Kutatap wajahnya yang letih karena bekerja seharian. Angin yang
bertiup dari langit Shati ini seolah turut menampar keringat yang luruh
membasahi kerah bajunya. Aku mencoba mendekat lalu mengelap peluhnya ketika dia
tengah sibuk menggulung selang panjang yang menjulur dari tanki berisi air
minum.
“Mm, Abi. Apa Abi ingat sesuatu tentang hari ini?” tanyaku
sambil mengernyitkan dahi, berharap dia dapat menebak apa maksud dari
pertanyaanku.
“Sama saja, Ummi. Ini hari Senin dan setiap hari aku harus
bekerja. Sudahlah, Ummi temani anak-anak saja ya! Abi mau pergi dulu.”
“Mmm, begitu ya. Abi tidak istirahat dulu sebentar?” tanyaku
agak sedikit kecewa dengan jawabannya tadi.
“Nanti saja ya, Ummi. Abi belum lelah. Abi masih harus pergi
ke Jabaliya.”
Dia memang seorang laki-laki yang sangat bertanggung jawab
dan termasuk tipe pekerja keras. Sudah menjadi hal biasa bila dia tidak mau
makan atau istirahat sejenak sebelum benar-benar menyelesaikan tugasnya,
mengantarkan air minum dengan mobil tank ke sejumlah tempat pengungsian di
sekitar jalur Gaza ini. Dia bahkan tidak peduli dengan ancaman tembakan atau
bom yang bisa datang kapan dan di mana saja.
***
Matahari mulai kembali ke peraduannya dan berganti dengan
langit senja yang tergores indah. Aku sudah tidak sabar menanti kepulangan
suamiku dan ingin segera memberitahukan satu hal spesial padanya.
“Fatimah... Ibrahim, suamimu, Ibrahim, tembakan, Ibrahim”
tegur seorang Nenek dengan terbata-bata.
Langkahku terasa berat ketika beranjak keluar tenda bersama si
Nenek. Dadaku sesak terhimpit saat melihat wajah Ibrahim terbujur kaku di balik
kain putih bersimbah darah. Tangisku pun membuncah.
Pupus sudah harapanku untuk memberitahukan kepada suami
tercinta bahwa hari spesial ini adalah ulang tahun pernikahan kami yang
kesepuluh. Tidak ada kecupan mesra. Hari ulang tahun pernikahan ini kurayakan dalam kubangan darah dan air mata. Ibrahim—suamiku—dia telah pergi dalam keadaan
yang sangat mulia di tengah perjalanannya pulang dari daerah perbatasan Israel-Gaza.
lumayan seddih Mbak.. tapi kalau dibikin cerpen *lebih panjang lagi, pasti bakalan meresssssssap... ^_^
ReplyDeleteiya yaah pasti bakalan heboh klo dibikinin cerpen, tp untung aja nggak, ane takut klo anti tambah nangis kyk waktu itu hihi :D ^__^
Delete