By: Paresma Elvigro
Nanar mataku
berbelok ke arah siluet fajar
Betisku kaku
memeluk dinding selasar
Jemariku
berceloteh dalam riak gusar
Dengan
kekuatan karang, kugembok rasa sabar
Hingga lonceng
tua memekik dalam koklea pun, aku masih menantimu
Tama,
tahukah kau wahai sahabatku?
Aku
merindumu di tepi dermaga sejak kapal pesiarmu berlayar 13 tahun silam
Tergugu aku
dalam gelombang tanya yang kau tembakkan bagai meriam
Jejak
peninggalanmu mencabik semangatku hingga padam
Tidakkah
dirimu hendak mengangsurkan secarik kabar agar aku tenang dalam diam?
Lama aku
membangun kastil beratap tudung kerinduan di balik raga ingusan dulu
Hingga jiwa
tumbuh pesat dalam kubangan usia yang matang, bahkan masih tegar mencarimu
Dan, kudapati
ragamu jauh bertengger di dahan yang rimbun
Tidak
seperti di dermaga tempat kita pernah bermain balok susun
Rahang
mulutku memaksa untuk menyapa punggungmu yang jauh di monitor maya
Namun, amnesia
kian berlari dalam saraf ingatanmu
Semudah
itukah kalbumu mengikis habis persahabatan kita?
Kastil
rinduku kini usang dilahap rayap
Usang sebab
berdebu diterpa hujan abu
Sudah tamat
episode rindu ini sebab kau melempar kisahnya ke dalam lembah curam
***
No comments:
Post a Comment
Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.