Alhamdulillah, kira-kira sudah seminggu ini saya mendaftar sebagai member di Sekolah Pernikahan yang diusung Bapak Noveldy :). Meski hanya online, ilmu yang diperoleh pun tidak kalah beragam dan melimpah dengan mengikuti seminarnya secara langsung. Di dalamnya, akan selalu ada Broadcast dari Pak Kepsek @noveldy dan tulisan-tulisan curcol atau artikel dari para member.
Di website tersebut, saya bisa berkenalan dengan teman-teman yang baik, ramah dan senang berbagi cerita. Semua cerita yang dibagi tentunya masih berkaitan seputar pernikahan. Ada yang cerita tentang kebimbangannya saat usai dikhitbah, ada pula yang bercerita seputar biduk rumah tangganya di mana si pelaku ini sudah 15 tahun menikah namun baru benar2 mengenal suaminya sekarang. :D Lucu, atraktif dan bermanfaat sekali.
Meski saya tergolong member yang belum menikah, namun semua kisah yang di-sharing-kan di dalam Sekolah Pernikahan tersebut insyaallah akan menjadi ilmu yang sangat berguna untuk saya, untuk belajar banyak seputar pernikahan.
Beberapa hari yang lalu, saya sempat posting tulisan khusus di beranda blog Sekolah Pernikahan. Saya menuliskan tentang apa yang saya alami selama beberapa waktu melakukan istikharah. Saya pikir, blog tersebut tidak akan dikomentari atau terpublish ke member lain, eh ternyata... banyak yang mengirimkan comment. Alhamdulillah, saya jadi semakin yakin untuk tidak berhenti istikharah.
Saya memang masih 23 tahun (Januari besok sudah 24 hehe :D ). Namun, di keluarga memang belum ada sinyal untuk mempersilakan saya menikah atau dalam artian menyuruh saya untuk segera menikah. Tapi, menilik ke impian saya lagi, sebenarnya dari lubuk hati terdalam, tadinya saya berniat semoga di usia 23 ini bisa menikah. Ah, rasanya belum mungkin, sebab masih banyak sekali urusan keluarga yang harus diselesaikan, terutama urusan perpindahan ke Malang. Tidak hanya itu, saya pun masih harus menjalani kontrak mengajar di kampus untuk satu semester lagi. Berselang setelah itu, saya pun kembali menata niat, insyaallah, saya ingin di usia ke 24 besok, bisa diridai Allah dan orangtua untuk menikah.
Nah, dari tulisan yang saya posting di Sekolah Pernikahan waktu itu, saya sampai tidak habis pikir, ada seorang kenalan yang memberi komentar, mendoakan sekaligus hendak menawarkan sosok pria kepada saya. Ya, saya rasa, dia hanya bergurau karena sematan kata "hehe..." di belakangnya (hehe maaf ya, ilmu observasi nonverbal saya pake untuk ngeinterpretasi hihi). Saya juga berpikir, menjadikan seseorang sebagai perantara tentu ada syarat-syarat syar'i yang harus dipenuhi, jadi tidak sembarangan memperkenalkan seseorang, apalagi status kita belum saling mengenal dengan seseorang yang mau menjadi perantara itu. Saya hanya berterima kasih pada beliau. Saya tahu, beliau jauh lebih membutuhkan pendamping sebab usianya sudah 30 tahun apalagi beliau adalah seorang wanita.
Di benak ini tak pernah tersirat bahwa saya akan mengalami seperti apa yang dialami para muslimah lain, seperti ditawari biodata seorang ikhwan, lalu dicomblangi sampai ta'aruf. Yang jelas, saya memang tidak ingin pacaran sebelum menikah. Itu prinsip yang sudah saya tanam sejak remaja.
Entah mengapa, setelah saling sharing di SP, saya kemudian mencoba istikharah lagi. Saya tidak tahu mengapa siluet "beliau" selalu muncul. Entah itu adalah jawaban/petunjuk atau justru sebuah ujian untuk menguji iman dan hati saya. Yang pasti, saya masih tidak bisa menduga apapun. Saya bahkan tidak pernah bertemu "beliau" dan kenal pun hanya mengenalnya dari diskusi di salah satu blog. Hanya sebatas itu.
Suatu ketika... saya bertanya-tanya, mengapa yang muncul bukan siluet seseorang yang pernah saya cintai diam-diam waktu dahulu? Atau... orang-orang yang sudah saya kenal dan temui? Apa maksud dari siluet yang tiba-tiba muncul itu? Dalam hati, saya berusaha mencari jawabannya, terus dalam qiyamul lail. Hingga saat ini, acapkali membahas soal pernikahan, sharing seputar jodoh, pun saat saya dan beliau berdiskusi tentang sebuah tema di blog umum, saya selalu deg-degan dan selalu saja siluet "beliau" yang muncul. Padahal melihat wajahnya saja tidak pernah, bagaimana bisa siluet itu muncul dengan wajah beralaskan cahaya namanya.
Akhirnya, saya putuskan untuk mencoba melupakan hal itu sejenak. Saya malah meminta untuk dijauhkan. Tapi... saya makin heran. Seolah ada magnet yang membuat benak saya memanggil nama beliau dalam hati. Astaghfirullah, saya takut dan berharap semoga hati dan pikiran saya dijauhkan dari zina. Tidak tahu mengapa malah muncul mimpi, lagi-lagi siluet beliau yang muncul. Apakah ini? Entahlah!
Saya pun tidak mau terlalu memusingkan hal itu. Saya yakin, Allah tidak akan pernah salah. Jika itu sungguh hanyalah ujian, saya betul-betul memohon agar Allah memberi saya kekuatan untuk menjaga hati ini. Namun, jika semua itu, sekali lagi.... adalah petunjuk-Nya, maka semua lebih baik saya pasrahkan bagaimana kelanjutannya pada Allah semata. Semua boleh berencana namun Allah lah yang menentukan akhirannya. Saya juga tidak ingin berharap bahwa beliau menjadi jodoh saya. Sungguh saya tak ingin mendikte pilihan Allah. Jikapun sudah lama sekali saya menyematkan nama beliau dalam doa saya, itu karena saya ingin mendapat petunjuk yang jelas, saya harus meyakinkan diri bahwa itu adalah ujian ataukah sebuah petunjuk. Insyaallah, doa itu tak akan sia-sia. Jika memang itu hanya ujian, saya sudah berkali-kali berkata, saya ikhlas, saya sudah ikhlas. Insyaallah, rencana Allah akan indah, lebih indah dan lebih baik lagi. :)
Terima kasih untuk teman-teman baru di Sekolah Pernikahan. Begitu banyak ilmu yang kelak insyaallah akan saya pergunakan kala saya menikah nanti. :)
Saturday, August 10, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.