Sehari tanpa gadget???? Buat saya bukan hal yang asing. Saya malah bahagia jika saja ada Hari Tanpa Gadget. Sebelumnya, saya pertama kalinya memegang ponsel itu sejak duduk di bangku SMP. Saat itu, saya membeli handphone dengan uang sisa beasiswa saya. Tapi, ponsel itu tidak bertahan lama saya pakai hingga saya jual kembali. Nah, sejak saat itu, saya belajar untuk memisahkan diri dari yang namanya gadget, khususnya handphone.
Ponsel memang merupakan salah satu gadget terpenting bagi tiap orang. Tapi, karena sejak SMP, saya sudah membiasakan diri untuk tidak terlalu sering memegang ponsel, sampai sekarang, kebiasaan itu masih melekat. Gara-gara itu, saya pernah diomeli Bapak karena waktu itu saya tidak membawa ponsel lalu ditelepon berkali-kali. Saat pulang, baterainya habis lalu saya isi dan tinggal lagi dalam keadaan off. Hehehe....
Belakangan ini pun, banyak teman ataupun klien konseling yang meminta nomor ponsel, namun tidak saya kasih, kecuali mereka yang benar-benar saya kenal baik. Saya tidak ingin direpotkan dengan cyber counseling by SMS atau telepon, karena itu hanya akan membuang waktu. Jadi, saya rekomendasikan untuk konseling by email atau inbox FB saja, jadi saya bisa membalasnya saat sedang membuka email melalui laptop. Saat mereka meminta nomor ponsel, saya selalu bilang, "Maaf, saya jarang bersentuhan dengan ponsel dan sering malas membawa ponsel." Jadi, saya beri alamat email saya saja.
Saya punya pengalaman. Bukan sehari lagi, tapi berhari-hari tanpa gadget. Waktu masih kuliah, saya punya dua ponsel dengan provider berbeda. Satu untuk nomor yang sudah banyak diketahui publik dan satunya lagi nomor baru yang saya prioritaskan untuk keluarga/kerabat atau teman/sahabat yang memang menggunakan provider serupa dengan itu.
Saat itu, ponsel layar Nokia Xpress Music si tipis tengah blank dengan sendirinya. Kemudian, ponsel saya yang Asus smartphone pun sengaja saya matikan dan tidak saya bawa saat kuliah, bimbingan skripsi atau pergi ke mana pun, lantaran nomor provider-nya adalah nomor privasi tadi. Lagipula, tidak ada siapapun yang menghubungi saya termasuk orangtua (saat itu mereka tengah sibuk dan memang sudah sering menghubungi di minggu-minggu sebelumnya). Saya juga malas memindahkan nomor publik ke Asus tadi. Satu hari... dua hari... tiga hari... dan entah berapa hari, saya seperti hidup tanpa memiliki ponsel. Keduanya saya simpan di lemari. Saat itu, saya tengah refreshing setelah berminggu-minggu bolak-balik mengumpulkan data lapangan untuk keperluan skripsi kualitatif saya. Alhamdulillah, saya bahagia sekali, bisa menyelesaikan skripsi lebih cepat dari deadline dan bisa melakukan hal-hal penting lain yang lebih bermanfaat.
Dan bila ada Hari Nasional: Sehari Tanpa Gadget, saya ingin melakukan banyak hal yang membahagiakan seperti:
- Belajar bikin kue. Saya sudah berkali-kali mencoba membuat kue, tapi selalu gagal. Kadang bantet atau nggak jadi "kue". Tapi, saat menjauh dari gadget, saya akhirnya bisa membuat satu dish "ngasal" yang menurut saya cukup tasty seperti di gambar di bawah ini dan saya juga pernah bikin lemper looh, lumayan lah enak, pakai isi abon ikan tuna khas Parepare
Ini adalah repost dan udah pernah saya posting sebelumnya (cek di label Cooking :D) |
ini ngisi sendiri, tapi dibantu sama mama ngelipat daunnya |
- Menyelesaikan naskah, menulis banyak buku. Ini selalu saya terapkan. Semenjak mulai aktif menulis lagi, saya sering menonaktifkan seluruh gadget, baik ponsel, laptop, TV dan lainnya saat sedang menyelesaikan naskah. Biasanya saya buat deadline sendiri. Jadi, intinya di sini adalah seberapa komitmen kita untuk fokus pada pekerjaan yang lebih penting daripada mengurusi gadget-gadget itu. Alhamdulillah, dengan cara ini, saya bisa menulis 3 naskah dalam satu tahun. Padahal, sebelumnya tak pernah.
- Jalan-jalan bersama keluarga atau sahabat, mengeksplor seluruh kawasan wisata di Indonesia (aamiin). Liburan tanpa gadget? Why not?! Bisa kok! Caranya? Ngandelin telepon umum di wartel kalau butuh telepon, hehehe :D. Saya juga pernah wisata ke pantai, tanpa peduliin gadget. Ini waktu kuliah dulu, pergi ke pantai Balekambang bersama teman-teman rohis di LISFA.
Saya punya sedikit tips nih untuk rekan-rekan semua.
- Gadget itu membuat kita dependence alias ketergantungan. Untuk mencegah ketergantungan itu, biasanya, saya siasati dengan memberi tenggat waktu. Misal, kita perlu melihat/memegang ponsel hanya bila ada panggilan atau SMS/Email penting dari orangtua atau dari orang-orang berkepentingan lainnya. Atau, misalkan, seperti ini: menengok ponsel/memegang gadget dengan batasan waktu paling lama dua jam saja setiap hari.
- Saat tidur, usahakan menaruh ponsel atau gadget apapun dengan jarak yang cukup jauh, minimal 40 cm dari tubuh kita. Hal ini untuk mencegah adanya efek radiasi tadi.
- Jika punya smartphone dengan aplikasi canggih, usahakan pilih aplikasi atau ponsel yang benar-benar sesuai kebutuhan agar kita tidak perlu menghabiskan waktu terlalu banyak untuk memakai gadget tersebut.
- Bangun sosialisasi yang lebih nyata dengan alam sekitar kita. Terjun langsung, menyisihkan sebagian besar waktu kita untuk akrab dengan lingkungan sekitar. Waktu kebersamaan dengan orang-orang sekitar kita jauh lebih berkualitas daripada terus-menerus larut dalam hubungan dunia maya.
- Tekuni hobi (apalagi buat penulis, jika sedang ngejar deadline garap naskah, baiknya matikan semua gadget), bermainlah bersama anak-anak kita (bagi yang udah punya anak), ciptakan quality time bersama pasangan (bagi yang baru menikah nih)
- Komitmen (ini perlu kesadaran dari diri sendiri)
Hehehe... sepertinya sudah cukup (nanti takut kepanjangan). Itulah sekilas cerita pengalaman dan tambahan tips dari saya tentang "Sehari Tanpa Gadget".
Ternyata dikau udah biasa tak bergadget ya mbak hehhehhe :) jadi gak susah lagi. Tips nya gmpang diikutin, jadi pngen ngikutin, heheh.. Maksih ya mbak dah ikutan, biar dicatat mbak n mas juri
ReplyDeleteheheh iya Mbak Iyha :D
Deletesemoga bermanfaat, terima kasih juga udah mau mampir ^^
menguasai gadget, bukan di kuasai gadget ya mbaaak
ReplyDeleteyaap ^__^ bener banget Mbak Putri :D
Deletejgn tergangantung dengan gadget, hidup terlaly sempit jika begitu..
ReplyDelete