Saturday, April 18, 2015

EMPATI, SIMPATI DAN PARTISIPASI

Selalu. Kayaknya sebagian besar postingan berbau materi psikologi untuk belakangan ini sering bersumber dari cerita Pak La. Begitu pula pada postingan hari ini. Saya sebenarnya juga sudah share di FB mengenai materi perbedaan antara empati, simpati dan partisipasi.

Well, sebelumnya saya mo cerita dulu lah buat intermezzo. Jumat kemarin, kami kuliah Intervensi Komunitas. Pak La yang mengampunya. Full seharian bersama beliau mulai jam 8.00 am sampai 15.00 pm. Beliau itu memang disiplin, ketat banget. Makanya tiap hari, saya selalu berangkat satu jam sebelum perkuliahan dimulai. Beliau kalau masuk kelas, kalau belum tepat jam 8, beliau duduk-duduk sambil ngobrol bercanda sama kami. Tepat jam 8 barulah dimulai dengan ucapan Assalamu'alaikum. Itu tandanya materi dimulai. Kami kuliah dari jam 8 sampai 10 pagi. Jam 10 istirahat sekitar 10 menit. Lalu pukul 11.00, kami istirahat+shalat. Beliau dan dua orang teman laki-laki kami shalat Jumat di masjid kampus. Lucunya, waktu jam 11 itu, hape Pak La bergetar tanda alarm berbunyi. Di alarm tersebut tertulis, "Sudah selesai." Jadi nggak boleh bicara lagi haha, lucu banget bikin kami sampai ketawa-tawa. Masuk lagi tepat jam 1 siang.

Materi yang kami pelajari adalah Konseling Kelompok. Dimulai dari teknik-teknik konseling paling mendasar. Itupun materi yang diajarkan oleh Pak La adalah teknik yang sangat sederhana. Seperti teknik bagaimana mengangguk secara profesional bagi psikolog/konselor sebagai bentuk acceptance terhadap klien. Kata Pak La, latihan mengangguk aja. Anggukan psikolog itu profesional, katanya. Jangan seperti orang India, geleng-geleng terus, nanti kliennya pada kabur. Kemudian teknik understanding, bagaimana psikolog/konselor memahami dengan cara menerima apa yang diungkapkan, dipikirkan dan dirasakan oleh klien. Dan teknik re-statement, yaitu mengulangi pernyataan yang dikemukakan oleh klien guna mengetahui apa maksud sesungguhnya dari pernyataan klien tersebut.

Setelah itu, masuk pada tahap empathy
Nah, beliau bertanya, "Apa bedanya empati, simpati dan partisipasi?" 
Salah seorang teman kami, Mbak Ni menjawab, "Empati itu ikut merasakan apa yang dirasakan oleh klien." 
Pak La membalas, "Jadi, kalau klien merasa gembira berarti konselor juga harus merasa gembira. Kalau klien sedih gimana? Konselor apa juga harus merasa sedih? Kalau kliennya ngamuk-ngamuk, konselor juga ngamuk?"

Kami tertawa lagi sampai nggak jelas antara rasa kantuk yang kami alami semua dengan perasaan geli gara-gara candaan Pak La.

Lalu, Pak La memberikan jawaban dengan ilustrasi nasi goreng. Beliau bertanya pada barisan tempat duduk sebelah kiri.
"Suka makan nasi goreng?"
"Suka, Pak."
"Biasanya pakai lauk apa?"
"Ayam, disuwir-suwir, Pak."
"Sayur."
"Kubis, Pak."
"Telur."
Terus, Pak La kemudian bertanya lagi, "Loh tadi ayamnya itu apa masih hidup, masih jalan terus ditangkap, atau gimana?"
"Nggak, Bapak... Udah mati. Udah digoreng, disuwir-suwir."
"Nah, itu. Konselor itu ndak boleh kayak ayam. Ayam itu mengorbankan jiwa raganya untuk dimasak buat dicampur sama nasi goreng. Kata ayamnya, wes, kasihan dia itu lapar, ya udah potong saya saja."

Contoh ayam pada nasi goreng ini adalah bentuk simpati. Jadi, singkatnya, simpati itu adalah mengorbankan jiwa raga, larut dan hanyut ke dalam pikiran dan perasaan seseorang.

"Terus, telurnya tadi, apa masih hidup? Diambil dulu dari ayam apa gimana?"
"Nggak, Pak. Udah mati. Digoreng."
"Nah, itu. Psikolog juga ndak boleh kayak telur. Telur itu sebenarnya ndak tahu, saya ini mau diapakan to, ndak mengerti itu. Jadi, udah nyumbangin diri aja."

Contoh telur ini adalah bentuk partisipasi. Singkatnya, partisipasi itu adalah menyumbangkan diri tanpa tahu tujuan yang jelas.

"Nah, misal ada Si A lihat temennya si B lagi makan nasi goreng. Si A bilang, "Wah, kamu ini makannya banyak banget ya. Ob.. saya memahami kalau kamu itu lapar banget jadi makannya banyak."

Contoh orang A inilah yang dinamakan empati. Jadi, empati itu adalah memahami apa yang dipikirkan, dirasakan dan dialami oleh klien.

Jelas banget kan perbedaannya?
Contoh ilustrasinya rada aneh, unik tapi cukup mengena. Ya emang gitulah Pak La kalau ngasih contoh. Ada saja yang nggak pernah terpikirkan oleh kita.

Oke, demikianlah sharing hari ini.
Semoga bermanfaat.

1 comment:

  1. dalam memberikan contoh kok lucu ya mbak..
    tapi aku sik gung paham. mungkin ngiler sama nasi gorengnya. jadi perbedaannya nggak begitu ngena. hahaha

    ReplyDelete

Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.