Dua hari yang lalu, pagi sekitar hampir pukul delapan pagi, saya dan seorang teman pergi ke toilet. Saya sih yang punya tujuan: benahin jilbab yang berantakan. Karena toilet di bawah gedung pasca kurang kondusif menurut kami, jadi kami pergi ke toilet di GKB 1 yang lebih bersih dan ada koridornya buat ngaca.
Sesampainya di toilet, ada 2 office girl yang baru saja selesai membersihkan. Saya hendak masuk, tapi kata salah seorang OG bilang, "Tunggu dulu." Baiklah, kami pun menunggu. Setelah OG tersebut hendak keluar dari pintu seberang, saya pun masuk sambil jinjit sepatu melalui pintu sebelah. Yaaa bermaksud menghargai meskipun kenyataannya sepatu saya tidaklah kotor sama sekali.
Ketika dua langkah masuk menuju cermin besar di toilet, OG tadi mendadak membentak saya, "Yo opo seh, Mbak iki?!" Suaranya yang nyaring sampai menggelegar membuat saya amat terkejut. Saya pikir, teman saya yang menunggu di depan pintu sedang apa gitu atau ada sesuatu yang terjatuh di lantai. Tidak tahunya, bentakan Mbak tadi ditujukan ke saya.
Saya lihat lantai, bersih, tak ada bekas sepatu. Namun anehnya Mbak itu mengulang pel-nya dengan basah padahal lantai itu sudah lumayan kering. Ya Rabb.... pagi-pagi sudah dibentak. Seumur hidup dan selama dulu punya pembantu di rumah lama, saya tak pernah sedikit pun dibentak oleh pembantu. Tapi hari ini, seorang tak dikenal, usianya masih cukup muda malah seenaknya membentak.
Apa yang saya lakukan? Karena saya begitu malas meladeni orang-orang seperti itu, akhirnya saya putuskan untuk bilang pada Mbak itu, "Loh kan nggak kotor, Mbak, udah mau kering kok. Tapi ya udah deh kalo gitu, saya ke toilet lain aja, Permisi."
Selepas saya keluar, Mbak tadi masih mengomel sendiri. Sejak sebelum saya datang pun, Mbak tadi sudah terdengar menggerutu tidak jelas. Entahlah, dia kenapa. Mungkin saja punya masalah sehingga berdampak pada pekerjaannya atau apa, biarlah dia saja yang tahu.
Dari kejadian ini, mungkin saya juga salah. Salah karena saya masuk dengan OG yang masih ada di dalam. Tapi, saya jadi ingat beberapa tahun lalu ketika S1. Dengan kondisi toilet yang masih dibersihkan, amat kotor dan masih ada OG di dalamnya, OG tersebut sangat ramah mempersilahkan saya yang benar-benar kebelet mau buang air kecil. Jika dibandingkan OG sekarang, OG yang dulu, usianya jauh lebih tua tapi sama sekali nggak pernah menggerutu apalagi membentak seperti OG kemarin itu.
Ya sudahlah. Di sisi lain, saya juga mendapat pelajaran bahwa kalau saja ada kemungkinan bentakan yang keluar itu disebabkan tumpukan masalah pribadi yang diendap lalu terbuang ke tempat yang salah dan berdampak pada orang lain, maka itu sama sekali tidak baik. Masalah pribadi tidak boleh dibawa-bawa pada saat bekerja, begitu juga sebaliknya. Ya, namanya manusia gitu ya, khilaf.
Daripada saya membalas dengan bentakan, lebih baik saya diam. Dulu waktu masih jadi ABG labil, saya mudah terpancing emosi. Apapun yang tidak saya sukai atau mengganggu, maka saya akan terang-terangan menegur baik halus maupun kasar. Nah, dari situ saya belajar dan terus belajar bahwa ternyata menjaga lisan itu punya dampak yang luar biasa dan prosesnya pun tidak mudah.
Sampai sekarang, saya masih terus belajar untuk mengekang lisan agar nggak macam-macam. Mudah-mudahan, kejadian kemarin itu nggak saya alami sendiri dan nggak sampai menyakiti hati orang lain. Bismillah...semoga bisa terus belajar menjadi pribadi lebih baik. Aamiin..
Iya, bisa jadi mbak itu terlalu banyak masalah, jadi berdampak pada sikapnya.. Untungnya dirimu gak terpancing emosi ya mbak :)
ReplyDeleteAlhamdulillah bund. Lg bljr nahan amarah moga istiqamah
Deleteuntung kakaknya psikolog, jadi ga ikut terpancing. bisa memahami, "mungkin dia lagi ada masalah". lah, itu kelebihan psikolog, bisa memahami yang lain.. hehehe atribusi. hehehehe
ReplyDeletegmn-gmna kabarnya...? hehe
Hehe
Deletealhamdulillah kmrin dikasih sakit tp udh sehat
alhamdulillah,.. kalau udah sehat.. senang rasanya dengar sudah sehat kembali...
Deletehey hey mba... apa kabar? hehe, udah lama ga buka2 blog nya mba. hehe,
ReplyDeletesaya juga terus belajar untuk kontrol emosi. kalau dari gaya tulisan saya, masih kelihatan emosional. tapi sejujurnya udah banyak berubah, secara realita
ReplyDeletemair ioe: alhamdulillah baik, ukhti :D hehehe mampir laah pintu ini selalu terbuka kok *emang blog ada pintunya ya hehe
ReplyDeletearghalitha: great job mbak argha :D yuk kita sama-sama belajar.