Boleh kan kalau saya curhat lagi?
Menulis itu memang bisa menjadi salah satu terapi. Satu hal yang saya ingat malam ini, novel. Iya draft novel yang sebentar lagi akan terbit itu sebenarnya adalah hasil dari terapi yang dulu saya lakukan. Yaaa meski memang hanya sebagian kecil cerita nyatanya, tetap saja dulu sempat bikin saya nyesek sendiri.
Selama menulisnya, teman dan sahabat di sekeliling pada sering nanyain, gimana kabarnya dengan tokoh utama laki-laki yang saya tulis dalam novel tersebut? Atau, pertanyaan sejenis yang mengarah pada maksud apakah saya masih berharap akan terjadi sesuatu atau saya justru telah benar-benar membuang "tokoh" itu jauh-jauh.
Sekarang semua telah berbeda. Walau takdir mengharuskan saya bermukim di Malang, tapi alhamdulillaah tak pernah ada tanda atau kejadian apapun yang bisa mempertemukan saya dengan tokoh tersebut. Toh, juga dia sedang tidak di Malang. Yaaa itu info terakhir yang saya tahu pasca KKN dulu.
Hehehe... maaf.. maaf... Saya nggak bermaksud mengingat-ingat ini untuk membuat diri saya galau maksimal. Saya juga tak ingin menyebut namanya.
Memang, tak pernah ada sesuatu yang terjadi antara saya dengan tokoh tersebut. Tapi, apa yang dulu pernah tersurat dalam kenyataan, semua itu adalah ujian dari-Nya. Pertemuan itu adalah ujian pendewasaan diri.
Bagaimana rasanya memendam perasaan selama bertahun-tahun. Bagaimana rasanya dicuekin dan tak dianggap oleh orang yang kita suka diam-diam walaupun itu kita adalah teman dalam sebuah forum. Bagaimana rasanya ketika tahu orang yang kita suka diam-diam ternyata justru mencintai orang lain dan orang lain itu berbeda keyakinan dengannya. Bagaimana rasanya.... Yaah... semua itu memang tidak saya ceritakan dalam novel. Malah sebaliknya. Saya menceritakan kebalikan dari hal-hal negatif yang pernah saya alami di kehidupan nyata. Itu siiih salah satu siasat agar terapi yang saya jalani dapat berjalan lancar.
Alhamdulillaah.. saya bersyukur pernah melalui proses tersebut. Saya bersyukur karena proses self-help therapy yang saya jalani mencapai titik hasil yang signifikan baiknya.
Sudah dua tahun dari 2012 lalu. Sekarang sudah 2014. Tak dirasa, dua tahun sejak move on alias bangkit dan meninggalkan rasa yang tidak jelas ini. Semua berubah total. Yang sama hanyalah pertanyaan-pertanyaan dari teman-teman yang memang ada pula yang tidak tahu kalau saya sudah tak lagi memendam perasaan pada tokoh tersebut.
Ada sebuah pepatah. Cinta itu boleh pergi ke mana saja. Tapi, cinta itu tahu ke mana ia harus pulang karena cinta selalu punya rumah.. Cinta pasti akan pulang ke rumahnya.
Pepatah di atas ini, mungkin ada benarnya. Tapi, untuk saya sendiri, cinta itu ada di luar dan belum pulang-pulang juga. Ke mana yee? ehehe. Saya yakin, tokoh tersebut bukanlah rumah yang hendak saya tuju dan tinggali. Begitu juga sebaliknya, saya bukanlah rumah yang akan dituju serta ditempatinya. Kalau disuruh untuk berubah pikiran kembali menumbuhkan harapan padanya, itu tidak akan saya lakukan. Kenapa? Masa lalu biarlah terbingkai rapi di atas rak masa lalu.
Setelah dua tahun lamanya, novel yang penggarapannya pernah saya harapkan, akan terbit juga. Ending dan sebagian kisah lain di dalamnya memang fiktif alias tak nyata. Saya menuliskannya bukan karena saya berharap akan berakhir demikian. Saat memutuskan endingnya pun, saya harus melawan ego sendiri, mencoba untuk tidak memungut kembali masa lalu. Jadi, jika ada yang bertanya, mengapa endingnya seperti itu. Itu murni dari hasil pemikiran objektif. Tapi jika masih ada yang menganggap itu adalah suatu harapan baru, terserah orang mau bilang apa, itu hanya fiktif yang mungkin tak akan pernah nyata. Lagipula, cuman novel. Jangan terlalu dihayatin akan kenyataan, hehehe.
Aaah.. sudahlaah.
Jika ada yang bertanya, apalah jadinya jika saya dipertemukan sekali lagi dengan tokoh tersebut? Kalau memang ditakdirkan bertemu di jalanan, itu hak Allah. Tapi yang jelas, masa lalu tak berhak sepenuhnya menentukan apa yang akan menjadi masa depan. Ketemu lagi? Cuek aja. Kalau perlu, saya berharap, saat bertemu lagi, masing-masing dari kami sudah memiliki pendamping.
Selamat tinggal...
waa...sudah mau terbit novelnya. blognya bagus mbak. update (pake) banget. semoga bisa bermanfaat novelnya. thx
ReplyDeleteaamiin aamiin makasih ya udah berkunjung ke sini ^^
ReplyDeleteditunggu novelnya ya kaak :)
ReplyDeleteoke oke Muthi ^^
ReplyDelete