Tuesday, June 13, 2017

TES DIRI SENDIRI PAKAI MBTI ONLINE



Beberapa waktu lalu di Instagram, seorang teman saya semasa kuliah strata satu memposting hasil tes kepribadian dirinya. Dia mengikuti tes MBTI online di salah satu situs. Kemudian, saya pun jadi tergerak untuk mengetes diri saya sendiri namun di situs yang berbeda. Saya mengisi tes online di 16personalities.com (english version) sedangkan teman saya tes di situs anthony yang berbahasa Indonesia. Melalui tes tersebut,  hasilnya tidak terlalu mengejutkan karena memang sesuai dengan kepribadian saya in the fact.


Hasil dari tes MBTI mengungkapkan bahwa saya adalah seseorang dengan tipe kepribadian INFJ. Apa sih itu INFJ itu? Kok bisa resultnya pakai huruf-huruf itu? Apakah bisa dipercaya? Yang namanya tes, boleh dipercaya boleh juga tidak. Tapi kalau saya pribadi mengatakan bahwa ini bukan soal percaya atau tidak percaya sebab tes psikologi berbeda dengan ramalan. Pertanyaan yang disodorkan pun bukanlah pertanyaan receh, tapi bedanya dengan tes MBTI konvensional sama tes online ada sedikit perbedaan sih. Kalau yang konvensional pakai lembar soal gitu hasilnya cukup bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena sudah melewati serangkaian penelitian terhadap validitas dan reliabilitasnya dari para pencetusnya kan. Sementara itu untuk tes-tes online kebanyakan, item pernyataan/pertanyaannya memang sekilas tidak jauh beda dengan item yang ada di tes konvensional namun untuk yang online ini terkadang juga diperuntukkan sebagai hiburan, just for fun. Sumbernya dapat dari mana item pernyataan yang dicantumkan pun bisa saja beragam. 

Kembali ke hasil tes saya tadi. INFJ. Apa sih INFJ itu?

INFJ itu singkatan dari Introversion, Intuition, Feeling, Judging.

Secara garis besar, katanya sih, kata tes ini tuh ya INFJ itu adalah seorang protector  dan konselor. Benarkah? Kalau benar adanya, berarti tidak salah dong ya saya masuk psikologi dan jadi psikolog, wkwkwk...

Hasil tes ini menyatakan bahwa saya ini adalah seseorang dengan tipe kepribadian INFJ-A yaitu bak seorang Advokat, Konselor atau Protektor. Are you serious? Advocate. Hahah... masa sih saya ini orang yang bak advokat. Saya agak ketawa saat membaca hasilnya seperti ini. Baiklah, kita next aja ke tahap penjabarannya.
---------------



Seperti yang tertera pada capture gambar di atas, pertama, saya adalah seorang yang introvertYap, saya tidak menyangkalnya karena dari dulu memang introvert. Saya sudah pernah memposting tentang introvert dan ekstrovert di postingan beberapa tahun lalu, bisa searching aja di blog ini. 

Kedua, saya adalah seorang yang intuitif. Eumm.. intuitif ya? Saya akui iya juga sih karena saya seringkali menilai sesuatu berdasarkan apa yang dikatakan oleh intuisi saya. Butuh proses latihan yang tidak sebentar untuk mengasah intuisi. Seringkali sih penilaian berdasarkan intuisi saya ini tidak meleset tapi juga pernah meleset sih. Saya juga mudah peka dengan orang, sometimes, bisa langsung menebak bagaimana sih kepribadian orang yang ada di depan saya atau yang saya lihat meski hanya sekilas. Konon, orang-orang yang intuitif ini seringkali dikirain bisa meramal. No. Tidak. Nggak. Saya tidak bisa meramal dan saya bukan peramal tapi saya juga tidak bisa memungkiri kalau sering tepat sasaran menebak sesuatu atau seseorang. Saya juga pernah berada di masa intuisi yang muncul amat sangat kuat yaitu saat sekolah, mulai SD hingga SMA dan biasanya intuisi itu muncul dengan didahului sebuah mimpi. Sangat tidak nyaman ketika kamu tanpa sadar tahu apa yang akan terjadi kemudian meski kamu tidak ingin menebak itu. Intuisi ini juga berkaitan dengan bagaimana saya terhubung dengan orang-orang terdekat. Biasanya, kalau terjadi sesuatu semisal orang terdekat saya lagi sakit, sedang bad mood atau mengalami hal buruk maupun hal menyenangkan, saya seolah mampu menyerap energi mereka walau saya dan mereka berada dalam tempat berbeda atau terpisah oleh jarak. Saya pikir, soal ini, pasti setiap orang juga memiliki kemampuan berfirasat, cuman beda kadarnya saja.

Ketiga, saya orang yang dominan feeling, hahaha, masa sih? Gampang baper dong yak :p. Tapi saya akui saya memang orang yang mudah tersentuh, sensitif banget apalagi kalau nonton film atau membaca buku yang bertema sedih, uaah udah bisa dipastikan air mata saya meleleh. Begitu pula saat membuat keputusan, kadang sih pakai logika tapi seringnya pakai perasaan. Maksudnya memutuskan pakai perasaan tuh gimana ya? Eung, jadi seperti ini... terkadang ada hal-hal yang tidak bisa diputuskan hanya dengan mengandalkan nalar atau logika. Saya pun termasuk orang yang penuh pertimbangan. Itulah kenapa saya cenderung sedikit lamban dalam memutuskan sesuatu terlebih jika itu adalah hal yang amat sangat penting. Noted it, sangat penting. Jika saya mengalami masalah yang melibatkan orang lain, maka saya terkadang cenderung memikirkan pula perasaan orang tersebut, apakah keputusan ini akan berat sebelah, akan menyakitinya atau tidak. Saya juga lebih tertarik untuk menyelami dan sok kepo mau tahu gimana sih pola pikir dan perasaan orang lain mengenai sesuatu dan bagaimana sih biar saya bisa melakukan sesuatu yang sekiranya akan memotivasi atau menginspirasi perasaan orang lain.

Tapi, kalau datang ndableknya, saya sih bakal keras kepala, tidak peduli akan berpengaruh seperti apa kepada orang lain, cuman hal ini sangat jarang terjadi. Biasanya saya memang akan mempertimbangkan banyak hal sebelum memutuskan (berkaitan dengan hubungan dengan lingkungan sosial ya). Eung, mungkin karena saya tipe orang yang tidak menyukai keributan, sehingga kedamaian adalah target yang sering saya ingin capai. Jika keributan yang terjadi di luar (bukan yang terjadi pada saya) membesar di luar kendali, saya biasanya akan diam atau bisa saja menjauh. Jika tidak bisa diselesaikan dengan baik-baik atau orang lain menolak berkompromi dengan saya maka saya akan bersikap diam dan menjauh. Hemat saya, daripada saya menghabiskan tenaga untuk meladeni keributan dan hal-hal bersifat negatif, lebih baik energinya saya keep untuk kepentingan lainnya. Jadi, saya juga malas meladeni orang-orang yang menyebarkan aura negatif untuk saya, apalagi kalau saya diserang, heuumm.... saya mungkin bisa saja memaafkan tapi untuk kembali memintal hubungan maybe, I don't want

Jadi, yaaa... proses "merasa" saya bakalan terlihat lebih kenceng daripada proses berpikir dengan hanya berdasarkan fakta-fakta objektif. I mean, kadang apa yang tampak oleh mata tidak selalu sesuai seperti yang tampak, dan melihat sesuatu yang sifatnya "tidak kasat mata" juga menjadi salah satu opsi penting bagi saya. Ini mah perempuan banget yak, yang dominan pakai perasaan, wkwkwk... I love being a woman, :p...



Selanjutnya untuk persoalan kerja, perencanaan dan membuat keputusan (yang sifatnya menyangkut pekerjaan), saya tergolong orang yang lebih banyak judging. Eh, judging di sini maksudnya bukan menghakimi loh ya. Judging di sini dijabarkan sebagai seseorang yang organized. Yap, ini mah gue banget. Orang tipe judging adalah mereka yang sebenarnya kurang luwes alias kaku, cenderung mengikuti prosedur, pola sikap yang ditunjukkan pun teratur. Setiap hendak melakukan sesuatu, semua harus serba terencana dan diatur dengan sejelas dan sedetail-detailnya. Tidak jarang sih, saya sering membuat catatan-catatan sendiri saat sedang banyak tugas yang harus dikerjakan. Biasanya, saya kelompokkan mulai dari yang high priorities sampai yang low priorities. Kabar buruknya, entah ini buruk atau gimana, tapi tipe judging ini agak kesulitan untuk mengerjakan lebih dari satu pekerjaan dalam waktu bersamaan. Kalau saya pribadi, untuk pekerjaan sehari-hari semisal pekerjaan rumah tangga yaitu menyapu, mengepel, mencuci pakaian, memasak, masih bisa saya lakukan secara bersamaan dalam satu waktu, misal jam sekian, saya bisa menggoreng sambil menyapu, jadi menunggu gorengan sambil nyapu-nyapu sebentar, hahaha absurd. Tapi untuk pekerjaan yang serius, misal ngerjain tugas, menulis atau tugas dari tempat kerja, saya adalah tipe yang harus diselesaikan satu persatu. Saya lebih prefer menyelesaikan satu pekerjaan tapi hasilnya bisa lebih mendalam daripada mengerjakan dua tugas secara bersamaan namun hasilnya kurang rinci. Itulah kenapa orang tipe judging ini cukup perfeksionis, maunya menyelesaikan sesuatu dengan "sempurna". Sempurna dalam artian bagus, unik, orisinil, kreatif, sistematis dan berbasis kebaruan.

Keempat, saya adalah orang yang assertive. Asertif? Yap, saya lebih suka menyatakan atau menjelaskan sesuatu dengan jujur apa adanya sesuai dengan apa yang saya pikirkan dan rasakan. Inilah yang sempat menjadi pertentangan dengan teman-teman saya. Karena saya terkadang bisa menjadi orang yang "terlalu jujur" menurut mereka sehingga mereka melihat hal itu sebagai kelemahan saya dan kurang menerima asertivitas saya. Tapi, ada tapinya nih, saya baru akan asertif hanya pada orang-orang yang dekat dengan saya. Saya ini sebenarnya orang yang tidak mudah mengekspresikan sesuatu di depan orang asing, saya juga mudah merasa "sakit" tapi terkadang ada momen dimana saya sulit mengungkapkannya, kecuali kalau saya sudah tidak tahan lagi, saya pasti akan berterus terang, daripada saya empet lama-lama jadi bom atom, mending saya utarakan, namun tentu saja menunggu beberapa waktu dulu sih.

Berikut ini saya tampilkan beberapa capture penjelasan dari tes tadi ya.

Ini Strengthness-nya tipe INFJ







-----------------
Ini Weaknessesnya





---------------------

Ini Tentang Gimana INFJ Membangun Romantic Relationship


Soal ini saya konfirmasi sedikit :p... Saya juga tidak expect kalau hasilnya akan seperti ini sih dari tesnya, tapi memang lebih banyak sesuainya dengan diri saya. Jadi, INFJ adalah seseorang yang akan membina hubungan serius jika itu dalam ranah romantic relationship. Keseriusan saya hanya orang lain sih yang bisa menilai. Hubungan yang serius itu adalah hubungan yang meaningful dan mendalam. INFJ tidak suka jika ada seseorang yang mendekatinya hanya just for fun atau hanya sekadar penasaran dengan who they are. Ketika membina hubungan pun, INFJ lebih dominan mengupayakan dan memberikan sesuatu yang jauh di luar hal-hal fisik yang receh, melainkan lebih suka memberikan/mengupayakan hal-hal yang bisa menentramkan pasangan secara emosional dan melihat pada gimana sih makna dari hubungan tersebut, berusaha menjadi partner yang passionate untuk pasangan dan lebih mengharapkan hubungan tersebut dapat terus dibina sampai ke masa depan.

Dan, pasangan yang INFJ cari adalah seseorang yang bisa satu frekuensi dengannya. Saya pribadi tertarik dengan seseorang yang di awal tampak misterius namun lama-kelamaan bisa terkoneksi dan terbuka seiring berjalannya waktu. Sebab, saya orang yang cukup sulit untuk menyatu dengan pikiran dan perasaan lawan jenis. Saat diajak ngobrol atau pedekate pun, saya juga tidak semudah itu untuk connect. Apalagi kalau misal ada lawan jenis yang saat baru pertama kali kenal dia sudah menunjukkan tanda-tanda yang sama sekali tidak bisa nyambung atau sok sok nyambungin padahal ada sesuatu yang menurut penilaian saya orang tersebut nggak banget lah pokoknya, maka saya memilih untuk cut off them. Jadi kalau ada yang bisa connect dengan saya, mungkin he is the one.

Selain itu, kalau sudah beneran cinta, INFJ cenderung sangat perhatian. Terkadang INFJ juga mencari sesuatu yang baru untuk dibagi ke pasangan atau untuk sekadar menyenangkannya. Ini benar sih, saya banget mah. Ets, tapi, buruknya, kalau saya sedang dilanda kesibukan, saya sering autis dan itulah yang bisa membuat pasangan saya kesal karena saya hilang tiba-tiba, tidak ada kabar, padahal tidak bermaksud menghilang sih. Sebaliknya, kalau pasangan saya yang hilang atau minimal ketika saya menghubungi tapi tidak dibalas, saya masih bisa mentolerir sih, tapi kalau tidak dibalasnya lama kadang jadi bad mood, bingung, sudah berpikir ngalor-ngidul mengira kalau pasangan saya tidak berminat untuk berkomunikasi atau mungkin sedang tidak ingin diganggu atau mungkin lagi bad mood juga tapi tidak mau bilang pada saya.

INFJ juga tidak suka ketika pasangan berbuat curang, entah itu dalam bentuk berbohong atau memanipulasi. Ini pun benar adanya. Dengan intuisi yang saya miliki, saya sering bisa mendeteksi apakah seseorang itu berbohong atau tidak. Kalau sudah berbohong, saya tidak bisa terima sih dibohongi, kecuali jika dia minta maaf dan tidak mengulanginya, saya akan lebih mudah dinego. Sebaliknya, saya lebih suka kalau pasangan bisa jujur, meskipun hal itu mungkin menyakitkan sih, tapi kalau mau jujur dan bisa mempertanggungjawabkan apa yang dia katakan dan lakukan, ya saya akan sangat menghargainya. Jadi, kesimpulannya, hal terpenting bagi INFJ dalam mencari pasangan itu adalah keseriusan, komitmen, sincerity, genuine dan trying to become one with their partner in mind, body and soul. Romantis banget kan saya :D .... haha iya sih, saya lebih tampak romantis daripada pasangan saya.










Ada yang sudah tes juga? Kalau kalian termasuk tipe pribadi apa?


Sumber capture: 16personalities.com


No comments:

Post a Comment

Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.