Friday, January 30, 2015

GURU BAGI BUAH HATI

Hari ini karena lagi halangan, udah beberes-beres trus bosan mau ngapain. Akhirnya baca-baca aja. Meskipun dalam bentuk ebook, tapi saya udah baca berkali-kali. Niatnya sih bisa memetik ilmu sekaligus mudah-mudahan ada yang nancep gitu di hati dan pikiran biar kelak bisa mengamalkan.

Buku yang saya baca adalah Parenting Nabawiyah karya Ust. Budi Ashari, Lc (Host Khilafah Trans7). Salah satu bagian penting yang membuat saya tertarik untuk menulisnya adalah poin mengenai anak. Ini bagian yang udah pernah saya baca tapi saya lupa, jadi saya baca lagi dan baru saya ngeh. Saya baru menyadari apa yang saya baca ini secara kebetulan sama dengan salah satu misi rahasia yang pernah saya tulis.

Apakah misi saya itu? Salah satu misi saya ketika berkeluarga nanti adalah ingin menciptakan generasi cinta Al-Qur'an. Ini pas banget sama kisah Umar bin Abdul Aziz yang saya baca itu. Gini ceritanya....

Pada Jumat dini hari, sebelum masyarakat datang berkunjung, seperti biasa Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan semua anaknya. Sekadar informasi, beliau itu punya empat istri dan anaknya berjumlah 17 orang. Duuh masyaallah sweet seventeen gitu ya jumlahnya hehe. Ketujuh belas anaknya itu pun berkumpul bersama Umar. Ada Ishaq, Ya'qub, Musa, Abdullah, Bakar, Ummu Amar, Ibrahim, Abdul Malik, Walid, Ashim, Abdullah, Abdul Aziz, Yazid, Zayyan, Aminah dan Ummu Abdullah. 

Setelah semuanya berkumpul, Umar pun memulai tadarrus Al-Qur'an. Dimulai dari anak tertua kemudian dilanjutkan oleh adik-adiknya. Jadi, semuanya membaca Al-Qur'an secara bergantian. Sementara itu, Umar menyimak bacaan Al-Qur'an dari anak-anaknya dengan khidmat, ta'dhim dan sungguh-sungguh.

Subhanallah ya punya ayah sekaligus suami seperti Umar bin Abdul Aziz. Udah tahu beliau kerjaannya banyak, agenda reformasinya dan kiprahnya dalam pemerintahan juga sangat banyak. Walaupun demikian, Umar selalu nyempatin waktu bagi anak-anaknya. Selain itu, walaupun Umar juga sudah memilihkan guru-guru terhebat untuk mengajarkan keilmuan atau apapun, beliau justru tetap merasa sangat perlu terjun langsung, menciptakan waktu berkualitas untuk mendidik serta melihat perkembangan keilmuan sang anak.

Kenapa saya mengelu-elukan sosok Umar dalam cerita ini? Saya pikir, sudah jelas jawabannya dari uraian di atas. Anak menuntut ilmu itu penting untuk kelangsungan hidupnya, agar anak bisa mandiri. Memasukkan anak ke lembaga pendidikan, baik itu sekolah negeri, swasta, homeschooling, pesantren atau lainnya itu juga penting. Tapi, peran orangtua juga nggak kalah penting. Orangtua kudu memantau apa saja yang dipelajari anak. Kalau perlu, contohilah Umar. Beliau bukan hanya sekadar mengajari tapi juga mendidik dengan tetap tidak melepaskan unsur-unsur ruhaniyah di dalamnya. Salah satunya dengan mengajarkan anak untuk membiasakan diri mengkaji Al-Qur'an, memberikan pemahaman atas apa yang dipelajari dan mengajak anak untuk mengamalkannya di kehidupan sehari-hari. Alangkah indah bukan bila anak-anak kita nggak cuma cerdas soal ilmu pengetahuan umum, melainkan juga dalam ilmu ruhaniyah. Biar gimanapun, Al-Qur'an itu adalah pedoman hidup yang seharusnya kita pelajari dan tanamkan sejak dini pada anak-anak.

Hebat nggak tuh kalau kita punya anak yang hafidz dan hafidzah. Walaupun misal orangtuanya cuman bisa hapal 1 Juz, anak-anaknya harus bisa lebih dari itu. Bukan cuman itu. Efek jangka panjang dari penanaman cinta Al-Qur'an pada anak ini masih banyak, terutama dari segi akhlak. Pasti pada ngiri kan pengen punya anak yang udah pandai ngaji, pelajari Al-Qur'an lebih mendalam trus mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari,. Betapa indahnya melihat akhlak-akhlak shalih/shalihah anak-anak kita yang konsisten mempelajari Al-Qur'an. Minimal anak bisa belajar doa untuk ibu bapaknya aja, maka itu bisa jadi modal tertolongnya orangtua dari azab api neraka berkat doa dari anak-anaknya yang shalih/shalihah.

Agar bisa mewujudkan generasi Qur'ani, sejatinya emang harus menciptakan nuansa Al-Qur'an dari lingkungan keluarga itu sendiri. Kalau mau punya anak cinta Al-Qur'an, baiknya ibu bapaknya harus demikian lebih dulu. Kalau ibu bapaknya nggak bisa baca Qur'an, gimana bisa ngajarin anaknya mengaji, gimana bisa maksimal menanamkan ajaran Qur'an pada anak. Sekalipun menyewa guru ngaji handal, bukankah masih lebih baik bila ortunya yang mengajarkan?

Eum kalau dari cerita Umar bin Abdul Aziz di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa Umar adalah sosok yang bisa teladani oleh para suami sekaligus ayah di dunia yang menginginkan generasi cinta Al-Qur'an. Udah bukan zamannya seorang suami atau ayah gengsi ngajarin anaknya sendiri. Kalau perlu, ayah harus lebih pinter daripada guru anaknya di sekolah.

Sebagai penutupnya, Abdullah bin Umar memberi pesan untuk kita, "Kamu harus bersama Al-Qur'an, pelajari Al-Qur'an itu dan ajari anak-anakmu, karena sesungguhnya kamu kelak akan ditanya tentang Al-Qur'anmu dan dengannya kamu akan mendapat pahala, dan cukuplah Al-Qur'an sebagai pemberi nasehat bagi orang yang berakal."

Gimana? Udah siapkah kita menjadi orangtua untuk anak-anak unggulan, generasi pencinta Al-Qur'an? Yuk, kita mulai dari diri sendiri dulu. Selagi masih single, perbanyak belajar Al-Qur'an. Kalaupun nggak bisa mentafsirkan, minimal pandai dan rajin ngaji juga baca dan serap terjemahannya dulu lah ya. Kalau sudah, pelan-pelan apa yang kita serap tadi, diamalkan dengan tulus dalam kehidupan sehari-hari. Bila perlu, sampaikan apa yang kita pelajari itu kepada orang lain. Sampaikanlah walau hanya satu ayat.

Bismillah, semoga kita bisa meneladani sosok Umar bin Abdul Aziz. Bisa menjadi calon orangtua/orangtua yang mampu menjadi guru terbaik bagi buah hati. Aamiin.

*Jujur.. nulis ini, hati jadi ngerasa ada yang ngetuk. Berkaca lagi, perbaiki diri lagi, belajar lebih rajin dan lebih banyak lagi.

4 comments:

  1. sama saya juga berasa tertohok baca tulisan anti...
    smoga kita senantiasa istiqomah.
    generasi ornag tua terbaik! semangt

    ReplyDelete
    Replies
    1. syukron ya ukh udah mampir
      aamiin aamiin
      semoga bisa istiqamah yaa ^___^

      Delete
  2. MasyaAllah. Siapa yang nggak kepingin melahirkan generasi cinta Al-Qur'an. Smoga cita-cita kita tercapai ya ka ^^

    ReplyDelete

Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.