Monday, October 15, 2012

ART (Asisten Rumah Tangga)

6:19 PM 0 Comments
       Asisten Rumah Tangga (ART) atau bahasa bakunya Pembantu atau disebut juga Pembokart dan entah apa lagi. *tengok kamus di lemari.

        Gue berasa seperti reinkarnasi kembali sebagai "anak kontrakan" atau bahasa kerennya anak kost. Gimana nggak? Hari ini gue super duper capek karena pembantu yang biasa datang buat bersih-bersih, nyuci dan nyetrika tiba-tiba ngasih kabar kalo dia harus berlayar menuju kota Kendari, ke rumah saudaranya. Gue juga nggak tahu pasti urusannya apa di sana, yang jelas, beliau pergi cukup lama. Mau nggak mau, gue harus kerja ekstra dua kali lipat *lihat aja, rumah ortu gue tingkat dua. Biasanya gue hanya bersih-bersih bagian atas, sekarang harus bersihin lantai dasar juga. MasyaAllah!

       Sebenernya gue nggak ngeluh sih cuman teringat lagi dengan masa-masa menjadi anak kost di kontrakan komunitas Sitti Hajar. Ada piket masak bareng, bersih-bersih rumah, nyuci dan nyetrika sendiri. Bagaikan ketimpuk sama papan trus kejatuhan tangga pula, ckckck.... *secara, dibarengi dengan jadwal kuliah, magang, ROHIS, ngurus ini itu dan bla bla. It's a wonderful moment because I could manage the time seriously. 

            Heuum, untuk beberapa minggu ini hingga menjelang Idul Adha, gue harus benar-benar fokus antara pekerjaan di rumah, ngajar di Guidance Club mahasiswa tiap weekend plus ngeluangin waktu buat latihan berkarya ikut lomba nulis yang udah lama terbengkalai. Well, semua itu nikmat dari Allah buat gue dan gue bersyukur untuk itu.

            Ternyata emang berat ya kerja sebagai ART itu, yaaa 11:12 lah dengan kerjaan ibu rumah tangga yang juga ngurus suami dan anak-anaknya. Namun, sayangnya dari dulu sampe sekarang, pembantu panggilan (tetap) yang udah lama bekerja di rumah tuh kerjaannya masih aja kurang beres. Cucian kadang ada yang luntur, nyapu kurang bersih, ngepel; airnya cuman diganti sekali dua kali untuk ruangan dasar yang lumayan plus hasil setrikaan yang terlalu panas sampe bikin warna baju kusam. *bukannya hepi ada pembantu, ini malah suram. Bukan hanya itu, kejadian lebih parah pun pernah terjadi, nggak hanya sekali tapi berkali-kali dan itu juga dialami oleh tetangga gue yang pernah pake jasa ART ini dan ART ini nggak mau mengakui perbuatannya. Trus, kenapa masih dipertahanin? Soalnya nyari ART susah banget. Meskipun begitu, pemantauan tetap berjalan ketika si ART ini bekerja sehingga bisa meminimalisir hal-hal negatif yang pernah terjadi.

               Well, kalo gue pribadi, nggak seratus persen mempercayakan pekerjaan kepada pembantu sih. Boleh aja pake pembantu karena gue juga harus membagi waktu untuk ngelakuin hal-hal yang lebih urgent dan penting. Jangan mudah percaya sama ART kalo selama bekerja dia konsisten melakukan hal-hal buruk. Kalo memungkinkan nyari pengganti sih, nggak masalah kalo mau di-PHK tetapi kalopun terpaksa mempertahankan si ART untuk tetap bekerja yaa sebaiknya lakukan pemantauan ketika dia sedang bekerja, jadi kalo ada yang keliru bisa dikasih tahu atau diingatkan dan itu harus dilakukan berkali-kali.

LOMBA NULIS NARSIS ON TWITTER; NarsisTweet

1:07 PM 0 Comments


DL: 30 Oktober 2012

Terbuka untuk segenap Tweeps di seluruh penjuru dunia;

Tema: NarsisTweet: Narsis ala Twitter;

50 Nominasi NarsisTweet dibukukan, cetak nasional (masuk Gramedia loh) dan masing-masing mendapat 1 buku tanda terbit. (malah dapat royalti penjualan bukunya nanti).

Total hadiah ratusan ribu rupiah.

Syarat dan Ketentuan:

Lomba ini GRATIS dan terbuka untuk siapa saja asalkan punya Twitter;

Tulisan diangkat dari kisah nyata yang dialami sendiri oleh penulis, atau kisah orang lain (seperti teman, sahabat, saudara, kenalan dan lain-lain) seputar masalah kenarsisan yang nyinggung soal cinta, jomblo, kekonyolan, keapesan, patah hati dan semua-semuanya deh. Ditulis dengan gaya kocak, enak dibaca dan yang penting bisa bikin yang baca sakit perut nahan tawa, huahahahahaha;

Setiap peserta hanya boleh mengikutkan 1 tulisan narsisnya, yang belum pernah dipublikasi di media online (seperti situs, FB, atau Blog) atau tidak diikutkan dalam lomba lainnya;

Panjang tulisan 2-3 halaman, spasi 1, kertas A4, jenis huruf TNR ukuran 12, margin 3 cm atau 1,18 inci semua sisi;

Nama penulis menggunakan nama Twitternya dan panjang biodata pada akhir tulisan maksimal 160 karakter/huruf. Contoh: nama penulis @NarsisTweet, nama di dunia nyatalah adalah Narsis Tangguh yang selalu eksis dalam dunia kenarsisan. Sudah punya gabetan sama-sama dosan narsis, hihi;

Tulisan dikirim dalam LAMPIRKAN FILE (Attach File) ke email: Antologi_WR@yahoo.co.id

Tulis di judul email: NarsisTweet: Judul Tulisan-Nama Penulis

Sebarkan informasi ini di note FB minimal tag 20 teman dan bisa diposting di Blog kamu;

Harus hastag atau follow: @NarsisTweet dan @NarsisUnlimited

Jika ada pertanyaan silakan hubungi koordinator lomba: Rurin Kurniati.

Hadiah:

Juara I: Uang tunai Rp 300.000,- (ditambah 3 buku bukti terbit + e-sertifikat).
Juara II: Uang tunai Rp 200.000,- (ditambah 3 buku bukti terbit + e-sertifikat).
Juara III: Uang tunai Rp 100.000,- (ditambah 3 buku bukti terbit + e-sertifikat).

3 Juara Harapan mendapat beasiswa Sekolah Menulis Cerpen Online (SMCO) Writing Revolution (ditambah 2 buku bukti terbit + e-sertifikat).

*Hadiah bisa bertambah jika ada tambahan sponsor lainnya.

Catatan:

*Update peserta, pengumuman nominator dan pemenang di Grup Zona Narsis Unlimited, atau klik: https://www.facebook.com/groups/narsisunlimited/

Sponsor:

Penerbit Writing Revolution.
Sekolah Menulis Cerpen Online (SMCO), info lebih lengkap silakan klik: http://writing-revolution.blogspot.com/

Saturday, October 6, 2012

Memulung Lebih Mulia daripada Mengemis

12:08 PM 0 Comments
Setiap pagi di kompleks BTN kami biasanya ada seorang nenek yang kira-kira bermur 60-70 tahun yang kerjaannya memungut sampah-sampah plastik seperti botol, kaleng hingga kardus maupun barang-barang bekas lainnya. Namun, saya belum pernah melihatnya secara langsung sebab dulu saya sibuk sekolah bahkan kuliah jauh dari tempat tinggal. Saya hanya sering mengetahuinya dari mama saya yang seringkali bertatap muka dengan si nenek jika mama berangkat siang.

Saat saya telah lulus kuliah dan kembali pulang ke rumah, rupanya nenek yang sering mama sebut-sebut itu masih ada dan pekerjaannya masih sama, tetap memulung seperti biasa. Pantas saja mama cukup tahu tentang nenek itu sebab bila di rumah banyak berserakan botol plastik atau barang-barang yang sudah tidak terpakai lainnya, mama pasti akan menunggu di pagi harinya untuk memberikan barang-barang bekas tersebut kepada si nenek.

Hari itu, saya berada di rumah dan kebetulan malam hari sebelumnya ada seorang rekan bapak saya yang memberikan buah tangan berupa satu termos besar yang berisi ikan bandeng, kalau orang sini biasa menyebutnya "ikan bolu". Entah berapa jumlah ikan bandeng tersebut, yang jelas kami sekeluarga tidak mungkin bisa menghabiskan sendiri ikan sebanyak itu lagipula kulkas kami pun sudah cukup sesak untuk menampung ikan sebanyak itu. Dan, saya disuruh mama untuk menunggu si nenek pemulung itu untuk memberikan sejumlah ikan bandeng yang telah mama kemas di kantong plastik. Akan tetapi, setelah lama menunggu, nenek tersebut belum juga datang. Biasanya beliau akan lewat di kompleks sekitar jam tujuh pagi tetapi tumben nenek tersebut tidak kunjung lewat setelah jam menunjukkan pukul 08.15.

Mama pun juga belum berangkat. Ia yang memutuskan untuk menunggu nenek tersebut di teras rumah. Eh, akhirnya si nenek itu lewat juga. Mama memanggil nenek tersebut untuk mempersilahkannya masuk. Dari ruang makan, aku menjatuhkan pandanganku keluar, mencari-cari sosok nenek tersebut. Beberapa menit kemudian, tidak ada seorang pun yang masuk ke dalam rumah, rupanya nenek tersebut malu sehingga dia hanya duduk di teras rumah. Ketika saya mengintip dari dalam, tampak terselip garis-garis tenang dan bahagia dari wajahnya. Setelah saya tengok pakaian nenek tersebut, sepertinya saya sudah pernah melihat nenek tersebut di depan rumah, hanya saja saya lupa tepatnya kapan. Masih seperti yang dulu, si nenek yang sangat sederhana dengan kain penutup melingkat di kepalanya sembari membawa tongkat dan sebuah karung goni sebagai wadah untuk menyimpan barang pulungannya. Ternyata memang benar, saya sudah pernah melihatnya dulu.

Sungguh bahagianya, senyum simpul yang muncul dari bibirnya ketika mama memberikan bungkusan berupa ikan bandeng kepada beliau. Heuum, hati ini lagi-lagi terenyuh. Banyak hal yang selama ini saya temukan dan saya pelajari dari mereka yang hidup di bawah garis cukup. Saya saut dengan nenek tersebut. Padahal banyak orang tua yang seumuran dengan si nenek justru memilih untuk duduk tenang sambil menengadahkan tangan hanya dengan modal tangisan atau wajah muram alias menjadi pengemis. Berbeda dengan si nenek itu, di usianya yang sudah di ujung hari, beliau masih semangat untuk mencari sesuap nasi dengan modal tongkat dan karung goni miliknya. Badannya yang tak lagi tegap tidak menyurutkan semangatnya untuk terus memulung barang-barang bekas, karena hanya itulah yang ia mampu. Bagi orang-orang yang tidak mengenalnya mungkin akan mengira beliau adalah seorang pengemis yang memiliki sampingan sebagai pemulung. Yang jelas, beberapa warga sini sudah banyak yang kenal dengan beliau. Jadi, kalau beliau lewat sini, pasti sudah bisa menebak akan memulung barang-barang bekas dan sampah plastik, terkadang, mereka juga telah menyiapkan beberapa sampah plastik dan barang-barang bekas miliknya di depan rumah untuk diberikan pada si nenek. Betapa senangnya si nenek ketika ia berhasil memulung dalam jumlah banyak.

Semua pekerjaan, apapun jenisnya asalkan itu masih halal bahkan memulung sekalipun, itu lebih mulia daripada hanya mengemis kepada orang lain. Bukankah tangan di atas itu lebih baik daripada tangan di bawah? 

Saya pikir banyak di pinggiran kota lainnya yang juga bernasib sama dengan si nenek. Memang sangat berat mengatakannya namun yang pasti, apapun yang kita kerjakan selama itu tidak bertentangan dengan agama dan moral, berusahalah untuk ikhlas dalam menjalaninya sebab akan selalu ada hikmah dan berkah yang menyertainya.

Mengemis pun tidak bisa dikatakan sebagai hal yang nista karena itu juga menjadi sebuah pilihan bagi kebanyakan potret masyarakat bawah dari dulu hingga sekarang. Namun, selagi masih mampu untuk melakukan hal-hal yang lebih produktif dan bermanfaa, asah saja terus kemampuan itu, biarlah letih itu mengikuti sampai rasa letih itu hilang dengan sendirinya. Meminta bantuan itu memang boleh tapi tidak sama halnya dengan hanya berpangku tangan seperti potret pengemis, mereka hanya mengandalkan bantuan orang lain terhadap diri sendiri tanpa ada usaha yang bermanfaat bagi diri pribadi dan orang lain. Rata-rata pengemis akan mengatakan bahwa mereka tidak bisa bekerja yang lain sebab tidak mempunyai kemampuan apa-apa atau berkata,"saya bahkan tidak lulus sekolah".

Padahal Allah sangat dekat pertolongan-Nya. Allah menebarkan banyak cara baik yang bisa dilakukan tanpa harus menjadi pengemis. Namun, sayangnya kebanyakan dari mereka tidak mau untuk melihat peluang itu. Coba lihat, Henry Ford saja yang bahkan tidak lulus SD bisa bekerja dengan giat hingga menghasilkan mahakarya yang luar biasa, salah satunya memproduksi mobil Ford yang sering kita lihat di berbagai iklan.

Banyak di luar sana saya temukan kisah nyata pengemis yang kaya. Ya, mereka "mendadak kaya" hanya dengan meminta-minta mulai pagi hingga malam, bahkan ada seorang pengemis yang bisa menghasilkan uang jutaan tiap hari hingga bisa menyekolahkan anak-anaknya. Namun, ternyata di balik itu semua, pengemis tersebut  juga memakai cara-cara yang tidak benar, menipu orang lain dengan berpura-pura sakit keras. 

Jaga agar jangan sampai pikiran ini disempitkan hanya melihat satu sudut saja, jangan sampai kita berotak seperti pengemis.
Bila di dunia ini hanya ada satu pekerjaan baik yaitu memulung, itu lebih mulia daripada mengemis.

Tuesday, September 25, 2012

CACAT BUKAN HAMBATAN SUKSES

8:31 AM 0 Comments
Kemarin ketika sedang mengikuti kuliah ruhiyah, ada yang bercerita terkait sebuah film inspiratif.

"AMMAR FILM"

Sebuah tontonan (film pendek dari Timur Tengah) yang hanya berdurasi sekitar 5-6 menit.

Bagi yang belum nonton,

bagi yang suka GALAU,

bagi yang suka berpikir PESIMIS,

bagi yang sering dihantui perasaan+pikiran yg NEGATIF,

saya sarankan buat nonton film itu sejenak, cuma bentar doank kok.

Saya yakin setelah nonton, pasti kalian akan bilang "WOW" gitu hehehe :D

Film tersebut sangat inspiratif walaupun memang banyak film inspiratif lainnya.

Di dalam film berdurasi singkat tersebut, dikisahkan seorang bernama "Ammar" yang terlahir dengan ketidaksempurnaan fisik (cacat).

Dokter pun telah memvonis bahwa Ammar hanya akan bertahan hidup paling lama sekitar 2 tahun, tidak lebih dari itu.

Meskipun demikian, orang tuanya selalu menanamkan sikap OPTIMIS dan pantang PUTUS ASA, mereka yakin ALLAH selalu ada untuk mereka, ALLAH akan menolong anak mereka, Ammar.

Ammar pun tumbuh menjadi sosok yang hebat, sangat hebat, ia tidak pernah mengeluh dengan keadaannya dan tetap bersosialisasi juga bersekolah seperti yang lainnya.

Tidak dipungkiri, dalam film tersebut juga terlihat Ammar sempat mendapatkan penolakan di bangku pendidikan dengan tidak diizinkan oleh Guru untuk mengikuti kelas karena dianggap tidak akan mampu belajar seperti anak normal.

Ammar tidak pernah menyerah...

tidak juga berkecil hati...

Ammar banyak meluangkan waktunya untuk menghapal dan mengkaji Al-Qur'an....

Ia juga sangat gemar menonton pertandingan bola dan bercita-cita menjadi seorang "Wartawan Bola" agar bisa bertemu dengan pemain-pemain hebat dunia.

Apa yang terjadi?

Apakah Ammar benar-benar hanya hidup dalam waktu 2 tahun tanpa berhasil menggapai cita-citanya?

TIDAK.

Kun Fayakun..

Allah sungguh Maha Agung...

Dengan kehendak Allah, hingga usia menginjak "DUA PULUH ENAM TAHUN" lebih dari apa yang pernah divoniskan dokter sejak ia masih bayi.

Di usianya yang ke-26 tahun, Ammar berhasil mewujudkan cita-citanya...SUBHANALLAH :D !!!!

Ia telah hafidz Al-Qur'an...

Ia LULUS SARJANA dengan predikat CUM LAUDE...

dan, Ia benar-benar menjadi WARTAWAN BOLA seperti apa yang ia inginkan...

Ammar juga telah banyak menyabet beberapa PIALA penghargaan dari segudang prestasi lainnya...

Sebuah kalimat inspiratif yang AMMAR ucapkan,"....Immaa Takhtaar, wa Immaa Tanhaar...(Kamu memilih untuk EKSIS atau kamu RUNTUH)"

Menakjubkan bukan?

Astaghfirullah, dan coba kita lihat siapa diri kita masing-masing...

Apakah kita cacat seperti Ammar?

Atau kita justru SEHAT dan NORMAL?

Apakah cita-cita terbesar kita?

Dengan kesempurnaan fisik yang Allah berikan, sudahkah kita wujudkan atau hanya angan-angan filosofi semata?

Bila tidak, bila belum, bila malu, bila merasa tidak bisa, bila ragu, bila GALAU,

Coba bercermin dari kisah inspiratif si AMMAR...

Petik hal-hal positif di sekitar kita...

Menjauhlah sejauh mungkin dari hal-hal yang negatif di sekitar kita...

Menjauhlah dari TEMAN yang NEGATIF

Menjauhlah dari orang-orang yang SUKA GALAU

Mendekatlah pada TUHAN

Mendekatlah pada apa yang bisa membuat kita berSEMANGAT

Carilah KAWAN yang POSITIF

Tulislah mimpi pada DREAM BOOK kita

dan WUJUDKAN

MOVE ON

ACTION

Agar tidak hanya hidup dalam filosofi "jika dulu....." "andai....."

Gimana??

Want You???




Friday, September 21, 2012

Mari Berkompetisi Sehat

7:08 PM 0 Comments
       Setiap minggu saya sangat suka menyaksikan tayangan program kompetisi memasak di salah satu stasiun TV  yakni "MASTER CHEF". Namun, semenjak kehadiran "Black Team" yang tadinya benar-benar sangat terpukau tiap menyaksikan tayangan tersebut dengan berbagai orang dan skill yang mumpuni dalam hal masak-memasak kini perasaan itu sedikit pudar. Bukan masalah "Black Team"-nya melainkan  "perang mulut" yang menghiasi kompetisi tersebut.

      Sungguh sangat disesalkan, kompetisi yang semestinya terlihat awesome harus ternodai dengan "perang mulut" tersebut. Ada yang saling dendam, saling menjatuhkan, saling mengejek skill masing-masing bahkan tidak jarang juga pernah terlontar kata-kata kotor (walaupun kadang disensor) yang mana itu bisa saja menjadi ancaman buruk bagi pelaku kompetisi bila dinilai dari segi attitude-nya.

        Lantas di manakah makna kompetisi yang sehat itu berada bila kenyataannya masih saja ada pelaku kompetisi yang suka  saling"berperang mulut" seperti itu? Ditambah lagi ajang tersebut selalu up to date ditayangkan di media elektronik.

         Bisa jadi orang-orang yang tadinya terpukau dengan tayangan tersebut justru semakin salah arah dalam menanggapi, memandang bahwa acara tersebut menarik dengan adanya "saling kritik" di antara para peserta kompetisinya. 

            Alangkah semakin "amazing" jika program tersebut tidak diembel-embeli dengan hal-hal seperti itu sebab tontonan itu merupakan bagian kecil sebuah ilustrasi "modelling" bagi siapapun yang melihatnya. Dengan kata lain, tontonan itu juga merupakan sebuah tuntunan. Bisa menjadi tuntunan baik ataupun buruk tergantung dari isi dan kualitas yang tersusun di dalamnya.

           Tidak ada gunanya berkompetisi jika sesama rival saling menjatuhkan dengan "kata-kata yang buruk", sifat dendam dan tidak mau menghargai karya masing-masing kompetitor. Kompetisi bukanlah mengajarkan makhluk untuk saling menjatuhkan, saling menghina, apalagi sampai dendam. 

              Masih ada kompetisi yang sehat, yang benar-benar mengajarkan kita esensi dari kompetisi itu sendiri, mengajarkan berbagai pelajaran berharga dari setiap komponen yang dilombakan, mengajarkan kita tentang kesabaran, manajemen waktu, manajemen sikap, hati bahkan lebih dari itu, kita dapat mengambil hikmah berupa jalinan ukhuwah (persaudaraan) antar sesama kompetitor walaupun kita berdiri sebagai seorang rival (lawan) dan satu hal lagi adalah mengajarkan kita bagaimana menghargai usaha/karya dari tiap-tiap kompetitor termasuk kita sendiri. Seorang rival kompetitor bukanlah seorang musuh. 

            Jika semua hal itu dicoreng dengan hal buruk, meskipun dianggap kecil namun bisa saja semakin lama justru akan semakin menumpuk dan akibatnya hanya akan mendatangkan "penyakit hati" dan lebih parahnya lagi, apa yang kita lakukan bisa saja menjadi sia-sia dan tidak bernilai apa-apa untuk kita.

           Jadi, mau pilih yang mana, berkompetisi secara jujur dan sehat atau berkompetisi diiringi dengan keburukan yang hanya sia-sia???