Sunday, December 1, 2013

SOMATOFORM DISORDER

Adakah yang sering ngeluh merasa punya penyakit berbahaya atau mematikan padahal sudah didiagnosa ternyata nggak ada abnormalitas dari segi medis? Atau, adakah yang sering bolak-balik ke rumah sakit lantaran punya sikap yang terlalu peduli pada kondisi tubuhnya? Waspada gejala somatoform disorder ya!

Apa itu somatoform disorder atau gangguan somatisasi? Gangguan somatisasi adalah gangguan yang bersifat psikologis, tapi tampil dalam bentuk gangguan fisik yang melibatkan pola neurotik atau didasari oleh anxiety (kecemasan).
Seseorang mengeluh adanya gejala-gejala yang memberikan tanda seolah ada masalah fisik, tapi pada kenyataannya nggak ada landasan medis atau organis yang ditemukan. Seseorang yang mengalami gangguan ini secara tipikal dikuasai oleh pikiran mengenai kondisi kesehatannya. Jadi, simtom somatik yang dirasakan merupakan cerminan atau manifestasi dari masalah-masalah psikologis yang dialami. Dan, biasanya, rasa sakitnya itu dirasakan berpindah-pindah, hari ini bisa jadi kepalanya sakit terus ngira dia terkena kanker otak, besok-besok bisa berpindah punggungnya yang sakit, kakinya atau bagian lain. Selain itu, individu tersebut biasanya memunculkan keyakinan bahwa penyakit yang dideritanya adalah sakit yang tidak sederhana, melainkan parah atau mematikan.

Nah, untuk klasifikasinya, gangguan somatoform ini terbagi menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut:

1. Somatisasi, ditandai dengan keluhan-keluhan ganda menyangkut penyakit fisik untuk periode yang lama. Biasanya, gangguan ini muncul pada usia kurang dari 30 tahun.

2. Hypochondriasis, ini merupakan salah satu gangguan yang sering dialami orang atau yang paling sering ditemukan. Ditandai dengan keluhan-keluhan ganda mengenai kemungkinan ia menjadi sakit, yang pada dasarnya itu karena terlalu pedulinya ia terhadap tubuhnya. Ini sering terjadi pada usia muda. Keluhan hipokondrial ini tidak terbatas hanya pada pola gejala yang bersifat faali, tapi juga dalam bentuk ketakutan akan menjadi sakit yang tidak realistis. Seringkali ditemukan individu yang mengalami gangguan ini cenderung terbiasa membaca artikel atau buku-buku kesehatan bahkan seolah lebih pintar daripada dokter, sehingga dokter sering kesulitan mendiagnosa penyakit apa yang sebenarnya diderita namun pasien tetap keukeuh dengan argumen tajamnya bahwa ia itu memang sakit. Kalau dalam dunia medis, gangguan ini memunculkan perilaku doctor shopping, di mana individunya sering bolak-balik ke dokter untuk memeriksakan keluhan-keluhannya itu. dalam hipokondriasis ini, ada jenis gangguan lain yaitu malingering. Malingering itu adalah suatu penyakit menyangkut perasaan sakit yang sebenarnya tidak ada tapi lama-kelamaan dia akan merasa benar-benar sakit (pseudopain), dan biasanya individunya membutuhkan sakit untuk tujuan tertentu. Misal: ingin memperoleh perhatian lebih dari orang-orang terdekat atau lainnya. Karena penyakit tersebut terus-menerus dipikirkan, maka tidak menutup kemungkinan, ia bisa menderita penyakit seperti orang sakit sesungguhnya.

3. Somatoform pain disorder, ditandai dengan adanya sakit parah dan berlangsung lama, bisa jadi hingga sekitar 6 bulan tapi tanpa adanya penemuan mengenai penyebab sakitnya.

4. Convertion disorder, ini menyangkut penggunaan tubuh untuk menampilkan rasa sakit. Ini termasuk dalam pola neurotik di mana simtom-simtom kehilangan kontrol atau tidak ditemukan dasar-dasar patologi organiknya. Bentuk yang sering tampil dalam konversi ini antara lain:

a. Simtom sensasi: anesthesia (tidak dapat merasa), highethesia, hyperesthesia (sensivitas yang sangat eksesif), analgesia (kehilangan sensitivitas terhadap rasa sakit), atau paesthesia (sensasi yang khusus)

b. Simtom motorik: muncul dalam bentuk tidak dapat menggerakkan suatu anggota tubuh atau melemahnya pengendalian atas otot, misalnya dalam bentuk tremor atau tik.

c. Simtom visceral: simtom bagian dalam tubuh yang termasuk bagian tubuh yang halus, seperti pada lambung (maag) atau usus.

Sumber:

Wiramihardja, Sutardjo A. 2005. Pengantar psikologi abnormal. Bandung:Refika Aditama.

DSM IV




No comments:

Post a Comment

Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.