Sejak lulus kuliah, saya semakin suka nonton berita di beberapa stasiun TV kayak Metro, TV One atau di Trans dll. Apalagi kalau berkaitan dengan masalah psikologis/kejiwaan. Sekarang pun semakin banyak bermunculan psikolog-psikolog baru yang nampang di TV buat ngasih argumen atau konsep analisa dan solusi (Hmm... saya juga pengen kayak mereka :D hehehe, jadi psikolog terus mejeng di TV hihihi).
Kalau sore sekitar jam setengah 5, saya biasanya udah makan lagi dan seringkali sambil nonton TV, ngecek ada berita atau tayangan menarik apa nggak. Kemarin sore, saya nonton Menyingkap Tabir di TV One, menguak kasus pembunuhan seorang anak terhadap ibu kandungnya.
Kasus pembunuhan tersebut dilandasi oleh adanya gejala gangguan kejiwaan pada si pelaku. Kasus seperti ini memang bukan sekali dua kali terjadi, tapi jauh di tahun-tahun sebelumnya pun sudah marak dan semakin banyak lagi saat kasus Psikopat Ryan itu muncul ke permukaan.
Ngeri dan kasihan! Ngeri, kok tega banget membunuh keluarga sendiri. Kasihan, karena mereka melakukan perbuatan bejat itu disebabkan oleh guncangan kejiwaan yang hebat.
Dari kasus-kasus pembunuhan tersebut, begitu banyak analisa yang bisa kita lakukan. Mulai dari visum, anamnesa pelaku dan lain-lainnya. Seseorang yang memang betul-betul terdiagnosa mengalami gangguan kejiwaan yang parah hingga memunculkan perilaku pembunuhan, biasanya ditandai oleh adanya halusinasi dan waham (delusi) dalam diri si pelaku. Jika ada gangguan halusinasi dan waham, biasanya dikategorikan sebagai gangguan jiwa berat atau yang mengarah ke skizofrenia.
Yang harus ditekankan adalah, apakah pada saat melakukan pembunuhan tersebut, si pelaku memang sedang di bawah pengaruh halusinasi dan waham atau tidak? Jawaban dari pertanyaan inilah yang nantinya akan menjadi pertimbangan, apakah si pelaku dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya secara sadar ataukah tidak. Ini juga akan menjadi bahan pertimbangan seluruh pihak terutama kepolisian, apakah si pelaku terlebih dahulu harus menjalani rehabilitasi kejiwaan di RSJ ataukah langsung saja menjalani masa tahanan di penjara.
Seseorang yang memang dari segi silsilah sudah membawa/mewarisi gen/sifat yang akan menjadi manifestasi gangguan jiwa, itu sudah bisa terdeteksi sejak usia dini. Biasanya, pada masa-masa itu, anak akan memunculkan perilaku "aneh" yang tidak biasa dilakukan oleh anak seumurannya. Nah, ini yang harus diwaspadai dan sebaiknya segeralah ke psikiater/psikolog untuk memastikan lebih lanjut apakah perilaku "menyimpang" itu merupakan gejala gangguan kejiwaan atau bukan.
Selain faktor genetik, adanya gejala kejiwaan pada sang pelaku pembunuhan juga bisa disebabkan karena adanya masalah yang direpresi dan tidak pernah diselesaikan dengan baik. Bila mungkin di masa lalu, dia mempunyai trauma, semisal: orangtua sering menghukum dan tidak memperlakukan dengan baik, masalah dengan lingkungan pergaulan, masalah pekerjaan, masalah perkawinan atau masalah psikososial lain yang tidak pernah teratasi, juga bisa menjadi trigger event gangguan kejiwaan terjadi.
Jadi, waspadalah selalu! Pertama, mulailah dari lingkungan keluarga sendiri. Perhatikan pola asuh yang tepat bagi anak-anak kita, pahami kepribadian masing-masing anggota keluarga. Apabila terjadi perselisihan, upayakan untuk senantiasa mendiskusikannya dengan tangan terbuka dan kepala dingin. Jangan pernah membiarkan masalah itu mengendap sekian lama dalam alam bawah sadar kita sebab itulah letak bahayanya. Selain itu, penting bagi kita untuk selalu membentengi diri dengan terus menjaga kedekatan kita terhadap Tuhan, memperbaiki ibadah-ibadah kita, terus melatih diri agar memiliki akhlak yang baik, rajin-rajin istighfar dan berzikir saat tertimpa musibah dan berusaha untuk saling menguatkan satu sama lain.
Semoga kita dijauhkan dari syaitan ya ... aamiin
No comments:
Post a Comment
Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.