Thursday, February 20, 2014

FILTERISASI TAYANGAN DAKWAH DI TV

Beberapa waktu belakangan ini sering baca-baca isu agama yang benar-benar miris, menuru saya.
Baru aja saya membaca ada seorang tukang sihir yang berinisial AM nekat menafsirkan Al-Qur'an. Astaghfirullah. Di salah satu stasiun TV Swasta, dalam program Cahaya Hati, si AM ini tuh mendadak jadi ahli tafsir bin ustaz yang saenak e dewe nafsirin Al-Qur'an. Tayangan ini sempat menuai protes keras di berbagai socmed. Gimana nggak, dalam episodenya, dia sempat bertanya manakah yang lebih wajib dilakukan terlebih dahulu, membaca Al-Qur'an atau shalat lima waktu? Belum lagi, dia menafsirkan lirik lagu Noah yang dikaitkan dengan salah satu surah dalam Al-Qur'an yang mana itu sangat memaksa.



Ckckck...MUI dan jajarannya kudu berjuang keras nih dalam memfilter berbagai tayangan dakwah apa saja yang boleh ditayangkan di TV. Kalo nggak pandai-pandai memfilter, bisa-bisa ummat muslim banyak dicekoki  oleh hal-hal menyimpang yang berujung pada masalah akidah.

Kalo saya pribadi, saya jauh lebih suka nonton tayangan dakwah dari para ustaz maupun ustazah yang emang udah jelas termahsyur di masyarakat seperti Mamah Dedeh, Ust.El-Habsyi, Ust. Maulana dan kawan-kawannya. Kalo misalkan ada ustaz baru muncul gitu, saya nggak begitu pengen nonton. Apalagi, belum lama ini tersiar kabar mengenai salah satu Ustaz yang merupakan pemenang dari pemilihan da'i di TV. Kalian pasti tahu siapa dia. Saya juga nggak mau banyak komentar sih, tapi hahahaha... mata saya mungkin terlalu sensitif kali ya, jadi bawaannya pengen interpretasi "wajah" dan "verbal" orang melulu, hihihi.

Emang sih, ustaz itu adalah predikat yang "sulit". Pertanggungjawabannya bukan hanya pada diri sendiri, lingkungan, melainkan juga langsung pada atasan Maha Kuasa yaitu Allah. Menjadi ustaz, nggak cuman butuh asupan gizi ngupdate hapalan Al-Qur'an, hadits atau bacaan-bacaan islami, tapi juga harus punya EQ yang bagus. Inilah yang masih menjadi masalah pada diri si ustaz yang baru aja diisukan di berbagai infotainment itu.

Kasian juga kalo misalkan dunia dakwah tercoreng oleh berbagai tindakan seperti itu. Tapi, semua kembali lagi pada diri masing-masing. Kita nggak bisa terus-terusan menyalahkan pemerintah atau pihak luar manapun. Yang jelas, kita kudu pandai-pandai menjaga iman. Kudu rajin "minum vitamin penambah iman" biar ketika "penyakit" atau "virus" datang, kita masih bisa berpikir secara logis dan dapat memilih mana yang haq dan yang bathil.

Wallahu a'lam bish showab...


No comments:

Post a Comment

Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.