Alhamdulillah. Mengamati dan menjadi salah satu aktor dalam bagian rumah tangga Bapak dan Mama, membawaku untuk memahami apa yang kami alami selama ini. Mulai dari kejadian buruk, sepele, hingga masalah besar sekalipun, membuat kami semakin kuat dan saling support satu sama lain. Seperti halnya saat saya terhadang masalah kesalahpahaman dengan salah satu anggota keluarga, orangtua menjadi motivator terhebat bagi saya maupun adik-adik.
Mama yang terkadang agak tegas dalam mendidik, sering ngomel kalau ada kekeliruan yang terjadi. Sementara, Bapak yang realistis, cukup ambisius, open minded, humoris, optimis dan fleksibel dalam mendidik, membuatku belajar banyak hal. Kalau dibilang, kira-kira, saya ini lebih mendominasi siapa? Kalau ditanya lebih dekat dengan siapa, jawabannya netral saja, tidak ada kecenderungan lebih ke Mama atau Bapak. Semua porsi sama saja. Cuma ketika saya menemui masalah di kehidupan pribadi, saya cenderung meneladani Bapak.
Saat punya masalah, Bapak yang lebih dulu berinisiatif, membuka diskusi khusus. Jika misalnya, saya sendiri punya masalah atau adik-adik ada keperluan, maka Bapak akan berbincang face to face dengan kami sendiri. Jika ada masalah yang melibatkan seluruh anggota keluarga, maka Bapaklah yang mengawali diskusi bersama.
Seringkali, saya suka dengan sikap Bapak yang fleksibel. Dia bisa menjadi sahabat, ayah sekaligus kakak bagi kami. Ketika Mama yang cenderung menggunakan perasaan tiap diajak diskusi masalah, saya jauh lebih suka dengan Bapak yang lebih realistik dan open minded, melihat segala kemungkinan dari segala sisi. Memang, kalau diskusi, Bapak dan Mama sering tidak sejalur. Tapi, walaupun begitu, saya salut pada Bapak. Sebagai kepala keluarga, meskipun terjadi perbedaan pendapat, Bapak tetap menghargai pendapat Mama, namun sebagai suami, segala keputusan dan pertimbangan konsekuensinya tentu ada di tangan Bapak. Bapak yang mengarahkan dan membimbing kami. Tentunya tidak mungkin kan, orangtua menjerumuskan ke dalam jalan yang salah.
Bapak juga sering memberi kami motivasi, apalagi yang berkaitan dengan impian kami. Beliau tak pernah men-judge apapun impian atau cita-cita saya. Apapun pilihan saya, Bapak tetap mendukung, mendoakan dan memberi motivasi terbaik agar mampu meraih apa yang diinginkan. Saya pun juga sering meminta Mama untuk mendoakan saya dengan doa khusus sesuai yang saya pinta (hehe). Kalau Mama, lebih banyak mendoakan.
Bapak memberikan peran penting buat saya. Sejak kecil, Bapak lah yang sering memberi motivasi. Dulu saat kecil, saya adalah anak yang sangat pemalu, pendiam, inferior. Ketika ditawari ikut lomba ini itu, Bapak yang lebih dulu bergerak memberikan suntikan agar saya mau membongkar tembok ketakutan itu. Acapkali berhasil meraih sesuatu, Bapak tak pernah lupa berkata, "Anakku hebat! Pasti bisa!" Sedangkan Mama, seringnya berkata, "Alhamdulillah." Hmm... bisa dibilang, Mama terkesan kaku. Ya, jadi cocoklah dengan Bapak yang fleksibel.
Sejak kuliah di Psikologi, saya baru benar-benar memahami. Ternyata motivasi orangtua itu sangat dibutuhkan bagi anak. Ini juga termasuk dalam konsel self-efficacy dari Bandura. Salah satunya adalah, seseorang itu membutuhkan dorongan/motivasi/pengalaman penghargaan, terutama dari orangtua mereka. Anak juga butuh pujian, tapi dengan porsi yang tepat, tidak kurang serta tidak lebih. Anak juga butuh teguran dengan porsi yang tepat. Motivasi itulah yang nantinya akan menggerakkan sang anak untuk menumbuhkan rasa percaya diri, mampu melampaui kecemasan/ketakutannya saat menghadapi dunia luar.
Motivasi itulah yang akan menjadi modal bagi si anak dalam bertindak untuk mewujudkan apa yang menjadi impiannya. Sebagai orangtua, jangan kebanyakan "melarang ini itu", sebab itu akan memicu timbulnya inferioritas pada diri si anak. Biarkan anak melakukan apa yang dipilihnya, sepanjang itu tidak menyimpang dari ajaran agama/nilai-nilai moral tentunya. Biarkan anak berlari mengejar apa yang ingin dicapainya dan orangtua bertugas untuk tetap memberi suppot agar anak tak mudah putus asa dan memberi nasehat/teguran ketika anak mulai lengah dan keliru. Biarkan anak belajar dari apa yang dilakukannya, belajar menghadapi resiko dari tindakannya.
Beruntunglah kalian mempunyai orangtua yang baik, yang senantiasa memberi support dan terus mengingatkan pada hal-hal baik, positif dan hal-hal hebat. :)
Beruntung bagi kalian mempunyai orangtua yang berjiwa besar, senantiasa mengarahkan kalian agar dapat berpikir besar.
Beruntung juga para orangtua yang mampu memahami karakter anaknya, yang dapat membantu sang anak melewati tiap masa kritis/krisisnya.
Semoga sukses selalu ^_^
No comments:
Post a Comment
Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.