Bapak adalah sosok yang sangat berarti untuk kami, pun untuk saya pribadi. Sejak kecil, beliau lah yang mengajarkan saya untuk menjadi seseorang yang optimis dalam segala keadaan. Beliau juga tak henti-hentinya memberi semangat ketika saya berhasil melaksanakan tugas-tugas perkembangan saya sebagai anak.
Beliau mengajari saya baca tulis, bagaimana cara menulis yang baik, Beliau yang mengajari saya bagaimana cara menyampaikan opini ke khalayak ramai, inilah yang membuatku mampu keluar dari keterpurukan sifat pendiam yang pernah kumiliki sejak SD sampai akhirnya selalu menjuarai lomba pidato.
Beliau memang tak pandai mengeja huruf hijaiyah dan bukan berasal dari keluarga yang kental agamanya. Namun, ketika beliau memanggil seorang ustaz ke rumah untuk mengajarkannya mengaji, melihat beliau antusias membeli DVD Alquran dan berbagai peralatan agar mampu membaca ayat-ayat cintaNya bahkan sampai puluhan juta, saya terenyuh.
Meski bukan dari keluarga yang sangat islami, namun saya bersyukur, di antara seluruh saudaranya, Bapak lah yang paling rajin ibadahnya.Saya tahu itu sebab saya sudah melihat sendiri bagaimana kehidupan saudara-saudara Bapak. Bahkan, kalau di rumah, beliau yang paling sering mengingatkan atau membangunkan adik-adik bahkan membangunkan Mama bila salat Subuh tiba.
Bapak adalah sosok pekerja keras. Beliau pun pernah bercerita, sejak merantau ke Parepare, beliau bahkan memulai bekerja di Bank Bumi Daya meski tanpa digaji sepeser pun hingga akhirnya bank tersebut melebur menjadi Bank Mandiri, beliau menikmati hasil jerih payahnya. Beliau sangat loyal pada para partner-nya.
Bapak adalah sosok yang sangat pengertian dan perhatian. Saya masih ingat sekali. Waktu saya pertama kali berniat dan memohon izin pada orangtua untuk berjilbab, beliau lah yang pertama memberi izin di saat Mama menolak dengan dalih yang kurang masuk akal. Saya juga masih ingat, saat saya sedang silaturahmi ke rumah teman yang cukup jauh, waktu itu hujan deras, saya pun tidak berani pulang membawa motor sampai rumah. Sampai akhirnya Bapak menelepon lebih dulu dan langsung menjemput saya dan teman yang nebeng dengan saya. Saya juga masih ingat, dia selalu memberikan pujian yang menyejukkan saat kami tengah dilanda jemu, beliau yang mencipta humor.
Bapak adalah sosok yang pemaaf. Saya masih ingat, dulu waktu kecil, mungkin masih TK, saya pernah teramat marah pada beliau. Saya marah dan menangis karena beliau sudah membentak saya sebab satu kesalahan sepele (saya lupa kesalahannya apa). Sampai suatu ketika, beliau yang lebih dulu meminta maaf pada saya. Saya juga ingat betul ketika hubungan beliau dengan Mama hampir di ujung tanduk, beliau sangat menyesal dan meminta maaf serta memaafkan terlebih dulu.
Bapak adalah sosok yang periang dan humoris. Kadang, kalau pulang kerja, beliau menyempatkan bercerita seputar pengalaman joke-nya dengan para rekan kantor, dan itu membuat kami ketawa garing, tapi tetap menghibur.
Bapak adalah sosok yang sangat logis dan sistematis. Beliau-lah yang mengajarkan sekaligus menyadarkan saya bagaimana arti kedewasaan yang sejati. Sampai suatu ketika saya terlibat masalah pelik, beliau lah yang mengajarkan saya bagaimana cara mengambil keputusan yang baik dan bijak tanpa menyakiti.
Bapak adalah... sosok psikolog yang baik buat kami. Beliau selalu mengajak kami berdiskusi setiap ada permasalahan, setiap kami ingin merencanakan sesuatu yang besar atau ingin mengeluarkan sebuah ide untuk kehidupan bersama. Beliau mendengarkan dengan seksama dan telaten, tanpa melewatkan satu pun ide atau usulan kami. Beliau senantiasa mempertimbangkan ide/usul/harapan/cita-cita kami dengan cukup bijak.
Bapak adalah sosok yang sangat optimis dan pantang menyerah.
Bapak adalah sosok yang kadang bisa sangat royal pada siapapun tanpa pandang bulu, sampai-sampai sifat kedermawanannya itu membuat Mama yang cenderung hemat malah geleng-geleng kepala. Dan, tampaknya sifat itu tanpa saya sadari juga menurun pada saya. Mama yang cenderung hemat juga kadang protes dengan sifat kami yang terlalu dermawan pada orang lain.
Bapak adalah sosok pelindung bagi kami. Kala saya atau adik-adik belum pulang ke rumah, beliau setia menanti di ruang tamu sampai kami pulang. Saya juga masih ingat waktu ada tugas melukis saat SMA dan mengharuskan saya tinggal sampai malam di rumah teman saya, beliau yang sudah lelah dari luar kota rela menjemput saya tengah malam dan benar-benar memastikan saya selamat sampai rumah.
Bapak pun perhatian pada hal-hal sepele. Saat saya atau adik-adik belum makan, apalagi saat saya kuliah dan mengontrak (kos) dan seringkali lupa makan saat banyak sekali praktikum, beliau selalu menelepon lebih dulu walau hanya untuk mengingatkan kami agar tidak lupa makan. Kalau beliau sedang bertugas ke luar kota dan pernah beberapa kali ke ibu kota Jakarta, beliau tak pernah absen membelikan kami buah tangan, demi menyenangkan hati kami.
Dengan segala kekurangan Bapak, bagi saya, beliau adalah sosok yang hampir sempurna, sempurna untuk keluarga kami. Meskipun kenyataannya beliau lebih sukses dibandingkan seluruh saudaranya, Bapak tak pernah tinggi hati. Meskipun beliau bukan seorang yang teramat religius, tapi beliau adalah teladan bagi kami, bahkan teladan untuk Mama.
Karena kejadian di masa lalu itu semua lah yang membuat kami, terutama saya menjadi amat sayang pada Bapak. Bahkan di saat seperti ini, Bapak sudah pindah lebih dulu di Malang dan kami belum menyusul, sosok beliau tetap terpatri di hati kami.
Sosok Bapak yang bijak, logis, loyal, dermawan, ramah dan penuh perhatian itu memang sangat pas mendampingi sosok Mama yang agak keras, perhitungan dan detil.
Kalau saya mengobservasi diri saya tiap hari, pengaruh Bapak termasuk beberapa tabiatnya jauh lebih menonjol daripada pengaruh dari sosok Mama dalam diri saya. Yaaah... kadang, saya juga tak menampik, ada waktu-waktu tertentu di mana tabiat keras Mama melebur dalam diri saya. Namun, dengan mengingat sosok Bapak, semua itu bisa teratasi sebab semua pelajaran dari Bapak selalu terpatri kuat dalam diri ini.
Walau Mama sering ngomel dan mencari-cari kesalahan kami, tapi Bapak dengan kelogisan dan kebijakannya pandai menyeimbangkan semuanya.
Kami sayang Bapak. And I realize, my tear will spill saat suatu hari nanti saya tidak lagi berada dalam tanggung jawab Bapak atau saya sudah punya suami kelak. Entah kapan itu akan terjadi. :)
Sunday, August 11, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Subhanallah, bapaknya sangat menginspirasi ukhti.. semoga kita dapat memuliakan bapak-bapak kita selagi masih ada.. aamiiiiiin
ReplyDelete