Friday, January 25, 2013

PERTARUNGAN MALLANCA


Puisi ini pernah kuikutkan dalam event besar, tapi sayangnya belum lolos, mungkin memang masih banyak kekurangan. Sekarang kuposting aja di blog sebagai kenang-kenangan dan sekaligus nyebar wawasan mengenai tradisi"Mallanca"...

Silahkan disimak puisinya, semoga bermanfaat^^


By Paresma Elvigro

/1/
Beratus-ratus musim dahulu kala
Dua-dua hamba sahaya saling beradu, melipur lara hati sang raja
Menari-nari betis sahaya, menyepak kanan, tersepak di kiri, begitu saja
Sampai sang tuan tersenyum jua, sahaya pulang membawa upah setelah menghamba

/2/
Hamparan hijau luas menguning
Terpatuk pipit, terapit gerinting
Wajah-wajah Samaelo tiba berangsur-angsur bersama kepala berbungkus caping
Rantang, arit dan ani-ani tak lupa turut terjinjing
Inilah musim di mana padi sigap digiring

/3/
Wajah-wajah Samaelo bercucur peluh di kening
Jari-jemari memeluk gabah, tak gentar dan saling banting
Sampai terik menyengat ubun-ubun, dahaga dan letih pun masih setia bersembunyi dalam caping
Nikmatnya, angin sepanjang ladang menampar-nampar saat gerimis keringat semakin menggelinding

/4/
Gabah-gabah kini bersemayam dalam puluhan goni
Punggung-punggung mengaraknya ke tepian ranggon

Tatkala lambung meraung lapar, sajian menanti untuk diserbu
Pesta raya ini sungguh nikmat tanpa ambigu
Aku dan kau saling bersuapan tanpa menuai malu

/5/
Ah, lambung pun kenyang setelah dijejal nasi mirip ketupat
Tibalah puncak kemegahan pesta ritual rakyat
Ungkapan syukur menjuntai bersama musim kemuning semakin membubung tinggi hingga ke jagad

Sebagai pemanis indera, aku, kau dan seluruhnya beradu betis layaknya hamba sahaya seratus tahum silam
Empat kepala dalam dua kubu melingkar bergantian
Betis-betis saling berlaga, perih dan hantaman sudah biasa bersahut-sahutan

Arena Mallanca[1] semakin riuh memanggil para betis petarung
Menyepak kanan, tersepak di kiri
Alangkah sigap andai pertahanan beruntung
Tak apa memerah dalam himpitan penantang asal tak jadi buntung

Amboi, bumi Samaelo semakin heboh menggaungkan pekikan betis-betis bertempur
Ritual aneh di tanah ladang semakin bergemuruh
Inilah potret adat arena Mallanca yang berucap syukur
Sehabis musim kemuning bertabur



Parepare, 11 Desember 2012






[1] Permainan dalam tradisi adat desa Samaelo, Bone, Sulawesi Selatan yang berarti ‘menyekap’ atau saling beradu kekuatan betis. Permainan ini dahulunya hanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada raja sebatas hiburan. Akan tetapi, seiring perkembangannya kini menjadi tradisi yang dilakukan di areal sawah pasca memanen padi.

No comments:

Post a Comment

Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.