Tuesday, February 19, 2013

FLASH FICTION TANPA JUDUL

 

Ini sebenarnya mau nulis ulang Flash fiction yang kutulis di Twitter semalam. Tapi lagi males copast jadi bentuk paragraf. Alhasil sekalian copast semua deh sama TL-nya hahaha.

Maaf nih yang namanya Timeline itu awalnya itu dari psotingan bawah ke atas. Jadi otomatis bagi yang mau membaca, silahkan monggo dari bawah ke atas ya, dari nomor 51 ke nomor 1 di bawah ini. Heehehe. Sebenarnya nyampur sama mention dan reply dari temen-temen yang nyimak, cuma udah kuhapus. Katanya sih, bikin emosional bacanya.

Yang mau repot-repot baca, monggo pinarak, dibaca dari bawah ke atas yah hihihi ^___^ biar ada taste TWITTER-nya gitu.

Nah, habis baca, sebenarnya belum nyampe ceritanya, hehehe. Soalnya keburu ngantuk tadi malam. Jadi, di sini tuh ada tiga tokoh sebenarnya, ada dokter-mahasiswa S2 Psikologi-Pasien depresive. Cuman yang dokternya belum dimunculin. Mungkin, munculnya pas bikin bukunya aja kali ya. Hihi, ada inisiatif lagi nanti tapi, pengen bikin novel romance. Kisahnya terinspirasi dari…..? Ada deh, tapi kan yang namanya novel tetep fiksi kan, nah ceritanya juga bakal ditambahin sama “imajinasi fiksi”.

Kapan mau buat? Ntar, insyaAllah kalau buku solo perdana udah berhasil terbit Aamiin (sampe nungguin belum ada konfirmasi dari agensi). InsyaAllah nulisnya nanti, akhir-akhir tahun hehehe. Butuh survey, soalnya bakal ada surprise tentang kajian psikologi dan kedokteran juga.

Ya, udah ya mangga dibaca atuh (inget dari bawah ke atas) ^___^ dan jangan lupa komentarnya ya. Jazakillah khoir.

  1. 15 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Tetapi,jalan kecil itu melumut, licin, tak dapat dilewati. Kisha tetap menunggu. Menunggu sampai Erlangga suci kembali.

  1. Expand

  2. 15 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Sebenarnya, hatinya condong ke jalan kecil yang terselip di sisi Erlangga.

    Expand

  3. 15 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Rindu Kisha perlahan membuat ranting kawat di dua cabang antara Antartika dan Amerika.

    Expand

  4. 15 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Sementara itu,di bawah rinai gerimis, Kisha bersungut sembari membuka pintu Jazz putih miliknya.

    Expand

  5. 15 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Erlangga terjatuh. Lututnya mendekap lantai penuh sesal. Seharusnya dia sadar kalau Kisha yang selama ini tulus membagi senyum padanya.

    Expand

  6. 15 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    "Ya, aku masih peduli.Aku ingin membantumu.Tapi,maaf,kamu tidak bisa menjadikanku pelampiasan kekecewaanmu," getir ucapanku tersembur hujan

    Expand

  7. 15 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Kamu diam. Aku mengucap salam perpisahan lalu menutup pintu dan berlari, berteduh di bawah hujan.

    Expand

  8. 15 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    "Bukan, Mas. Tapi Allah. Sudah sebulan kamu terkapar dalam ayan dan tidak mengunjungi-Nya. Pergilah pada-Nya."

    Expand

  9. 15 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    "Ya, karena itulah. Aku rasa, kamu lah yang bisa menyadarkanku hingga esok."

    Expand

  10. 15 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    "Tidak! Kamu bukan membutuhkanku. Yang kamu butuhkan adalah menyadarkan diri sepenuhnya bahwa dia sudah tak bisa kamu raih."

    Expand

  11. 15 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    "Jangan pergi! Aku membutuhkanmu!" ujarmu sembari menunduk lesu.

    Expand

  12. 15 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Kali ini kamu bangkit dari kursi stainless steel yang sudah seminggu mendekapmu. Kau rentangkan tangan kirimu sedang yang kanan memerih

    Expand

  13. 15 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Selepas beradu lidah, aku mantap untuk benar-benar meninggalkan ruang rawat inapmu. Baru dua jengkal, kamu menghdang lagi.

    Expand

  14. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    "Aku hanya memilin kata yang dulu masih terkunci dalam sangkar. Sudahlah, tak usah lagi bicara," marahku.

    Expand

  15. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Kamu terkekeh. Aku terkejut. Dahiku menggulung sembari melihat tawamu yang tiba-tiba merogoh imanku.

    Expand

  16. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    "Hahaha. Memangnya, tadi aku ingin berkata apa? Kenapa kamu selonong menjawab?"

    Expand

  17. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    "Tidak, Mas. Kecuali bila dunia mengosongkan mimpi burukmu tentangnya hari esok," jawabku mantap.

    Expand

  18. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Aku menelan ludah. Jantungku memompa hingga perih. Napasku terganjal. Kambuh lagi. Ini karena memprediksi kalimatmu yang rumpang itu.

    Expand

  19. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    "Apa kamu masih..." Kata-katamu terpasung oleh sakit yang menjalar dari lenganmu yang menggantung dalam gips.

    Expand

  20. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    "Kamu bisa menjawabnya sendiri," balasku dengan sedikit bumbu peredam amarah.

    Expand

  21. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    "Kenapa kamu diam?" Kali ini, nadamu menyusut.

    Expand

  22. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Dan, sekarang rindu itu terkulai lemah.

    Expand

  23. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Rindu yang masih linglung memilih, apakah harus maju untuk tenggelam atau mundur untuk menepi sejenak.

    Expand

  24. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Rindu yang kini dihantarkan oleh tempias hujan senja namun kembali mengelabu.

    Expand

  25. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Rindu yang bercabang menuju Antartika dan Amerika. Satunya membeku, lainnya memencar pilu.

    Expand

  26. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Rindu yang dulunya tersesat,keliru mencari tempat.

    Expand

  27. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Dua tahun.Dua tahun rindu itu kulaminating rapat-rapat lalu kugeletakkan hingga berdebu.

    Expand

  28. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Dinding-dinding putih mulai memantulkan panas padahal di luar sana hujan sedang menyeringai indah.Aku lemas, tak dapat menjawabmu.

    Expand

  29. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Mas,kalau saja kamu tahu.Aku di sini pun tak hanya bertemu kamu.Aku juga bertemu dgn seseorang yang setiap harinya memeriksa kesehatanmu.

    Expand

  30. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Mas,kalau saja kamu tahu.Aku di sini karena tiupan takdir.Aku begini karena aku... aku masih peduli padamu meski kamu tidak, batinku.

    Expand

  31. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    "Tidak! Kamu di sini karena kasihan dengan tanganku yang patah dan jiwaku yang mengapung dalam duka, kan?"

    Expand

  32. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    "A... aku... Karrenna aku tugas. Ya, sedang tugasku adalah merawatmu." Hatiku sedikit mendengus kesal mendengar pertanyaanmu.

    Expand

  33. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    "Kenapa kamu mau merawatku? Kenapa?" tanyamu memecah senja.

    Expand

  34. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Seberkas cahaya menyusup ke ruang pengap beraroma aspirin itu. Bahagiaku menggelora, tapi sepertinya tidak dengannya.

    Expand

  35. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    "Aku sadar. Aku dengar semua yang sebulan ini kamu katakan. Aku sadari kedatanganmu. Terima kasih!" tuturmu lirih.

    Expand

  36. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Haah?? Kamu. Jemarimu bergerak. Jemarimu lah yang menarik blazerku. Pita suaraku tiba-tiba melirih.Kringat dingin pun menganak kali di dahi.

    Expand

  37. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Aku terkesiap.Bibirku seolah dilanda gempa berkekuatan 7 skala ritchter.Perlahan kuputar tubuh 90 derajat ke arah sumber kejutan.

    Expand

  38. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Satu, dua dan... Baru dua langkah.Kurasakan getaran kuat sedang menarik blazer jinggaku.

    Expand

  39. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Kuusap tangis.Dahi pun kulipat rapi.Kakiku mulai melangkah menjauhi lingkaran roda kursi malasmu.

    Expand

  40. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Sudahlah.Aku memutuskan untuk melenyapkan diri dari ruang isolasi ini, ruang yang paling pandai membuat butir air mataku kian menderas.

    Expand

  41. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Ini hari terakhirku tugas di sini. Apa kamu masih betah menyiksaku dengan kebungkamanmu? Hei, bicaralah! Aku menunggu.

    Expand

  42. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Kamu bisa bicara, tidak? Kamu bisa dengar aku, tidak? Apa kamu belum juga sadar kalau kita bertemu di satu titik nadir seperti ini?

    Expand

  43. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Kamu sengsara.Aku lebih sengsara ketika mulai ditugaskan utk mendiagnosa seseorang yang ternyata itu adalah kamu.

    Expand

  44. 16 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Di mata dan pikiranmu hanya ada dia. Dia yang sudah menjadi milik orang lain karena keterlambatanmu.

    Expand

  45. 17 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Bodoh! Buat apa aku susah-susah menempel kepingan jiwamu yang tercecer itu?

    Expand

  46. 17 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Kamu tahu,bukan km sj yg terluka. Aku bahkan jauh lebih terluka bertemu dgnmu lagi. Melihatmu dlm kondisi retak dan kosong tanpa rupa.

    Expand

  47. 17 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Di hari terakhir tugasku, aku coba lagi mendekatimu, memberi penguatan agar setidaknya km bergerak dari kursi roda itu. Sedikit saja.

    Expand

  48. 17 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Namun,smua seolah sia-sia.Aku pasrah.Sebulan aku pulang-pergi dgn hrpn kosong trhadap kesembuhanmu

    Expand

  49. 17 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Sekali lg,kucoba berdiri di hdpnmu,menceritakan dongeng kbhgiaan agar kamu sadar dan wajahmu tak lagi datar

    Expand

  50. 17 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Saat bulan berakhir,aku pamit,km msih mmbisu.Matamu hnya tertuju pada seseorang yg membuat hatimu remuk.

    Expand

  51. 17 hrsY.Paresma W.S.PsiY.Paresma W.S.Psi@Counselor_Emma

    Di rmh sakit,km hnya membisu,sama sprti kursi roda yg menopang jiwa rapuhmu.berhari-hari kucoba beri suntikan semangat, entah km dgr atw tdk

2 comments:

  1. merinding................ Hikshiks.. Emma paling bisa bikin kisah menyentuh.. Ajariii.. bagaimana caranya.. bagaimana membuat kisah yang sangat menyentuh dengan diksi yang indah.. Ilovethis.

    ReplyDelete
  2. hehehe :D keknya aku doyan banget yaah bikin orang cekit-cekit,,, eumm gak ada tekniknya kok, klo aku buat cerita kek beginian ituu pasti lebih mudah emosional ketimbang genre lain,, mgkn krena ikut ngelibatin emosionalitas kali ya jd seolah2 aku yg jadi tokoh dlm cerita itu hihi

    ReplyDelete

Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.