Monday, December 24, 2012

Gimana Mengendalikan Sensitivitas Diri?


Ehm, mulai formal lagi ya? :D Udah lama juga nggak posting about Psychology.

Sesuai tajuk blog-nya juga sih ya hehe, "Kriuk For Iman and Psyche". :D

Ehm, ini ceritanya kayak interaktif gitu yaa, hehe. Barusan ada temen yang nanya, "Gimana sih caranya tetep bijak saat kadar sensitif berada di titik klimaks?"

Jangan sampe kayak orang yang ada di gambar yaa!! Hehehe.

Baiklah, Bismillahirrahmanirrahim, aku coba jawab ya DIkpa Sativa

Sensitif. Bacanya aja udah bikin sensitif juga ya (bagi yang lagi sensitif sih) hehe :D. Sensitif itu masuk dalam area affection (perasaan). Tiap orang punya tingkat sensitivitas yang berbeda dan ini juga berkaitan dengan Self-control, baik pada diri sendiri maupun ke orang lain.

Sebagai contoh (ini contoh yang menggunakan perspektif budaya) di mana orang Asia itu cenderung lebih "peka" perasaannya dibandingkan orang Eropa (e.g Amerika).

Kepekaan itu memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti saat kita bergaul dengan orang atau saat kita melakukan suatu tugas untuk diri sendiri. Dan, itu sudah di-setting sebelum lahir. Gini maksudnya, janin akan bereaksi bila diberikan stimulus yang merangsang pendengarannya karena fungsi pendengaran bayi itu sangat peka. 

Tanpa kepekaan, manusia tidak akan mampu memberikan perhatian bahka kepada dirinya sendiri.

Nah, sensitivitas seseorang pun akan meningkat jika mendapatkan stimulus/rangsangan tertentu. Contohnya: mudah menangis saat membaca novel-novel dengan genre melakonlik, akan ikut marah bila dicaci-maki harga dirinya atau lainnya.

Tapi, ada juga individu yang mampu mengendalikan rasa sensitifnya sekalipun dia dihujat habis-habisan.

Terus gimana mencegah agar sensitivitas tidak muncul berlebihan? Gimana bisa ada orang yang masih bisa santai meski dihujat habis-habisan?

Simple aja, ketika mendapat stimulus yang sangat tidak mengenakkan di benak kita, cukup diam saja. Loh kok diam sih? Diam itu adalah cara terbaik daripada membalas stimulus itu dengan hal yang lebih buruk. Loh, tapi, kalo udah diam, bisa aja hati masih dongkol, masih senewen.Hehe, aku juga pernah kok kayak gitu, dongkol banget sampe dag dig dug gak keruan.

Kalo udah begitu, coba cara kedua ini: menulis. Loh, kok orang lagi dongkol malah disuruh nulis sih? Mungkin ini terdengar aneh bagi orang lain tapi setidaknya dengan menumpahkannya melalui tulisan, insyaAllah kedongkolan itu akan sedikit lebih berkurang, lebih terobati daripada melampiaskannya pake mulut.Tulis semua yang kamu rasakan dan pikirkan ketika itu. Bila kamu tadinya ingin membanting sesuatu, coba kamu ekspresikan dan ilustrasikan apa yang ingin kamu lakukan itu ke dalam tulisan. Tidak usah memperhatikan EYD, bagus nggaknya tulisanmu, nggak usaaaah! Yang penting kamu sudah melampiaskannya. Lakukan itu, menulislah sampai suasana hati/perasaan dan pikiranmu reda atau normal kembali. Kalau bisa, tidak berhenti sebelum kamu benar-benar sudah merasa lebih baik.

Lalu, apa sih latihan sederhana yang bisa dilakukan untuk dapat mengontrol tingkat sensitivitas itu sendiri? Simple aja: puasa. Kenapa puasa? Ketika orang berpuasa, tentu saja otak juga akan bekerja untuk menghindari hal-hal buruk yang bisa melukai afeksi. Puasa itu juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa seseorang. Orang yang melakukan puasa dengan benar, insyaAllah akan lebih mampu untuk mengontrol dirinya ketika mengalami/menghadapi hal-hal yang kurang menyenangkan. 

Coba lakukan dulu mulai dari puasa bicara saja. Hindari berkata-kata terlalu banyak, tidak penting apalagi bergosip. Setelah itu, coba lanjutkan dengan puasa sebagaimana yang dianjurkan oleh agama, misalnya puasa senin-kamis. Lakukan itu berulang-ulang! Manfaatnya 'kan sudah tidak perlu diragukan lagi :D.

Ha, dengan cara-cara simple seperti ini, tidak akan ada dendam dan tidak akan ada yang tersakiti. 

Nggak berat kok sebetulnya. Yang berat itu karena memang malas, nggak pengen mencoba aja.

Semoga bermanfaat! ^__^ Bila ada masukan lain, silahkan berkomentar. Jazakumullah khoir.

No comments:

Post a Comment

Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.