Tuesday, November 12, 2013

APA ITU OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER?

Ada yang tahu apa itu OCD? Bukan program OCD-nya si Deddy Corbuzier loh ya. :D

Yuk mari kita bahas bersama.

Definisi

OCD itu ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi. Obsesi itu adalah gagasan, khayalan atau dorongan yang berulang dan bersifat mengganggu, tampak aneh, konyol dan bisa pula menakutkan. Sedangkan kompulsi adalah desakan atau paksaan untuk melakukan sesuatu agar meringankan rasa tidak nyaman karena obsesi tadi.

Gangguan OCD ini adalah kondisi di mana individu
tidak mampu mengontrol pikiran-pikiran yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkan dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu agar dapat mengontrol pikirannya dan guna menurunkan tingkat kecemasannya. Gangguan ini merupakan salah satu bagian dari gangguan kecemasan. Penderitanya mungkin sudah mencoba untuk melawan pikiran-pikiran yang mengganggu tersebut tapi tidak mampu menahan dorongan untuk melakukan tindakan berulang demi memastika segalanya baik-baik saja.

Penyebab

Penyebabnya atau trigger event-nya seringkali tidak diketahui secara pasti. Gangguan obsesi kompulsif ini juga tidak ada kaitannya dengan karakteristik kepribadian seseorang. Hal ini berbeda ya. Memang ada klasifikasi kepribadian obsesif kompulsif dan ada pula klasifikasi khusus gangguan obsesif kompulsif. Pada individu yang memiliki kepribadian obsesif kompulsif akan cenderung bangga dengan kerapian, kedetilan dan ketelitiannya terhadap hal kecil, sementara pada gangguan obsesif kompulsif, individu justru merasa tertekan dengan kemunculan perilaku yang tak dapat dia kontrol. Individu dengan gangguan OC ini akan merasa malu jika perilaku tersebut dipertanyakan apalagi terlihat/ketahuan dari orang lain. 

Nah, berdasarkan dari buku-buku abnormal, penyebab OCD ini antara lain bisa karena hal-hal berikut:
  1. Genetik/keturunan: Anda yang punya saudara/keluarga dengan riwayat gangguan ini akan memiliki kemungkinan beresiko mengalaminya juga.
  2. Organik: biasanya disebabkan adanya masalah dalam sistem neurologi, pada bagian-bagian tertentu di otak. Kelainan saraf seperti meningitis dan ensefalitis juga dapat menjadi salah satu sumber penyebab OCD.
  3. Kepribadian: mereka yang dari awal memang sudah punya kepribadian OC maka akan cenderung lebih rentan terkena gangguan OC juga. Biasanya yang memiliki kepribadian ini adalah mereka yang keterlaluan dalam mementingkan aspek kebersihan, terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama dan tidak mau mengalah.
  4. Pengalaman masa lalu: biasanya karena adanya trauma terhadap hal atau situasi tertentu juga akan menjadi pencetus terjadinya OCD.
  5. Gangguan OCD juga erat dengan gangguan depresi atau disebabkan karena adanya riwayat gangguan kecemasan lain sebelumnya.
  6. Konflik: mereka yang mengalami OCD, biasanya menghadapi konflik psikis yang berasal dari masalah hidup, misal: masalah antara suami-istri, masalah pekerjaan, krisis kepercayaan diri, dll.
Struktur Otak Penderita OCD



Siklus OCD




Individu Yang Beresiko Mengalami OCD

  1. Individu yang mengalami permasalahan dalam keluarga, kesalahan atau kehilangan masa kanak-kanaknya (teori ini masih lemah tapi dapat diperhitungkan saat analisis riwayat klien).
  2. Faktor neurobiologi: mengalami kerusakan pada lobus frontalis, ganglia basalis dan singulum.
  3. Individu yang memiliki intensitas stres yang tingi
  4. Riwayat gangguan kecemasan
  5. Depresi
  6. Individu yang mengalami gangguan seksual
Gejala

Biasanya ditandai dengan adanya/munculnya rasa gelisah, keraguan yang berlebihan, kehilangan dan penyerangan. Misalnya saja, orang yang takut tangannya kotor kena kuman setiap habis memegang sesuatu, lalu kemudian mencuci tangannya berkali-kali atau tiap sekian detik/menit/jam per berapa kali. Atau contoh lainnya, karena takut rumahnya kotor di musim kemarau, dia kemudian menyapu/membersihkan lantai rumahnya berkali-kali, tiap menit menyapu dan contoh lainnya.

Sebagian besar penderita menyadari bahwa obsesinya tidak mencerminkan resiko yang nyata. Mereka menyadari bahwa perilaku fisik dan mentalnya terlalu berlebihan bahkan cenderung aneh. Nah, gangguan OCD ini berbeda dengan gangguan psikosis (kalau psikosis itu sudah kehilangan kontak dengan realitanya). Biasanya, mereka melakukan ritual itu secara sembunyi-sembunyi dan berdasarkan penelitian yang ada, sepertiga penderita mengalami depresi ketika penyakitnya terdiagnosis positif OCD.

Perilaku ritual ini biasanya akan masuk taraf kompulsif jika terjadi atau beralngsung lebih intens dan makin sering dalam waktu 1 sampai 2 minggu dan dilakukan sedikitnya 4 kali dalam satu hari.

Gejala utama OCD ini dari DSM IV apabila memenuhi kriteria berikut ini:

1. Perilaku dan pikiran yang muncul tersebut disadari sepenuhnya oleh individu atau didasarkan pada impuls dalam dirinya sendiri. Individu juga menyadari bahwa perilakunya itu tidak rasional, namun tetap dilakukan untuk mengurangi kecemasan. 
2. Beberapa perilaku yang muncul disadari oleh oleh individu dan berusaha melawan kebiasaan dan pikiran-pikiran rasa cemas tersebut sekuat tenaga, namun tidak berhasil.
3. Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan perasaan lega, rasa puas atau kesenangan, melainkan disebabkan oleh rasa khawatir secara berlebihan dan mengurangi stres yang dirasakannya. 
4. Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku) sifatnya berulang-ulang secara terus-menerus dalam beberapa kali setiap harinya.
5. Obsesi dan kompulsi menyebabkan terjadinya tekanan dalam diri penderita dan menghabiskan waktu (lebih dari satu jam sehari) atau secara signifikan mengganggu fungsi normal seseorang, atau kegiatan sosial atau suatu hubungan dengan orang lain. 
6. Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan berulang seperti mencuci tangan & melakukan pengecekan dengan maksud tertentu.

TREATMENT/PENANGANAN

Psikoterapi

Treatment psikoterapi untuk gangguan obsesif-kompulsif umumnya diberikan hampir sama dengan gangguan kecemasan lainnya. Ada beberapa faktor OCD sangat sulit untuk disembuhkan, penderita OCD kesulitan mengidentifikasi kesalahan (penyimpangan perilaku) dalam mempersepsi tindakannya sebagai bentuk penyimpangan perilaku yang tidak normal. Individu beranggapan bahwa ia normal-normal saja walaupun perilakunya itu diketahui pasti sangat menganggunya. Baginya, perilaku kompulsif tidak salah dengan perilakunya tapi bertujuan untuk memastikan segala sesuatunya berjalan dengan baik-baik saja. Faktor lain adalah kesalahan dalam penyampaian informasi mengenai kondisi yang dialami oleh individu oleh praktisi secara tidak tepat dapat membuat individu merasa enggan untuk mengikuti terapi.

Cognitive-behavioural therapy (CBT) adalah terapi yang sering digunakan dalam pemberian treatment pelbagai gangguan kecemasan termasuk OCD. Dalam CBT penderita OCD pada perilaku mencuci tangan dia tur waktu kapan ia mesti mencuci tangannya secara bertahap. Bila terjadi peningkatan kecemasan barulah terapis memberikan izin untuk individu OCD mencuci tangannya. Terapi ini efektif menurunkan rasa cemas dan hilang secara perlahan kebiasaan-kebiasaannya itu. Dalam CBT terapis juga melatih pernafasan, latihan relaksasi dan manajemen stres pada individu ketika menghadapi situasi konflik yang memberikan kecemasan, rasa takut atau stres muncul dalam diri individu. Pemberian terapi selama 3 bulan atau lebih. 

Farmakologi

Pemberian obat-obatan medis berserta psikoterapi sering dilakukan secara bersamaan dalam masa perawatan penderita OCD. Pemberian obat medis hanya bisa dilakukan oleh dokter atau psikiater atau social worker yang terjun dalam psikoterapi. Pemberian o bat-obatan haruslah melalui kontrol yang ketat karena beberapa dari obat tersebut mempunyai efek samping yang merugikan. Obat medis yang digunakan dalam pengobatan OCD seperti; Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) yang dapat mengubah level serotonin dalam otak, jenis obat SSRIs ini adalah Fluoxetine (Prozac), sertraline (Zoloft), escitalopram (Lexapro), paroxetine (Paxil), dan citalopram (Celexa) 

Trisiklik (Tricyclics)
Obat jenis trisiklik berupa clomipramine (Anafranil). Trisiklik merupakan obat -obatan lama dibandingkan SSRIs dan bekerja sama baiknya dengan SSRIs. Pemberian obat ini dimulai dengan dosis rendah. Beberapa efek pemberian jenis obat ini adalah peningkatan berat badan, mulut kering, pusing dan perasaan mengantuk.

Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs). Jenis obat ini adalah phenelzine (Nardil), tranylcypromine (Parnate) dan isocarboxazid (Marplan). Pemberian MAOIs harus diikuti pantangan makanan yang berkeju atau anggur merah, penggunaan pil KB, obat penghilang rasa sakit (seperti Advil, Motrin, Tylenol), obat alergi dan jenis suplemen. Kontradiksi dengan MOAIs dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi.

---
Contoh Kasus Di Keseharian

Saya punya bulik (tante, adik dari Bapak saya). Saat kuliah hingga 4 semester, saya pernah tinggal di rumahnya. Semakin hari, saya mulai semakin mengamati aktivitasnya. Dia adalah seorang ibu rumah tangga dengan dua anak, juga merupakan karyawan di sebuah pabrik rokok. Awalnya sih, saya tidak heran, orangnya memang sangat mencintai kebersihan, sama seperti saya yang hobi bersih-bersih. Tapi, lama-lama, jika dibandingkan dengan hobi bersih-bersih saya, beliau justru keterlaluan/berlebihan. Berangkat kerja pukul 05.30 pagi, sebelum berangkat nyapu dulu. Pulang kerja sore setelah Ashar, kemudian sebelum mandi bersih-bersi lagi, padahal saya dan sepupu sudah membersihkan sejak pagi tadi dua kali malah sebelum saya berangkat kuliah juga. Laaah, malah dibersihkan lagi sama bulik saya. Setelah mandi, atau saat sehabis anaknya yang kecil bermain (keluar masuk rumah habis bermain atau beraktifitas), pasti dibersihin lagi, begitu seterusnya hingga berakhir saat malam hari (saat tidur).

Kebiasaan ini selalu menimbulkan keresahan bagi orang-orang yang tinggal di lingkungan bulik saya, terutama anggota keluarga di rumah itu maupun keluarganya yang juga tinggal di sebelah rumahnya. Tadinya, saya mengira bulik saya ini mengalami gangguan OC, tapi setelah saya amati lebih detil, bulik saya tidak merasa terganggu dengan aktifitas ritual yang terus berulang dilakukannya tiap hari sepanjang hidupnya. Jadi, untuk sementara dapat disimpulkan bahwa bulik saya itu memiliki kepribadian Obsesif kompulsif. Tapi, di kemudian hari, andai, bulik saya tahu bahwa kepribadiannya itu sangat beresiko mengalami gangguan OC sekaligus dan beliau tahu hasil diagnosanya, maka kemungkinan besar, dia akan stres jika saja dia tahu. Tapi, toh anehnya, beliau ini tidak mau tahu, apapun yang dilakukannya adalah benar dan sudah mendarah daging di kesehariannya walaupun memang cukup meresahkan orang lain apalagi ditambah dengan ritualnya yang harus bolak-balik memindahkan perabotan rumah tiap seminggu sekali.

Saya pikir, cuma saya yang hobi bersih-bersih, nggak suka lihat kotor-kotor, eeh.. ternyata masih ada yang lebih parah dari saya. Hehehe.. Menjaga kebersihan itu memang sangat penting (bersih itu sebagian dari iman, kan?). Tapi, segala sesuatu yang dilakukan secara berlebihan hanya akan membawa mudharat, kalau nggak berimbas pada kita yaa ujung-ujungnya dirasakan oleh orang lain, orang lain yang juga akan ikut merasakan ketidaknyamanan yang dipicu oleh aktifitas irasional kita.

Sekian dari saya, terima kasih

Best Regard,



3 comments:

  1. ya ampun makkk,dulu S1 nya psikologi to??hehhe,,sama dong,komplit banget ini mah hehehe
    salam kenal^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya belum jadi emak2, Bund hehe masih single :D baru aja lulus tahun 2012 kemaren hehe

      yup waaah sama dong ya kita Bund salam kenal juga ^___^

      Delete
  2. terima kasih :)
    sangat membantu.

    ReplyDelete

Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.