Terhitung 21 September 2015, kami udah mulai terjun ke lapangan a.k.a internship alias Praktek Kerja Profesi Psikologi. Putaran pertama ini saya prakteknya di Malang dulu, tepatnya di SLB Lawang. Dulu zaman S1 Saya udah pernah magang di SLB ini. Nah, sekarang praktek di sini lagi. Enjoy aja sih soalnya lokasinya juga nyaman banget dan pihak SLB pun welcome.
Saya magang di SLB ini bersama dengan dua orang teman. Sebelumnya saya jelasin dulu. Kami itu dipecah menjadi dua kelompok besar. Dua belas orang praktek di RSJ Menur dan tujuh orang di Malang. Ketujuh orang termasuk saya ini dipecah lagi menjadi tiga kelompok dan ditempatkan di tiga tempat berbeda. Saya dan dua teman saya ditempatkan di SLB Lawang. Dua teman selanjutnya di YPAC dan dua lainnya lagi di SLB Dr. Idayu Pakis.
Hari pertama ini, kami janjian sama Supervisor lapangan dari kampus yaitu Bu Ani (btw, ibunya sosialita binggooo dan cuanteeek lagi) serta Bu Nur. Janjiannya sih jam 8.
Saya berangkat dari rumah. Kalo masalah jarak dan waktu sama aja kayak saya berangkat kuliah dari rumah ke kampus, memakan waktu sekitar 30-40 menitan. Jadi, satu jam lebih maju saya udah berangkat dari rumah. Untungnya dari rumah bisa potong kompas lewat Sulfat menuju arah Arjosari untuk nembus ke Lawang. Pagi tadi berangkat jam tujuh. Nyampe pertigaan Arojsari-Lawang maceeeet pemirsaaaah. Jalan udah kayak kura-kura. Ternyata kemacetan disebabkan ada satu tronton mogok di tengah jalan beberapa meter dari Fly Over.
Waaah... rasanya kayak nano-nano. Saya dulu sih udah pernah bolak-balik Lawang juga karena subjek skripsi dulu banyak tinggal di Lawang sama Singosari. Tapi itu masih takut bawa motor. Sekarang mau nggak mau harus PP rumah-Lawang, beradu dengan debu, asap knalpot, terik mentari, bus, truk gandeng, mobil, motor, becak dan segala jenis kendaraan. Syukurnya lokasi SLB berada di kiri jalan jadi nggak perlu nyetir ambil lajur kanan yang notabene harus dengan kecepatan tinggi. Saya akui emang rada cemas kalo udah berhadapan sama jalan besar apalagi yang menuntut kecepatan tinggi ditambah ketemu sama bus dan truk. Kenapa? Dulu pernah kecelakaan, terseret jauh dan nyaris ketabrak truk dari belakang. Itulah masa-masa trauma S1 saya.
Well, lanjut... nyampe sekolah, Ry dan Mba Yu udah nyampe duluan. Beberapa menit kemudian kita nungguin para supervisor baru kemudian masuk ke lobby bertemu sama Bu Sofi (Supervisor di SLB) dan Kepsek. Ternyata Kepseknya udah ganti. Kalo dulu seringnya laki-laki, sekarang ini dapat perempuan. Jadi, masuk ruangan beliau tuh wangiii, ada anggrek macan ungunya pula di atas meja. Kalo zaman saya magang S1, Kepseknya laki-laki dan masuk ruangan tuh berasa bau asap rokok.
Setelah ngobrol bareng Kepsek, Bu Sofi dan para supervisor, kami pun keluar dari ruangan Kepsek. Setelah itu, lanjut keliling ke kelas-kelas sekaligus berkenalan dengan para guru.
Next, kami kumpul lagi di lobby depan bersama dua supervisor. Di situ kami ngobrol-ngobrol mengenai strategi dan apa aja yang perlu kami lakukan selama masa pkpp ini. Kami juga dikasih arahan serta nasehat oleh para supervisor. Tidak berapa lama kemudian, di sela-sela perbincangan muncul salah seorang murid SMPLB. Postur tubuhnya tingi, kulitnya sawo matang dan berjerawat. Dia nyamperin saya sambil menjabat tangan saya dan berkata, "Mbak..."
Saya awalnya canggung sekaligus shock. Kok cuman saya aja yang disamperin. Sampai Bu Ani, salah satu supervisor kami yang sosialita tuh nyeletuk, "Loh, kok cuman satu yang disamperin?" Bu Ani nyeletuk gitu berharap anak tadi tuh denger. Nggak denger ternyata anaknya dan langsung nyelonong pergi.
Murid itu pergi, kami pun lanjut berbincang lagi. Belum ada lima menit kemudian, murid tadi datang lagi. Kok saya lagi yang disamperin. Dia nanya, "Mbak dari mana?" Saya spontan jawab aja, "Saya dari UMM." Anak itu pun pergi lagi keluar dari lobby.
Selang beberapa menit kemudian, datang lagi untuk ketiga kalinya. Lucunya murid tadi menyodorkan kepada saya selembar kertas buram warna putih yang dilipat dua namun dengan satu sisi terlihat sudah robek. Dia bilang, "Minta pin bbm. Nanti tak bbm."
Mendengar murid tadi minta pin, saya sempat linglung kagak tahu mau ngomong apa. Saya pikir minta saya untuk menuliskan nama. Eh nggak tahunya minta pin bbm. Si Ry nyeletuk bantuin jawab, "Bilang aja paketan data lagi nggak ada, Mbak Em." Akhirnya, saya jawab, "Nanti aja ya, Dek." Dia pun pergi dengan tangan kosong dan mungkin sedikit kecewa.
Haha.. pengalaman pertama, belum apa-apa udah ada yang naksir. Astaga. Tapi, kami bertiga senang sih bisa dapat tempat di SLB. Kami pun diberi satu ruang khusus yang bisa kami gunakan untuk keperluan konseling. Ruang kesiswaan di pojok kanan seberang sekolah itu kosong dan biasanya cuma dipakai untuk kebutuhan asesmen aja. Jadilah kami kalo capek bisa istirahat di situ. Ada AC-nya pula.
Kami juga sudah berkenalan dengan psikolog yang ada di SLB tersebut. Namanya Bu Lely. Ibunya ramah dan bisa lah jadi informan kami selama praktek ini.
Tuesday, September 22, 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.