Latepost banget dan baru sekarang ceritainnya. M.Psi alias Magister Psikologi Profesi. Gelar yang alhamdulillah udah saya dapatkan pada 26 April 2017 lalu (tertanggal lulus ujian tesis). Saya juga sudah wisuda pada 20 Mei 2017 lalu. Awesome? Bersyukur tapi kalau dibilang awesome nggak juga sih karena saya lulusnya 3 tahun sedangkan teman-teman lain ada yang 2 tahun dan ada pula yang 2,5 tahun. Dibilang kesal, sempat sih. Saya pun sudah banyak cerita pada postingan sebelumnya gimana cobaan yang saya dapatkan selama pengerjaan tesis. Ada masanya mengeluh, jenuh, malas, marah, sedih, senang, semua campur jadi satu. Mulai dari problem dengan dospem, harus ganti data subjek yang mana sama dengan terjun lapangan lagi, belum lagi hasil penelitian yang berbeda dari hasil sebelumnya dan sempat tidak diterima oleh dospem II dan urusan administrasi yang seharusnya mudah malah jadi diribetkan sama beberapa pihak kampus. Yap, tapi sudah sampai pada titik ini, saya patut bersyukur. Alhamdulillah sudah selesai.
Kalau masih ada yang bertanya kuliah di program magister psikologi profesi itu seperti apa? Kalian bisa scroll postingan terdahulu di Label Psychology . Di situ kalian bisa baca beberapa curhatan saya selama kuliah di mapro.
Sedikit akan saya review kembali. Bagi kalian yang berminat kuliah mapro psikologi, siapkan segalanya. Segala yang saya maksud adalah tentu saja biaya yang tidak sedikit dan tiap universitas range biaya juga beragam. Jika kalian ingin belajar untuk mengikuti tes masuk mapro, as your pleasure. Saya dulu jujur, tidak belajar sama sekali. Waktu itu, saya baru saja memutuskan untuk resign dari pekerjaan sebagai dosen di Parepare lalu menuju ke Malang untuk kuliah lagi. Saat sudah ada di Malang, tiap pagi setiap harinya saya direpotkan dengan beragam urusan masak-memasak untuk mengganti mama yang biasa menyiapkan sarapan buat bapak. Belum lagi, rumah saya juga cukup jauh dari kampus sehingga selama tes berlangsung, saya meminta izin pada bapak untuk menginap di kos teman saya yang dekat dari kampus. Tesnya dilaksanakan pada pagi hari. Saya jelas tidak mau telat dong ya makanya sampai nginap di kos teman. Saat itu kos teman yang saya inapin lagi kosong karena dia pulang kampung dan dia juga sudah lulus mapro lebih dulu (teman kelas saya saat strata satu dulu). Jenis tesnya apa saja. Mungkin tiap universitas beda atau gimana, saya juga kurang tahu. Kalau di UMM, tes masuk mapro ya ada tes TPA (potensi akademik), tes pengetahuan seputar psikologi, tes kepribadian dan terakhir adalah tes wawancara. Waktu itu saya tesnya dari pagi sampai sore hari dan saya kedapetan urutan terakhir wawancara karena saya juga alumni UMM sebelumnya jadi saat wawancara yang ada malah ngobrol lepas sama dosen saya. Sekali lagi, saya tidak belajar, hehehe... Tapi mungkin karena sebelumnya saya juga mengajar di salah satu kampus, jadi beberapa materi umum alhamdulillah masih saya ingat tapi entah bagus atau tidak sih hasil tesnya waktu itu, saya juga tidak tahu :D...
Oh ya, di UMM itu untuk mapronya konsentrasi hanya klinis ya. Jadi, yang nanya apakah PIO atau perkembangan ada di UMM, saya tidak jawab ya hehe karena memang hanya fokus konsentrasi klinis. Konsentrasi lainnya bisa kalian dapatkan di kampus lain, semisal untuk mapro PIO kalian bisa kuliah di Unair dan sebagainya. Rajin-rajin browsing aja. Banyak kok mahasiswa mapro yang juga punya blog dan ceritain kisah-kisah mereka.
Kemudian siapkan fisik dan mental sebab bebannya lebih berat daripada waktu kuliah S1 Psikologi. Kenapa saya bilang bebannya berat? Pertama, jadwal kuliah yang padat mulai dari hari Senin sampai Jumat, dari pagi hingga sore. Matrikulasinya pun biasanya dilangsungkan pada hari Sabtu dan Minggu. Matrikulasi ini akan kalian jalani pada saat pertama kali setelah dinyatakan lulus tes masuk. Matrikulasi ngapain aja? Selama marikulasi, kita belajar bahasa inggris, terus.... dikasih kuliah tamu juga plus psikodiagnostik yang isinya alat tes untuk mapro ya (kalo sains tidak ada psikodiagnostik), hampir semua alat tes yang familiar dipelajari dimulai dari bagaimana cara mengadministrasikannya pada klien, skoring sampai cara menginterpretasi. Gampang kah? Unnnch...unnnch...hahaha kalau saya pribadi, mudah kok, yang sulit itu adalah sesi saat belajar tes Rorscach dan Wartegg, Sulitnya terletak pada skoringnya dan untuk pengadministrasian untuk asesmen klien juga sangat jarang ada yang pakai tes Ro dan Wartegg tapi especially Tes Ro punya kelebihan tersendiri karena cukup dalam satu alat tes ini kita bisa mendapatkan banyak informasi dari klien mulai dari inteligensinya, status mentalnya apakah ada kerentanan abnormalitas, kepribadiannya, gimana dia bersosialisasi dengan lingkungan dan sebagainya. Cuman yang bikin males ya skoringnya itu, karena gak mudah. Walaupun sudah dapat buku manual skoringnya dari kampus, tapi saya pribadi, masih belum berani untuk memberikannya sebagai instrumen asesmen bagi klien kecuali memang diwajibkan untuk memenuhi tugas kuliah yang saat itu disuruh nyari klien dan ngadministrasikan tes Ro itu sih.
Setelah matrikulasi selesai, perkuliahan pun dimulai. Senin sampai Jumat masuk kelas, mendengarkan ceramah dari para dosen. Kalau pengalaman saya di UMM, hanya selama dua semester (semester satu dan dua) kita duduk di kelasnya lebih banyak, selebihnya masih tetap turun lapangan mencari klien dan semester tiga dan empat mulai Praktik Kerja Profesi Psikologi (PKPP).
PKPP ngapain aja? Ini beda dengan Kuliah Kerja Nyata atau PKL ya. PKPP dilaksanakan sebanyak tiga putaran di tiga tempat berbeda. Tempat tersebut antara lain Sekolah SLB atau Lapas, RSJ, dan terakhir Puskesmas. Ngapain aja di tiga tempat itu? Ya praktik dong ya, berhadapan langsung dengan pekerjaan. Pekerjaannya adalah nanganin klien. Jadi, selama PKPP, kami diwajibkan mencari 7 kasus yang nantinya akan dilaporkan secara resmi dalam ujian HIMPSI. Saat praktik berlangsung, pastinya bukan hanya 7 kasus saja yang kita peroleh, melainkan sangat banyak kasus dan diharapkan tetap ditangani semua satu persatu meski ada kasus yang tidak diangkat sebagai 7 laporan kasus. Kasus apa saja yang dicari? Kasus gangguan anak, kasus gangguan dewasa, kasus keluarga, kasus kelompok, kasus komunitas, problem individu anak dan problem individu dewasa. Bedanya kasus gangguan dan problem, yang jelas problem itu bukan kasus gangguan (haha ya iyalah), problem itu ya kasus yang terkait dengan masalah-masalah psikologis tetapi belum masuk dalam taraf gangguan/disorder. Paham kan maksud saya? Ya, pasti paham lah ya. Jadi 7 kasus itu dicari di tiga tempat yang sudah saya sebutkan tadi.
Setelah PKPP, kemudian baru masuk Tesis. Sebenarnya selama PKPP berlangsung, bagi yang sudah ada judul dan konsep yang mantap untuk tesis malah lebih bagus jika bisa dijalankan keduanya. Tapi, bagi yang sanggup sih. Sebab, saya ngerti kok gimana rasanya memikirkan dan mengerjakan tujuh laporan kasus apalagi kalau mau ujian HIMPSI dan dituntut untuk revisi ketujuh-tujuhnya. HUooow... itu saja sudah menyita banyak waktu, kan. Kalau ada yang bilang, aah... itu mah biasa, ah.. itu mah gampil. Ya, silakan saja deh ya dirasakan sendiri. Make sure, jangan goyah selama pertarungan deh ya karena pas masuk PKPP sampai tesis itu, godaannya makin kencang. Godaan apa? Rasa malas, jenuh, lelah, sakit-sakitan dan lainnya. Jadi, kuatkanlah raga dan hati.
Setelah tesis kelar, wisuda deh. Setelah wisuda, menunggu jadwal untuk sumpah profesi yang mana dalam sumpah tersebut, kita dinobatkan secara resmi dengan sebutan Psikolog di belakang gelar M.Psi, dan dari sumpah tersebut, kita akan mendapatkan sertifikat sebutan psikolog serta SIPP (Surat Izin Praktik Psikologi). Jadi, bagi yang mau buka biro, buka klinik, praktik pribadi di rumah atau kerja di manapun bisa karena sudah ada SIPP dan sertifikat tersebut sebagai keabsahannya.
Yak, sekian ya review saya mengenai kuliah mapro psikologi semoga bisa membantu.
NB: Doain ya supaya buku baru saya bisa kelar saya kerjakan. Masih sangat molor karena butuh mood bagus untuk ngerjain. InshaAllah bukunya bisa bermanfaat bagi teman-teman yang masih bingung dan mau nanya-nanya terkait kuliah di jurusan psikologi.
Sedikit akan saya review kembali. Bagi kalian yang berminat kuliah mapro psikologi, siapkan segalanya. Segala yang saya maksud adalah tentu saja biaya yang tidak sedikit dan tiap universitas range biaya juga beragam. Jika kalian ingin belajar untuk mengikuti tes masuk mapro, as your pleasure. Saya dulu jujur, tidak belajar sama sekali. Waktu itu, saya baru saja memutuskan untuk resign dari pekerjaan sebagai dosen di Parepare lalu menuju ke Malang untuk kuliah lagi. Saat sudah ada di Malang, tiap pagi setiap harinya saya direpotkan dengan beragam urusan masak-memasak untuk mengganti mama yang biasa menyiapkan sarapan buat bapak. Belum lagi, rumah saya juga cukup jauh dari kampus sehingga selama tes berlangsung, saya meminta izin pada bapak untuk menginap di kos teman saya yang dekat dari kampus. Tesnya dilaksanakan pada pagi hari. Saya jelas tidak mau telat dong ya makanya sampai nginap di kos teman. Saat itu kos teman yang saya inapin lagi kosong karena dia pulang kampung dan dia juga sudah lulus mapro lebih dulu (teman kelas saya saat strata satu dulu). Jenis tesnya apa saja. Mungkin tiap universitas beda atau gimana, saya juga kurang tahu. Kalau di UMM, tes masuk mapro ya ada tes TPA (potensi akademik), tes pengetahuan seputar psikologi, tes kepribadian dan terakhir adalah tes wawancara. Waktu itu saya tesnya dari pagi sampai sore hari dan saya kedapetan urutan terakhir wawancara karena saya juga alumni UMM sebelumnya jadi saat wawancara yang ada malah ngobrol lepas sama dosen saya. Sekali lagi, saya tidak belajar, hehehe... Tapi mungkin karena sebelumnya saya juga mengajar di salah satu kampus, jadi beberapa materi umum alhamdulillah masih saya ingat tapi entah bagus atau tidak sih hasil tesnya waktu itu, saya juga tidak tahu :D...
Oh ya, di UMM itu untuk mapronya konsentrasi hanya klinis ya. Jadi, yang nanya apakah PIO atau perkembangan ada di UMM, saya tidak jawab ya hehe karena memang hanya fokus konsentrasi klinis. Konsentrasi lainnya bisa kalian dapatkan di kampus lain, semisal untuk mapro PIO kalian bisa kuliah di Unair dan sebagainya. Rajin-rajin browsing aja. Banyak kok mahasiswa mapro yang juga punya blog dan ceritain kisah-kisah mereka.
Kemudian siapkan fisik dan mental sebab bebannya lebih berat daripada waktu kuliah S1 Psikologi. Kenapa saya bilang bebannya berat? Pertama, jadwal kuliah yang padat mulai dari hari Senin sampai Jumat, dari pagi hingga sore. Matrikulasinya pun biasanya dilangsungkan pada hari Sabtu dan Minggu. Matrikulasi ini akan kalian jalani pada saat pertama kali setelah dinyatakan lulus tes masuk. Matrikulasi ngapain aja? Selama marikulasi, kita belajar bahasa inggris, terus.... dikasih kuliah tamu juga plus psikodiagnostik yang isinya alat tes untuk mapro ya (kalo sains tidak ada psikodiagnostik), hampir semua alat tes yang familiar dipelajari dimulai dari bagaimana cara mengadministrasikannya pada klien, skoring sampai cara menginterpretasi. Gampang kah? Unnnch...unnnch...hahaha kalau saya pribadi, mudah kok, yang sulit itu adalah sesi saat belajar tes Rorscach dan Wartegg, Sulitnya terletak pada skoringnya dan untuk pengadministrasian untuk asesmen klien juga sangat jarang ada yang pakai tes Ro dan Wartegg tapi especially Tes Ro punya kelebihan tersendiri karena cukup dalam satu alat tes ini kita bisa mendapatkan banyak informasi dari klien mulai dari inteligensinya, status mentalnya apakah ada kerentanan abnormalitas, kepribadiannya, gimana dia bersosialisasi dengan lingkungan dan sebagainya. Cuman yang bikin males ya skoringnya itu, karena gak mudah. Walaupun sudah dapat buku manual skoringnya dari kampus, tapi saya pribadi, masih belum berani untuk memberikannya sebagai instrumen asesmen bagi klien kecuali memang diwajibkan untuk memenuhi tugas kuliah yang saat itu disuruh nyari klien dan ngadministrasikan tes Ro itu sih.
Setelah matrikulasi selesai, perkuliahan pun dimulai. Senin sampai Jumat masuk kelas, mendengarkan ceramah dari para dosen. Kalau pengalaman saya di UMM, hanya selama dua semester (semester satu dan dua) kita duduk di kelasnya lebih banyak, selebihnya masih tetap turun lapangan mencari klien dan semester tiga dan empat mulai Praktik Kerja Profesi Psikologi (PKPP).
PKPP ngapain aja? Ini beda dengan Kuliah Kerja Nyata atau PKL ya. PKPP dilaksanakan sebanyak tiga putaran di tiga tempat berbeda. Tempat tersebut antara lain Sekolah SLB atau Lapas, RSJ, dan terakhir Puskesmas. Ngapain aja di tiga tempat itu? Ya praktik dong ya, berhadapan langsung dengan pekerjaan. Pekerjaannya adalah nanganin klien. Jadi, selama PKPP, kami diwajibkan mencari 7 kasus yang nantinya akan dilaporkan secara resmi dalam ujian HIMPSI. Saat praktik berlangsung, pastinya bukan hanya 7 kasus saja yang kita peroleh, melainkan sangat banyak kasus dan diharapkan tetap ditangani semua satu persatu meski ada kasus yang tidak diangkat sebagai 7 laporan kasus. Kasus apa saja yang dicari? Kasus gangguan anak, kasus gangguan dewasa, kasus keluarga, kasus kelompok, kasus komunitas, problem individu anak dan problem individu dewasa. Bedanya kasus gangguan dan problem, yang jelas problem itu bukan kasus gangguan (haha ya iyalah), problem itu ya kasus yang terkait dengan masalah-masalah psikologis tetapi belum masuk dalam taraf gangguan/disorder. Paham kan maksud saya? Ya, pasti paham lah ya. Jadi 7 kasus itu dicari di tiga tempat yang sudah saya sebutkan tadi.
Setelah PKPP, kemudian baru masuk Tesis. Sebenarnya selama PKPP berlangsung, bagi yang sudah ada judul dan konsep yang mantap untuk tesis malah lebih bagus jika bisa dijalankan keduanya. Tapi, bagi yang sanggup sih. Sebab, saya ngerti kok gimana rasanya memikirkan dan mengerjakan tujuh laporan kasus apalagi kalau mau ujian HIMPSI dan dituntut untuk revisi ketujuh-tujuhnya. HUooow... itu saja sudah menyita banyak waktu, kan. Kalau ada yang bilang, aah... itu mah biasa, ah.. itu mah gampil. Ya, silakan saja deh ya dirasakan sendiri. Make sure, jangan goyah selama pertarungan deh ya karena pas masuk PKPP sampai tesis itu, godaannya makin kencang. Godaan apa? Rasa malas, jenuh, lelah, sakit-sakitan dan lainnya. Jadi, kuatkanlah raga dan hati.
Setelah tesis kelar, wisuda deh. Setelah wisuda, menunggu jadwal untuk sumpah profesi yang mana dalam sumpah tersebut, kita dinobatkan secara resmi dengan sebutan Psikolog di belakang gelar M.Psi, dan dari sumpah tersebut, kita akan mendapatkan sertifikat sebutan psikolog serta SIPP (Surat Izin Praktik Psikologi). Jadi, bagi yang mau buka biro, buka klinik, praktik pribadi di rumah atau kerja di manapun bisa karena sudah ada SIPP dan sertifikat tersebut sebagai keabsahannya.
Yak, sekian ya review saya mengenai kuliah mapro psikologi semoga bisa membantu.
NB: Doain ya supaya buku baru saya bisa kelar saya kerjakan. Masih sangat molor karena butuh mood bagus untuk ngerjain. InshaAllah bukunya bisa bermanfaat bagi teman-teman yang masih bingung dan mau nanya-nanya terkait kuliah di jurusan psikologi.
Mba, terima kasih infonya! :) sukses terus untukmu, ya Mba. Doakan tahun ini supaya bisa melanjutkan studi Mapro psiko-nya. Aamiinnn
ReplyDeletetERIMAKASIH SHARINGNYA MBAAK,
ReplyDelete