Friday, January 23, 2015

KAMU

2:05 PM 4 Comments
Aku ingat jelas ketika kamu menangis di hari penyatuan cinta kita. Diam-diam, kelenjar mataku menitikkan airnya usai mengucapkan ijab qabul. Bahagia luar biasa, itu yang kurasa ketika berhasil duduk sebagai pendamping hidupmu. Kulihat semburat cerah di wajahmu. Kamu mengangsurkan dahi untuk kucium lembut saat kita duduk berdua di pelaminan. Kamu tersenyum. Walaupun tak secantik putri Indonesia, bagiku kamu tetap istri tercantik di hatiku. Saat kubisikkan kata-kata lembut, kamu merajuk. "Gombal," itu katamu sambil menjawil pipiku.

Sebulan setelah menikah, kita menjalani hubungan jarak jauh. Tidak lama, hanya dua bulan. Ah, itu juga terasa lama bagiku. Setiap hari di sela bimbingan skripsi, kamu selalu menyempatkan waktu untuk meneleponku. Kadang pula aku lebih dulu menyapamu via BBM. Hari demi hari, kucoba berpuasa demi menahan rindu tak terbendung ini. Aku rindu memelukmu, mencium keningmu, menjawil pipi putihmu dan mengganggumu ketika sedang mencuci piring.

Sunday, January 18, 2015

CURHAT ANAK MAPRO PSIKOLOGI: QUALITY TIME

11:31 AM 0 Comments
Libur belum tiba
Libur belum tiba
(Nggak) hore
(Nggak) hore....

Seluruh mahasiswa strata satu udah pada libur. Kampus putih jadi sepi, hanya ada kerumunan dosen, para staf dan pegawai. Satu golongan lagi yang belum libur: mahasiswa magister profesi. Saya nggak tahu pasti magister jurusan lain libur apa nggak, tapi untuk magister psikologi bilangnya "nggak libur".

Sebagian besar teman-teman yang berasal dari luar Jawa ataupun luar Malang, pada sebel karena udah homesick. Alhamdulillah, saya nggak ngerasain hal yang sama karena udah pindah dan menetap di Malang. Kalau dulu waktu S1, saya juga jarang pulang (pas masih tinggal di Parepare). Homesick itu pasti, tapi tiap libur kadang ortu yang jengukin ke sini sekaligus mereka pulang kampung. Kalau nggak gitu, saya yang berlibur ke Madiun (di daerah perbatasan Madiun sama Magetan sih sebenarnya), ke rumah Mbah (ortu Mama). Yaah..kebayang lah yaa gimana rasanya merindukan kampung halaman. Meskipun saya sendiri nggak bener-bener native from Parepare, sekarang kerinduan di dada ini makin membuncah. Ya iyalah rindu, orang saya lahir di sana.

Thursday, January 15, 2015

HINDARI MENGATUR BERLEBIHAN & MEMBENTAK ANAK

7:35 AM 0 Comments
by catatanistri.com
Sekedar intermezzo mengenai gambar di atas, saya peroleh ketika membaca status teman Facebook. Saya sedih melihat ekspresi anak yang menggemaskan itu.
------
Selama praktikum ini, ada banyak sekali kasus-kasus yang bertebaran. Walaupun mayoritas kasusnya masih dalam ranah "problem psikologis" dan nyaris nggak ada yang nemu kasus "disorder", tapi bila diinterpretasikan ke masa depan, problem-problem psikologis yang ada sekarang ini lama-kelamaan akan menjadi gunung es di kemudian hari.

Tuesday, January 6, 2015

BERKAH DARI BELAJAR DAGANG

7:10 PM 6 Comments
Alhamdulillah.. Belum lama ini, sekitar Agustus 2014 lalu mulai mencoba untuk berbisnis kecil-kecilan. Yaaah, meski masih tergolong reseller dan marketer tapi karena kedua job ini menyenangkan dan it's about syar'i fashion jadinya happy aja ngejalaninnya.

Dengan ngebuka nama olshop Griya Qafisha, saya jadi belajar banyak hal. Pas awal-awal jualan, saya sempat pesimis karena nggak pernah mengampu pelajaran bisnis dan sama sekali nggak punya skill handal dalam berbisnis. Tapi, karena niatnya emang pengen belajar biar kelak ada pegangan, akhirnya sedikit demi sedikit jadi banyak hal yang saya tahu.

Monday, December 22, 2014

MENDAPATKAN TEMAN ITU SANGAT MUDAH, TAPI TIDAK BAGINYA

7:38 PM 1 Comments
Sepanjang jalan menuju proses peng-integrasian hasil laporan praktikum alat tes ini, saya jadi kepikiran sama si testee. Sudah lama kenal tapi baru saat ini saya benar-benar memahami apa yang tersembunyi di balik wajah cantik dan polosnya.

Dia sebenarnya cukup cerdas namun dari hasil beberapa tes yang diberikan, ternyata orangnya inferior atau bahasa mudahnya nggak pedean, merasa rendah diri dan cenderung malas action.

Saya baru sadar kalau dia sebenarnya punya banyak sekali unfinished business. Saya juga baru tahu kalau ternyata dia tidak suka diatur. Alhasil, susah juga untuk membuat janji bertemu dengannya. Otomatis, saya yang harus ngalah karena dia sendiri tidak ingin diatur dengan jadwal pertemuan yang saya tentukan. Permasalahannya itu ibarat benang kusut yang udah terulur ke sana kemari namun nggak pernah jelas gimana cara mengembalikannya secara rapi seperti semula. Mulai dari keluarga, akademik hingga persoalan teman pun bermasalah.

Ambil salah satu yaitu persoalan teman. Kalau diamati, dia punya banyak teman. Saya pun juga tergolong temannya karena kami juga satu fakultas (meskipun beda angkatan) dan pernah satu atap dalam organisasi rohis. Namun, dia masih saja merasa kesepian. Ketika ditanya apa arti sahabat, dia sendiri tidak mampu mendefinisikan dan merasa tidak memiliki sahabat atau teman yang benar-benar khusus dan dekat dengannya. Selama ini, dia hanya memendam sendiri masalahnya. Kalaupun cerita, pasti ke orangtua, terutama ibu, itupun juga tidak semua ia tumpahkan.

Seandainya saya ada di posisi benar-benar tidak mengenalnya selama memberikan tes, mungkin saya harus mengerahkan tenaga yang lebih ekstra agar mendapat simpati darinya. Mungkin ini yang saya tarik sebagai salah satu faktor mengapa ia tidak punya banyak teman, sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan dan merasa tidak punya sahabat. 

Kira-kira apa sih cara yang bisa kita lakukan, paling tidak agar orang lain tertarik untuk berteman dengan kita? Ya, tersenyum. Itu adalah cara paling mudah. Ketika kita menampakkan/memberikan senyum tulus pada orang lain, maka itu akan menjadi kesan pertama yang baik untuk menjalin hubungan interpersonal selanjutnya. Dengan tersenyum, orang lain pun akan menilai bahwa kita menerima kehadirannya. Inilah yang tidak saya temukan dalam diri si testee. Itu juga keluar dari hasil interpretasi tes maupun hasil dari alloanamnesa. Banyak orang yang menilai dia sombong padahal orangnya baik looh. Bagi yang mengenalnya, kalau dia tersenyum dikiiiit aja, subhanallah cantik dan manis banget. Cuman, dia memang tipe orang yang memiliki wajah cenderung apatis. Jadi, kesan pertama yang muncul ketika kita baru pertama melihatnya pasti akan mengira dia adalah orang yang sombong, tidak ramah atau sejenisnya. Padahal tidak. Ekspresi natural dari wajahnya memang sudah seperti itu dan itu juga diakui oleh orangtuanya.