Tuesday, June 20, 2017

APA YANG DILAKUKAN SAAT KESEPIAN?

"Let me tell you this: If you met a loner, no matter what they tell you, it's not because they enjoy solitude. It's because they have tried to blend into the world before, and people continue to disappoint them." 
-Jodi Picoult in My Sister's Keeper- 


-------------

Pernah nggak sih kamu tiba-tiba ngerasa kesepian? Padahal loh ya lingkungan tempatmu berada cukup ramai. Meanwhile, kamu ngerasa trapped by your empty feeling and you don't know why it attacks?

Dulu saya juga pernah merasa kayak gitu. Suddenly, I feel like I've to be even more isolated than before. Entah mungkin itu karena saya yang notabene melancholic person atau karena ada hal lain yang melatarbelakangi perasaan tersebut. Perasaan kosong tersebut membuat saya withdrawal, mengurung diri di kamar, lebih banyak tidur, menjauhi interaksi dengan orang lain terutama di dunia maya (jadi saya bisa tahan untuk tidak aktif di media sosial selama beberapa waktu), menolak ajakan teman untuk hangout, tidak bergairah dan bila saat rasa sepi tersebut melanda dan di saat yang sama saya masih berusaha untuk berinteraksi dengan orang lain namun orang tersebut mengabaikan/mendiamkan/tidak ada timpalan balik, maka saya akan merasa seolah tidak diinginkan, tidak dicintai dan tidak dihargai saat itu juga. 

Ya, saya tahu tanda-tanda dari loneliness jika nggak diatasi akan berakibat fatal. Karena saya sudah bertahun-tahun belajar psikologi, maka saya pun juga tahu bagaimana memposisikan diri. Oleh sebab itu, saat kesepian dan perasaan kosong itu menghampiri, I try to resolve it properly.

Kalau kita membaca dari berbagai buku maupun artikel di web, loneliness atau kesepian itu diartikan sebagai sebuah kondisi dimana seseorang merasa sendiri, tidak diperhatikan, tidak dianggap berharga/penting, tidak dicintai dan disconnected to their environment. Jadi, perasaan kesepian ini merupakan subjective experience, so if the people think they are lonely, then they lonely

Lalu, apa bedanya perasaan kesepian dengan perasaan terisolasi dari lingkungan? Kedua hal ini sebenarnya tidak jauh beda, namun perasaan terisolasi dari lingkungan ini terjadi karena mereka gagal terhubung atau gagal menjalin kontak dengan orang lain. Contohnya itu seperti ketika kita berada di sebuah tempat, kita lagi hangout nih ceritanya. Di sekeliling kita ada banyak teman, namun kita merasa "hampa", yang semestinya kita ikutan nyambung ngobrol sama mereka, tapi tiba-tiba kita merasa kok jiwa kita lagi nggak di tempat itu kenapa ya? Alhasil, kita jadi sulit untuk terkoneksi dengan lingkungan.

On the other hand, perasaan kesepian juga berkaitan dengan intraversi dan depresi. Orang dengan tipe kepribadian introvert cenderung lebih rentan mengalami kesepian serta tidak jarang ada yang bisa sampai pada tahap depresi. Di beberapa literatur juga menyebutkan bahwa orang dengan kepribadian introvert ini punya tendensi anti-sosial.

Baca: TIPE APAKAH KAMU: INTROVERT ATAU EXTROVERT

Perasaan kesepian ini cenderung meningkat ketika memasuki masa penuaan karena pada masa itu seseorang mulai mengalami fase kehilangan atau keterpisahan dengan orang-orang terdekat, anak-anak sudah pada berkeluarga semua sehingga tinggal berjauhan/tidak satu rumah lagi dan nggak jarang ada juga orang usia lanjut yang semakin kurang berminat terhadap kegiatan sosial. Jangankan orang lanjut usia yang masih tinggal dengan keluarga, mereka yang tinggal di panti wredha bisa jadi jauh lebih tinggi lagi perasaan kesepiannya apalagi kalau mereka baru awal-awal dialihkan masuk ke panti wredha. Bukan hanya perasaan kesepian saja, perasaan terisolasi karena terpaksa dialihkan ke panti wredha juga mereka alami.

Ngomong-ngomong soal lanjut usia, tahun 2016 lalu saat saya masih kuliah dan PKPP di Puskesmas, saya punya dua orang klien lansia. Sebut saja Mbah Mawar dan Mbah Melati (nama disamarkan yak). Mbah Mawar ini sudah menjanda dan sebatang kara sejak tahun 90-an. Beliau pernah menikah dan bercerai sebanyak tujuh kali. Usut punya usut, setiap kali menikah, Mbah Mawar akhirnya menggugat dan digugat cerai karena tidak bisa menghasilkan keturunan. Semenjak masih muda, Mbah Mawar ini sehat dan baik-baik saja. Beliaupun pernah memeriksakan kondisi rahimnya ke dokter dan saat itu dokter mengatakan tidak ada masalah. Namun, entah pernikahan yang keberapa gitu ya, Mbah Mawar coba memeriksakan kembali dan dokter memvonis ada masalah di rahimnya tetapi Mbah Mawar lupa namanya apa, yang jelas bukan kanker. Mbah Mawar pun berjuang hidup sendirian. Beliau pun membuka dagangan kecil di serambi rumahnya. Beliau sangat kuat. Tapi, nggak jarang juga sih banyak orang asing datang dan memberikan sedekah untuknya. Beliau juga menjadikan satu kamarnya sebagai kamar kos sehingga cukup untuk makan sehari-hari buat simbahnya. Selama beberapa kali pertemuan, kenapa akhirnya saya nggak menjadikan Mbah Mawar sebagai klien untuk kasus yang saya angkat di PKPP sebab lama-kelamaan simbah tersebut menjadi kurang ramah. Beberapa kali terakhir saya datang, karena saya pikir, saya sudah cukup memberikan konseling, mengingatkannya untuk rutin berobat namun hanya terkadang saja didengarnya, jadi saya juga udah nggak pernah bawa buah tangan tiap ngunjungin beliau. Dan.... kalian tahu respon beliau apa? Pernah suatu ketika saya ke sana lagi dengan seorang teman yang sedang membutuhkan klien lansia dan Mbah Mawar saya rekomendasikan. Namun, Mbah Mawar mengusir kami. Ngusir loh ya. Saya agak nggak enak juga akhirnya sama teman alias adik tingkat saya itu karena sebelumnya, simbah nggak pernah kayak gitu. Mbah Mawar saat itu nyeletuk pakai bahasa Jawa yang artinya kok saya datang terus tapi nggak dikasih apa-apa. Dokter juga bukan, jadi nggak dapet obat, kalau cuman ngomong-ngomong ya nggak usah aja. Pulang aja. Gitu katanya. Nyelekit sih ya, tapi ya sudahlah. Saya juga agak beruntung karena urusan dengan simbah itu sudah selesai. Saya menilainya baik-baik saja dan simbah itu pun merasa udah nggak butuh bantuan saya lagi. Oke, fine.

Mbah yang kedua, sebut saja Mbah Melati. Mbah ini jauh lebih baik, lebih ramah dan lebih kalem daripada Mbah Mawar. Memang sih pas akhir-akhir seusai follow-up, saya juga agak kesulitan menemui Mbah Melati karena beliau akhirnya sudah bisa pergi ke rumah saudaranya yang jauh. Saya kurang tahu di mana. Mbah Melati ini juga mengalami problem yang sama yaitu kesepian. Di DSM-5 memang nggak masuk daftar Gangguan, namun termasuk dalam salah satu problem psikologis yang memerlukan perhatian khusus. Jadi, saya awalnya fix menjadikan Mbah Melati sebagai klien. Setelah beberapa kali asesmen, saya juga menemukan problem lainnya yaitu problem dengan kebermaknaan hidupnya dan yang saya pakai dalam laporan kasus waktu itu adalah problem makna hidup, bukan kesepiannya. Sebab, kesepiannya ini hanya menjadi salah satu akibat dari problem kebermaknaan hidupnya itu. Kisahnya pun lebih memilukan daripada Mbah Mawar. Semasa kecil, orangtua Mbah Melati bercerai. Mbah Melati pernah menikah namun tidak punya anak bukan karena sakit, tapi mungkin memang Tuhan berkehendak lain dengan tidak dikaruniakan padanya keturunan. Saat ini dia juga tinggal dengan kerabat angkat, beda ras dan beda agamanya dengannya. Saat mengunjungi rumah beliau di sebuah gang kecil, saya juga agak miris karena rumahnya tersebut adalah toko. Iya, Mbah Melati dibuatkan kamar di sebuah toko milik keluarga yang mengangkatnya itu. Beberapa cerita darinya juga dari tetangga menyatakan kalau keluarga angkatnya ini kadang bertindak kasar terhadapnya. Mbah Melati orangnya kalem banget jadi kalau dikasari atau dibentak sedikit, pasti beliau kepikiran dan ngerasa pilu. Hal ini juga terlihat di hasil asesmen waktu itu (saya menggunakan alat tes TAT). Oh ya, kenapa Mbah Melati menganggap hidupnya nggak bermakna karena dia dua kali menikah dan kedua suaminya pun meninggal lebih dulu darinya ditambah lagi dengan tidak mempunyai keturunan dan jauh dari saudara-saudara kandungnya. Akhirnya, Mbah Melati merasa kesepian. Beliau jika diamati memang lebih banyak mengurung diri di rumah. Beberapa waktu selama asesmen hingga terapi, Mbah Melati juga susah berjalan karena kaki kirinya reumatik. Untunglah di depan gang rumah ada Puskesmas pembantu (Puskesmas cabang dari puskesmas tempat saya praktek) sehingga simbah bisa kontrol ke dokter untuk mengobati kakinya. Beliau bener-bener sabar. Kalau saya ke sana, nggak jarang simbahnya menangis, menangis bukan karena ingin dikasihani tapi karena sering terngiang-ngiang dengan masa lalu yang pahit ditambah perlakuan keluarga angkat yang kadang kurang baik terhadapnya.

Baca: WALAU INTROVERT, JANGAN JADI PENYENDIRI

Kesepian pun bisa terjadi karena alienasi atau keterasingan. Keterasingan yang dimaksud di sini adalah seseorang yang merasa dirinya berbeda daripada orang pada umumnya, sehingga tidak banyak yang bisa menerima kekurangan serta kelebihan dirinya. Keunikan atau tipe pribadi tertentu juga rentan terhadap kesepian loh. Orang-orang yang jadi korban bully oleh lingkungan, dimana mereka iasingkan dan tidak dianggap juga rentan mengalami kesepian. Sepi karena dianggap tidak berharga, keberadaannya tidak diakui dan malah dianggap sebagai "musuh" atau "sampah" yang hanya bisa diolok-olok dan dibuang.

Baca: STOP BULLYING

Kalau ditanya, ada nggak sih di dunia ini orang yang nggak pernah merasa kesepian dan nggak pernah merasa sendirian meskipun cuman punya sedikit teman? Saya pikir ada dan saya sering bertemu dengan beberapa orang seperti itu. Ada yang memang mengakui kalau dia sulit untuk mencari teman yang bener-bener "teman". Ada juga yang merasa seolah tidak butuh banyak teman karena baginya banyak teman hanya akan semakin menambah banyak masalah. Wow, sadis. Tapi memang ada loh.

Beberapa tahun terakhir juga pernah ada yang mengirimkan email pada saya lalu mereka curhat. Rata-rata mereka itu adalah tipe introvert tapi memiliki self-esteem alias harga diri rendah. Bahkan ada juga salah satu dari mereka mengaku sangat tertekan karena takut bersosialisasi dengan orang lain sehingga hanya mengurung diri di rumah dan hanya keluar saat sekolah/kerja. Di sekolah atau di kantor pun mereka tampak kurang ramah dan nggak jarang gemetar saat harus berhadapan dengan orang banyak.

Orang yang self-esteem atau harga dirinya terganggu ini hampir mirip sih dengan orang introvert, tapi orang yang harga dirinya rendah cenderung merasa sangat tidak nyaman jika dihadapkan oleh situasi sosial yang baginya itu dianggap mencekam/membahayakan sehingga kerap menghindari berhadapan dengan banyak orang apalagi kalau orang-orang yang mereka temui tidak satupun dikenal dan lingkungan tempat mereka berada adalah lingkungan yang baru (baru pertama kali ada di lingkungan tersebut).

Adalah hal umum bila kita mendapati orang-orang yang mengalami kesepian ini terhambat dari segi keterampilan sosialnya, lambat dalam merespon interaksi/menjalin hubungan yang lebih intim dengan seseorang, pasif atau tidak banyak mengekspresikan pikiran, pendapat dan perasaannya di depan orang lain dan nggak jarang juga sih mereka yang kesepian dianggap garing karena pola interaksinya kaku (karena nggak punya cukup pengalaman dalam hal menjalin hubungan yang lebih dekat dengan orang lain).

Baca: MENDAPATKAN TEMAN ITU SANGAT MUDAH, TAPI TIDAK BAGINYA

Penyebab kesepian selanjutnya adalah kondisi dimana seseorang harus tinggal jauh dari keluarga inti. Misalnya saja seorang mahasiswa atau karyawan yang merantau jauh dari keluarga. Seperti halnya saya. Saat awal-awal hijrah dan menetap di Malang, saya merasa sepi karena mayoritas teman-teman saya ada di Parepare dan Makassar. Saya pun semakin sulit menjangkau mereka karean selain jauh juga karena tuntutan kuliah yang mengharuskan saya untuk fokus dan tidak ke mana-mana. Saya pun sewaktu strata satu pernah nggak pulang selama dua tahun. Dua tahun itu saya bener-bener stay di Malang. Menghabiskan waktu di kos. Sesekali saya berkunjung ke rumah mbah di Sawojajar 1 atau mudik ke Madiun seorang diri. Walau demikian saya masih merasa kesepian karena jauh dari keluarga inti: Mama, Bapak, adik-adik dan teman sejawat. Jadi, selama dua tahun itu saya habiskan dengan part time di salah satu lembaga kampus, lebih aktif organisasi, lebih banyak tersita waktu saya untuk mengerjakan tugas-tugas kelompok dengan teman kuliah (yang memang waktu semester itu lagi padat-padatnya) ditambah saya baru sembuh dari sakit (karena ketularan sih jadi mau nggak mau saya pun pernah izin dua minggu nggak masuk kuliah dan nggak bisa pulang) ditambah lagi waktu itu saya kecelakaan (saya izin lagi nggak kuliah selama beberapa waktu karena di atas mata kaki sebelah kanan masih bolong, iya bolong, bener-bener bolong kena aspal jadi harus istirahat total dan tangan kanan pun belum bisa beraktivitas berat karena lukanya cukup serius)

Mereka yang sering pindah-pindah rumah dan pindah sekolah juga rentan mengalami kesepian karena tidak punya cukup teman yang sama untuk bersosialisasi dalam waktu yang cukup. Mereka harus pindah dari satu kota ke kota lain, bertemu terus dengan orang-orang baru dan orang baru yang dihadapi pun belum tentu sejalan dengan pemikiran mereka, belum tentu bisa menjadi teman yang baik buat mereka sehingga mereka bisa saja merasa terasing dan kesepian.

Penyebab terakhir yang sering kita jumpai juga adalah karena status perkawinan. Orang-orang yang belum menikah (karena memang belum bertemu jodohnya) dan orang yang bercerai juga rentan mengalami kesepian. Itu karena manusia kan makhluk sosial ya, yang saling membutuhkan satu sama lain. Seindividualis dan semandiri apapun seseorang, toh juga pasti butuh kehadiran pasangan di sisinya. Ketiadaan pasangan atau kehilangan hubungan perkawinan akibat perceraian ini bisa memunculkan emosi negatif. Ada masa-masanya mereka merasa tidak dicintai, diabaikan, tidak dihargai, tidak dibutuhkan dan tidak..tidak lainnya. Emosi dan pikiran negatif yang lama-kelamaan menumpuk ini bila tidak segera diatasi bisa berbuah menjadi trauma emosional loh, terutama pada orang-orang yang bercerai. Sewaktu strata satu dulu saya meneliti tentang perceraian untuk tugas skripsi saya. Dari hasil penelitian itu, salah satu kesimpulan yang saya peroleh bahwa dari sekian banyaknya proses penyesuaian yang mereka hadapai pasca perceraian, mostly, mereka cenderung fokus untuk mengatasi trauma emosionalnya lebih dulu. Ya, trauma emosional adalah urutan pertama yang mereka perangi setelah kehilangan status perkawinan baik itu cerai hidup atau cerai mati. Trauma menjalin hubungan dengan orang yang baru dan memilih bertahan dalam kesendirian dalam waktu cukup lama dan yang seperti ini cenderung dialami oleh perempuan daripada laki-laki. Salah satu dari klien saya dulu ada yang betah untuk tidak menikah lagi sampai sekarang dan dia perempuan. Kenapa? Karena trauma disakiti. Dia nggak mau salah pilih pasangan lagi, nggak mau dikhianati lagi sehingga memilih untuk being single mother. Padahal ada beberapa orang yang sempat mendekatinya untuk nikah tapi dia memilih untuk say no.

Selanjutnya, faktor kedua yang mereka perangi pasca perceraian adalah perasaan kesepian. Sepi karena harus memulai dari awal lagi, tidur sendiri, kerja banting tulang buat anak-anaknya sendiri dan perasaan kesepian ini lebih banyak dialami oleh laki-laki. Karena nggak mau ngerasa kesepian lama-lama, klien saya yang laki-laki semua memutuskan untuk menikah lagi. Dari hasil penelitian itu sih, klien laki-laki cenderung mudah mengalami depresi kalau sendirian terus akhirnya salah satu jalan praktis untuk mengusir kesepian itu ya dengan mencari istri baru. Tapi, tentunya didasari oleh banyak pertimbangan terlebih karena mereka punya anak, jadi harus nanya ke anak juga, mau nggak nih kalau Papanya nikah lagi. Kalau diizinkan, ya maju, kalau nggak, ya mereka mencoba bertahan walau sulit dan demi menjaga perasaan anak-anak (tapi jarang sih ada laki-laki yang bercerai terus nggak nikah lagi, beda sama perempuan yang tingkat ketahanannya jauh lebih kuat daripada laki-laki. Ini bukan kata saya, tapi hasil dari penelitian saya ya, hehe, biar nggak sok tahu gitu).

Apa sih yang bisa dilakukan saat perasaan kesepian itu datang?
Banyak cara mulai dari yang ringan sampai cara yang lebih serius sih.
❤Bagi yang berkepribadian intraversi, walau memang terbiasa fokus pada hal-hal yang bersifat internal dan menyukai suasana yang tenang dan sepi, tapi jangan menjadi penyendiri. Tetap bergaul seperti biasa. Jika masih sulit bergaul dengan orang lain, minimal keluar rumahlah untuk sekadar menghirup udara segar atau jogging dengan hewan piaraan.
❤Tidak masalah tidak punya banyak teman karena kesepian itu bukan cuman soal banyak atau sedikitnya teman. Orang-orang yang punya inner circle kecil pun, jika dia pandai memposisikan diri dan bisa mengontrol perasaannya dengan baik, maka perasaan kesepian bisa diatasi. Terkadang punya banyak teman tapi kalau nggak bisa nyambung dengan mereka ya kemungkinan perasaan terisolasi itu pasti ada. Jadi, tetap bergaul dengan inner circle yang memang tahu diri kita ini siapa dan kita ini orang yang seperti apa. Setidaknya orang-orang di inner circle kita sudah satu frekuensi dan bisa saling memahami juga saling support saat ada masalah
If at the same time, orang-orang terdekat atau orang tercinta sedang sibuk dengan urusannya sehingga lebih banyak mengabaikan, jangan berkecil hati dan tetap berusaha positive thinking. Mungkin saja mereka punya problem dengan pekerjaan sehingga seluruh perhatian hanya terpusat pada apa yang mereka kerjakan. Saat mereka kurang memperhatikan, maka tugas kita adalah memperhatikan diri sendiri. Sebab, kebahagiaan kita bukan tanggung jawab orang lain. Orang terdekat memang perlu membahagiakan satu sama lain tapi tanggung jawab sepenuhnya ada pada diri sendiri. Jika orang lain kurang memperlakukan kita dengan baik, maka giliran kita yang harus meluangkan waktu untuk mempedulikan kesejahteraan psikologis diri sendiri.
❤Saat kita tiba-tiba merasa inadequate dan disconnected dengan lingkungan, luangkan waktu sejenak untuk menjauh tapi hanya untuk sementara. Renungkan apa sih yang menyebabkan perasaan kesepian dan inadekuasi itu muncul. Mungkin kita sedang lelah atau bosan. Tidak ada salahnya untuk menyendiri sekejap, introspeksi apa saja sih yang harus dan tidak harus dilakukan. Berkreasilah dengan hal-hal baru atau hal-hal yang bisa membuncahkan semangat kita lagi, misalnya membuat kerajinan tangan, mendaki gunung hingga ke puncak bersama teman-teman lama atau lainnya
❤Bisa juga dengan cara menyalurkan bantuan kepada orang-orang yang kurang mampu. Etts.. jangan salah. Membantu orang lain ini selain berpahala juga bisa menjadi obat hati buat kita yang lagi sumpek. Dengan melihat ke bawah, kita jadi berpikir ulang untuk mengeluh. Kenapa? Karena kita sadar kalau masih banyak orang yang penderitaan dan permasalahannya jauh lebih besar dan kompleks dibandingkan dengan perasaan kesepian yang kita alami. Selain itu, kita jadi bisa memperbanyak syukur. Salah satunya juga bersyukur karena masih punya perasaan. Maksud saya, orang yang merasa kesepian kan tandanya masih peka, masih sensitif. Coba lihat orang-orang dengan gangguan psikotik, mereka bahkan sudah terputus kontaknya dengan dunia sekitar dan coba lihat orang-orang dengan gangguan anti-sosial berat, contohnya psikopat, mereka dibilang tidak berperasaan, iya karena membunuh dan merasa puas setelah melakukannya.
❤Jika perasaan kesepian yang dialami sudah memunculkan gejala depresi, maka tidak ada salahnya mencari bantuan pada ahlinya, maybe ke psikiater, psikolog, atau konselor untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
❤Luangkan waktu untuk beribadah lebih khusyuk. Jadikan perasaan sepi ini sebagai momen untuk lebih mendekatkan diri lagi kepada Tuhan. Mungkin selama ini kita terlalu sibuk dengan urusan duniawi dan mungkin juga lupa berdoa pada Tuhan. Dengan adanya rasa kesepian ini mungkin itu adalah cara Tuhan untuk say hello and get we back to Lord. Ya, Tuhan pasti punya maksud tertentu mengapa menimpakan kesulitan dan perasaan negatif pada kita. Bukan karena Dia membenci kita, justru karena rasa sayang-Nya, Dia ingin agar kita meluangkan lebih banyak waktu untuk mengingat-Nya.

Yap, sekian dulu artikel kali ini. Semoga bermanfaat. Yang lagi kesepian, semoga lekas terusir ya rasa sepinya.

2 comments:

  1. Perkenalkan. Saya hawari, S1 elektro.
    Saya punya paper yang saya buat dulu tentang kesepian, judulnya loneliness vs aloneness (kesendirian). Tapi dalam bahasa inggris. Mungkin Kakak bersedia buat diskusi tentang itu?
    Pandangan saya sendiri terkait kesepian sangat berpandangan dari artikel dengan judul, "Loneliness, the Beginning of Romance." <- Recommended, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. hai Hawari, wah terima kasih banyak ya rekomennya, next saya bakal coba nulis itu di sini.
      wah keren ya artikel bahasa inggris, sip sip

      Delete

Makasih banget ya udah mau baca-baca di blog ini. Jangan sungkan untuk tinggalin komentar. Senang bila mau diskusi bareng di sini. Bila ingin share tulisan ini, tolong sertakan link ya. Yuk sama-sama belajar untuk gak plagiasi.