Ya Rabb...
Belakangan ini banyak sekali ujian menerpa.
Ujian hati
Desember lalu, saya mengirimkan sebuah paket hadiah GA. Satu paket alhamdulillah sampai. Tapi, sesampainya paket tersebut, ada kisah kurang menyenangkan di baliknya.
Yang menerima paket itu ternyata bukan si empunya hadiah. Karena si pemenang maunya dikirim lewat kantor, jadi saya turutin saja. Saat sampai, yang menerima rupanya seorang yang tidak saya kenal. Nomor telepon saya tercantum di kertas alamat tersebut dan dia mengirimkan sms pada saya. Dari kalimatnya, saya pikir itu saudara dari si pemenang, tapi bukan. Orang tersebut mengaku laki-laki dan berterima kasih atas kiriman paket itu lalu....
Sebentar. Pikir saya, ngapain juga dia berterima kasih sedangkan tidak punya hajat apapun dengan saya? Kembali saya telusuri sms-nya. Di akhir kalimat, ketahuan belangnya. Dia menyebutkan namanya dan tiba-tiba minta data saya. Nah loh maksudnya?? Bukankah sudah bisa dikatakan bahwa orang tersebut "tidak baik niatnya"?
Ya Rabb, nggak pernah saya belajar untuk su'udzan sama orang lain. Tapi, ada kalanya saya harus tetap waspada. Terlebih lagi pada pria.
Ahh lanjut. Saat itu saya langsung mengirim message kepada si empunya hadiah. Saya mengadukan rasa ketidaknyamanan it padanya. Berharap si empunya setidaknya bisa berbicara dengan baik ke orang tersebut. Setelah saya tanya juga, laki-laki yang tadinya mengaku staf salah satu radio, sebenarnya bukan staf kantor tapi seorang security. Poin kedua adalah kebohongan, bukan? Lengkap sudah intuisi saya benar bahwa ada yang tidak beres.
Hari demi hari berlalu. Rupanya laki-laki tadi terus saja mengganggu. Missed call berkali-kali. Gegara hal itu, saya terpaksa tidak mengaktifkan handphone simpati saya beberapa hari, bahkan mungkin ada seminggu tidak aktif.
Belum menyerah, dia kirim sms lagi. Bilang salam kenal disertai missed call. Astaghfirullah. Tetap tidak saya balas.
HP saya matikan lagi untuk beberapa hari sampai akhirnya HP saya yang lawas itu nge-blank. Pas nyala selalu minta update tanggal dan jam, belum lagi SIM-nya tidak terbaca padahal SIM itu masih baik-baik saja.
Kalau saya ganti nomor ponsel lagi, tentu hal itu bukan solusi terbaik. Dari dulu, saya sering ganti nomor ponsel cuma karena banyak sms iseng seperti itu. Toh, ada lagi... ada lagi. Saya juga nggak tega mengganti nomor ponsel simpati saya karena sudah sayang banget sama nomor itu. Itulah nomor ponsel yang bertahan paling lama di antara yang pernah saya pakai.
Jadi, tidak ada pilihan lain selain diam dan cuek. Diam adalah cara terbaik menurut saya. Kalau saya merespon sms apalagi sampai mengangkat teleponnya, yang ada malah kekacauan. Bukannya saya jahat.. bukaaan! Saya nggak mau jadi makhluk PHP apalagi merespon PHP orang untuk saya.
Saya juga nggak mau menyakiti hati orang lain. Memberi respon pada orang yang salah itu bagi saya sama saja dengan menyakiti orang lain. Saya nggak mau hal itu terjadi.
Setidaknya, itu juga nggak bikin saya resah gelisah. Bersikap cuek pada hal-hal genting yang tidak bermanfaat seperti itu, menurut saya baik. Toh masih banyak hal lain dan lebih penting daripada orang-orang iseng itu.
Hmm...
Terakhir, aku cuma mau bilang
Semoga mereka lekas terbuka hatinya untuk meraup kebaikan-kebaikan
Semoga mereka lekas terbuka pikirannya untuk tidak mengulangi perbuatan sia-sia itu
Semoga mereka bisa belajar refleksi diri, bagaimana kalau seandainya mereka ada dalam posisi saya? Nggak nyaman kan? Itu pasti
Semoga mereka habis ini dibukakan jalannya oleh Tuhan untuk melakukan hal-hal yang lebih krusial dan bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain
Aamiin.
No comments:
Post a Comment
Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.