Pertarungan ini baru saja dimulai. Namun, nggak tahunya udah ada selisih paham yabg terjadi di kelas.
Beberapa hari belakangan ada yang nyeletuk di kalangan dua teman laki2 di kelas. Mereka bilang kok temen-temen yang cewek tuh pada nge-gank atau gap2an masing-masing sih? Kalo saya pribadi, untuk apa juga sih pake clique atau gank2an segala. Toh kita ini udah magister looh bukan strata satu lagi. Mungkin ini juga karena angkatan mapro tahun ini lebih didominasi oleh lulusan S1 tahun 2013 dan 2014 dalam artian masih dalam proses beralih menjadi dewasa sesungguhnya. Selebihnya yang hanya segelintir terdiri dari angkatan S1 yang sama dengan saya atau di atas saya beberapa tahun serta yang udah berkeluarga.
Dari beberapa teman rupanya ada di antara mereka yang menaruh kejengkelan akibat sikap teman lain yang mana memang karakter orangnya kayak gitu.
Pada intinya, saya hanya berpendapat bahwa nggak semua orang yang kita temui itu baik semua atau buruk semua. Kita tentu akan berhadapan dengan beragam personality. Bagi yang kemarin mungkin tanpa sengaja menunjukkan sikap atau kata2 kurang baik, seharusnya bisa kembali mengoreksi dalam dirinya juga, apakah ada sesuatu yang salah? Dengan demikian, dia bisa menyadari perbuatannya sehingga tidak ada lagi negativisme dari lingkungan yang diarahkan terhadapnya.
Kalau saja semua orang bersikap semaunya tanpa mau mendengarkan masukan orang lain yang sebenarnya itu baik, tentu dia tidak akan bisa selamanya diterima oleh lingkungan. Egosentris. Terdengar sepele tapi dampaknya akan sangat buruk jika itu mendominasi dalam pergaulan sehari2.
Saya pribadi tidak begitu ambil pusing. Bagi saya, lakum diinukum waanliyadiin. Kalau memang orangnya punya karakter kayak gitu, saya tentu tak bisa mengubah sifat orang agar bisa setara dengan apa yang diinginkan orang lain. Terkadang, sikap cuek itu sedikit perlu agar kita tidak terlalu sibuk mengurusi urusan orang lain. Bukan berarti nggak mau ngasih nasehat. Yaa lihat timing dan tempat yang tepat juga sih.
Saya juga nggak ingin menyalahkan siapapun atau membela siapapun. Come on, lihat diri kita sendiri dulu deh, udah bener apa belum. Saya sendiri, jika berbuat salah, saya mulai bisa menyadari apa yang salah dalam diri saya dan setelah itu semua akan normal lagi seperti semula alias tidak menaruh dendam. Yang namanya manusia kan tempatnya khilaf. Tapi juga jangan malah menjadikan kalimat itu sebagai pembela ketika kita keseringan berbuat nggak baik.
Kita nggak bisa menuntut agar lingkungan dapat menerima kita, melainkan kita lah yang harus belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan yang kita hadapi itu.
*hidupmu indah bila kau tahu jalan mana yang benar.....
Hidup terlalu indah jika hanya diisi dengan permusuhan.