya lupa menyadari, masih ada orang-orang dan sahabat yang menyayangi meski tidak banyak.

Ketika kita larut dalam alam kesedihan, pikiran dan perilaku juga akan terpengaruh. Kita tak dapat berpikir jernih, sulit mengambil keputusan, inginnya memutuskan sesuatu dengan jalan pintas, menganggap sekeliling adalah sama buruknya dengan hal yang dialami, merasa tidak ada yang peduli, merasa semuanya menjauhi kita padahal kita sendiri lah yang menciptakan jarak dalam kesunyian. Parahnya, kita malah sering memberikan sanjungan negatif pada diri sendiri dengan kata caci/maki seolah kita sudah tak cinta lagi pada diri ini.

Kesedihan itu adalah emosi yang normal. Tapi, jika sudah berlebih dan larut ke dalamnya, itu akan menjadi pembunuh bagi diri sendiri. 

Ketika membaca blog artis tersebut, saya mengamati mayoritas isinya menguarkan aroma negatif terhadap diri sendiri. Ada kalanya menyanjung diri setinggi-tingginya dan ada momen di mana dia mencaci diri hingga berani menjudge bahwa dirinya adalah seorang yang "depresi".

Apakah kalian tahu? 
Betapa aneh, banyak orang yang merasa enjoy ketika menyebut dirinya frustrasi atau depresi
Betapa aneh, banyak orang yang bangga menjadikan kata-kata itu sebagai julukan untuk dirinya dan orang lain
Padahal, seorang pasien yang jelas-jelas menderita depresi ringan, menengah hingga berat saja tak ingin di-judge begitu
Mengapa?
Sebab pasien tersebut paham, betapa buruknya kata itu: depresi
Ahhh... sudahlah!
Tak perlu men-judge diri sebagai pribadi depresi
Karena biasanya pasien depresi tak akan sudi menerima bahwa dirinya depresi
Tak perlu laah men-judge diri sebagai pribadi depresi
Itu hanya akan membuat jiwamu stuck dalam lingkaran setan tersebut

Ketika kita merasa sedih
Sebutlah nama-Nya
Jangan terlalu lama menyelam dalam lautan negatif
Bukalah jendela dan pintu rumah kita
Lihatlah, betapa hari ini dan esok sangat indah daripada apa yang kita terka

Kau tahu?
Berbicara pada diri sendiri itu cukup perlu
Saat kita sedang introspeksi
Saat kita sedang menyesali kesalahan diri
Tapi, takarannya tentu tak boleh berlebih
Berbicaralah pada diri sendiri dengan kalimat positif
Bukankah Tuhan mengajarkan kita untuk tak putus asa?

Kalo diri kita berbuat salah, memang tak ada salahnya introspeksi dan menyesali. Namun, jangan pernah menyalahkan diri. Saat terkena musibah, ingatlah bahwa Allah tuh sedang ngasih ujian buat diri kita biar bisa naik ke level yang lebih tinggi. Diri kita juga butuh dipuji tapi juga jangan berlebihan. Semua kudu seimbang ya.

Oh ya, jangan lagi pake kata depresi buat unjuk-unjukan, julukan apalagi ejekan. Kalo belum paham apa itu depresi, tentu kita nggak akan mau disebut apalagi dicaci atau mencaci diri sendiri sebagai orang "depresi". Arrrghh mengerikan!

4 comments:

  1. Dampak bullying mengerikan ya, mba. Saran yang paling bagus memang membaur lagi dengan orang lain yang beremosi positif. Biar ga merasa asing dan sendiri.

    ReplyDelete
  2. Dan saya pun juga pernah jadi korban bully :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. ooh iya ta mbak? pengalaman yg nyesek, tp semoga bisa diambil hikmahnya yaa :)

      Delete

Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.