Wednesday, January 30, 2013

SPIRIT FROM FAMOUS PEOPLEs

8:41 AM 0 Comments

Well, Assalamu’alaikum wr.wb. sobatKRIUK ^^

Heum, hari ini alhamdulillah, Parepare cerah berbinar setelah hujan tadi pagi.

Euuumm, jadi kepikiran nih buat beli buku-buku bacaan, terutama buku-buku antologi bareng temen-temen penulis yang udah pada terbit. Tapi, sayangnya, belum cukup dana, hihihi.

Kemarin, sewaktu log in di Twitter, aku dapat mention dari Mbak yang keren bin kocak—> Mbak Galuh—Mbak/kakak tingkat waktu zaman S1. Beliau sempat nge-tag dan mention-in aku Dapur Buku. Dapur Buku itu Self-Publishing baru di bawah pengawasan Bapak Jonru Ginting (keknya familiar deh namanya).

Kata Mbak Galuh, kalau aku pengen bikin buku lagi, bisa contact link Dapur Buku aja (kalo mau indie). Rupanya Mbak Galuh dan Bpk Jonru udah kenal baik. Pantesaaaan..hehehe Open-mouthed smile

Terus, pas aku bilang ke Mbaknya kalau aku belum punya dana buat nerbitin buku sendiri, eeehhhh…eeeh…beliau ngedoain. Subhanallah… Katanya gini," “Semoga cepat diberi kaya dan berkah.”

Aiiihh, so sweet banget Mbaknya. Bukan kalimat doanya yang bikin aku terenyuh, melainkan semangat yang berkobar-kobar dari Mbaknya setelah tahu aku kemarin nyoba nawarin buku solo perdana ke penerbit. Yaaah, emang dasar beliaunya ituuu orangnya semangat bangeeeet! Hehehe….

Semangat dari Mbak Galuh itulah yang menguatkanku. Padahal, biasanya dia lupa sama aku. Hahhaha….mungkin karena dulu pas kuliah, kita cuman ketemu di organisasi aja kali yaah. Hihihi ^_^

Selain itu, Bpk Jonru yang terhormat juga ikutan ngedoain… Ya, ampun keren..keren… Alhamdulillah bisa dapat doa dari orang yang terkenal.

***

Bukan hanya mereka berdua. Ada juga seorang bunda yang nggak lain adalah penulis buku Puzzle Jodoh, si bunda Ida Fauziah.

Pas ulang tahun kemarin, beliau ngirimin foto tumpeng dikelilingi buku P_J (tuuh foto pas waktu beliaunya syukuran). Alhamdulillah dapet semangat lagi dari si penulisnya langsung.

Beliau juga minta aku buat majang foto+komentar about Puzzle Jodoh di fanspage P_J. Uaaah, suatu kehormatan banget bisa kenalan dengan penulis seperti bunda Ida. Yang lebih kereen lagi, aku salut sama beliau. Beliau adalah ibu rumah tangga dengan tiga anak yang masih menggeluti dunia kepenulisan. Meski masih terbilang pemula (pemula karena baru nerbitin buku solo), tapi beliau itu hebat yaah. Seperti bunda-bunda lain yang kutemui di grup IIDN alias Ibu-Ibu Doyan Nulis. Ditambah lagi, bunda Ida itu tinggalnya di Johor, Malaysia.

Uaaaah…pengen rasanya bisa kayak bunda-bunda di IIDN. Bisa keluar negeri dan berkarya dari sana, tapi tetep memberikan kontribusi untuk Indonesia.

Heum,,,alhamdulillah semangat-semangat dari orang-orang terkenal ini insyaAllah, semoga mengantarkanku untuk membuat buku lagi (insyaAllah bila buku solo perdana udah terbit nanti, aamiin).Party smile

Monday, January 28, 2013

TUGAS REVIEW JURNAL EKSPERIMEN

8:00 AM 1 Comments
Ini tugasku waktu zaman kuliah dulu,, semoga bermanfaat^^


JOURNAL REVIEW

Judul : MARRIAGE AND FAMILY THERAPISTS WORKING WITH 

COUPLES WHO HAVE CHILDREN WITH AUTISM 

Julie Ramisch 

Michigan State University 

Latar Belakang : Autisme yang belakangan ini menjadi topik yang menjadi fokus utama media popular, dilaporkan bahwa orang tua dari anak-anak autis berada dalam kecenderungan tingkat perceraian yang tergolong lebih tinggi dari tingkat rata-rata jumlah kasus perceraian yang ada. Namun hal tersebut hanyalah sebuah isu belaka yang tidak dapat dibuktikan secara empiris dan ilmiah. Selain itu, para ahli/peneliti pun mengemukakan bahwa hal tersebut bukanlah salah satu faktor pemicu keretakan rumah tangga. Yang tepat adalah terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi kesehatan dan stabilitas perkawinan di antaranya usia, jumlah anak, jenis kelamin anak, ras, status sosial ekonomi dan sebagainya. Dan untuk masalah orang tua yang memiliki anak yang terdiagnosis autis kemungkinan bisa saja memberikan kontribusi untuk memicu permasalahan dalam perkawinan yang disertai dengan variabel lain dan hal tersebut dapat mempengaruhi persepsi pasangan tentang kehidupan perkawinannya. 

Sayangnya tidak ada penelitian sebelumnya yang mengungkap tentang bagaimana pengaruh penerapan atau pemberian terapi pasangan (terapi keluarga) terhadap keluarga yang memiliki anak autis. Memang terdapat kekurangan informasi mengenai terapi keluarga atau terapi pasangan yang memiliki anak autis, tetapi ada beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan yakni penelitian terkait terapi keluarga dengan orang tua yang memiliki anak berpenyakit tertentu ataupun cacat. Dalam banyak kasus, psikoedukasi merupakan teknik yang paling sering digunakan oleh para peneliti dalam melakukan intervensi kepada para orang tua yang memiliki anak cacat (berkebutuhan khusus). 

Di samping uraian di atas, peneliti pun mengungkapkan bahwa mengasuh anak autis bukanlah hal yang mudah. Butuh sebuah perjuangan dan pengorbanan yang ekstra baik dalam hal perasaan, tanggung jawab, pemenuhan kebutuhan, hingga mengatur emosionalitas antar pasangan agar dapat mengelola tingkat stress masing-masing. Oleh karena itu, peneliti menyusun penelitian dengan cara menyusun teknik terapi baru dengan menggunakan model Double ABCx dari McCubbin dan Patterson. Teknik tersebut dijadikan sebagai instrument terapi untuk membantu para terapis secara efektif dalam menanggulangi permasalahan yang terjadi antar pasangan khususnya untuk menangani tingkat stress yang dialami pasangan yang memiliki anak autis seperti kasus yang terjadi pada keluarga Jamie&Maria yang memiliki anak autis bernama Adam 



Teknik/Terapi : Penelitian tersebut menggunakan berbagai pendekatan yakni menggunakan pendekatan model Double ABCx yang pertama kali dikembangkan oleh Hill (1949, 1958) yang kemudian diadaptasi dan dimodifikasi oleh McCubbin dan Patterson. Model ini dijadikan sebagai alat yang dapat membantu terapis untuk dapat menilai dan membuat panduan treatment yang tepat pada pasangan yang memiliki anak autis. Hal-hal yang dapat diungkap melalui terapi ini adalah (A) stressor dan tekanan, (B) kemampuan keluarga untuk memperoleh dan memanfaatkan sumber daya manusia dan masyarakat untuk mengatasi tekanan, (C) definisi dan persepsi keluarga terhadap situasi untuk dapat memberikan makna dan menyusun strategi untuk mengatasi permasalahan yang ada, dan (X) krisis (proses adaptasi). Model ABCx tersebut sedikitnya juga merupakan terapan dari focused solution therapy. Selain itu, dikombinasi dengan teknik couples therapy. 

Hal-hal yang dilakukan terapis di antaranya : 

1. Melakukan asesmen dan intervensi untuk mengatasi stressor ; terapis diharapkan mampu membantu klien (pasangan) untuk membuat spesifikasi terkait stressor yang muncul yang mana memberikan kontribusi besar dalam sistem keluarga. Pasangan (orang tua) diminta untuk menuliskan daftar masalah apa saja yang dialami pada selembar kertas. Setelah itu, terapis membantu mengarahkan mereka untuk fokus pada masalah yang ada dalam daftar tersebut. Kemudian, membantu pasangan dalam mengkomunikasikan permasalahan tersebut antara satu sama lain. 

2. Melakukan asesmen dan intervensi tentang sumber daya. Maksudnya, terapis harus memiliki kompetensi dan wawasan yang luas mengenai topik permasalahan yang menjadi fokus pasangan. Dalam hal kaitannya dengan masalah autis, maka terapis harus mempunyai sumber-sumber relevan (referensi) tentang autis yang sekiranya bermanfaat bagi pasangan tersebut. Di samping itu, terapis memberikan waktu luang pada pasangan dan meminta mereka mencari referensi tentang penyakit autis dari berbagai media maupun internet. Ketika mereka telah memperoleh sumber-sumber referensi yang relevan maka hal ini dapat dijadikan sebagai langkah pijakan untuk mengetahui pelayanan pendidikan yang terbaik dan sesuai untuk mewadahi anak mereka yang terdiagnosis autis. Terapis juga dapat memberikan rekomendasi kepada pasangan untuk tetap menjaga kesehatan hubungan perkawinan mereka. 

3. Melakukan asesmen dan intervensi untuk coping. Terapis dapat meluangkan waktu dengan pasangan suami istri untuk membahas kemampuan atau strategi coping untuk mengatasi masalah tekanan yang dialami. Terapis membantu mereka agar dapat berpikir realistis sehingga dapat menerima diagnosis yang menyatakan bahwa anaknya positif autis, memberikan support kepada mereka agar dapat keluar dari rasa frustasinya, dan membantu mereka dalam mengembangkan sense of self agar dapat memahami anaknya secara lebih mendalam, dan terakhir adalah terapis membantu pasangan tersebut untuk bekerja bersama-sama dalam mengatasi / memecahkan masalah dan menata serta mengelola kembali sistem keluarga mereka (beradaptasi dengan baik satu sama lain) demi mencapai “stronger relationship” di antara suami, istri dan anak. 



Analisis kesimpulan : Terapis dan orang tua perlu untuk percaya bahwa ada harapan untuk masa depan dan bahwa semua keluarga memiliki potensi untuk beradaptasi positif ketika seorang anak didiagnosis dengan autisme. Terapis memiliki potensi untuk menjadi aset penting untuk fungsi keluarga dan kesejahteraan. Melalui pendekatan Double ABCx dalam couples therapy ini dapat membantu pasangan untuk dapat bertahan hidup dan memberikan pencerahan terkait pemahaman tentang autism. Sehingga akan berdampak positif pada keluarga dalam mengelola stress yang muncul dan membantu mereka untuk merencanakan strategi ke depannya serta memberikan evaluasi secara keseluruhan.

Sunday, January 27, 2013

REVISI *AGAIN

10:58 AM 0 Comments

Ya Allah, baru liat web-nya, alhamdulillah untung diingatkan lagi terkait penggunaan software rujukan buat file tulisan Arab. School

Insya Allah, hari ini bakal revisi naskah lagi. Ganti dengan software rujukan. Semga bisa rampung hari ini juga dan insya Allah besok akan segera dikirim.

Bismillahirrahmanirrahim

Hasbunallah wani’mal wakil ni’mal mawla wani’man nashiir…

Fainnama’al ‘usri yusron innama’al ‘usri yusron

KEEP FIGHTING, KEEP WRITING, KEEP SMILE, KEEP GIVING, KEEP TRYING, KEEP RESOLVING, KEEP PRAYING, KEEP SMILEWinking smile

Saturday, January 26, 2013

MAU COBA OBSERVASI?

6:37 PM 2 Comments

 

Assalamu’alaikum wr.wb.

Jumpa lagi bersama aku admin d’Paresma si penggila hijau ^__^ hehe. Well, kali ini Emma mau sharing sedikit mengenai salah satu mata kuliah "paling heboh” di Psikologi. Yap, “OBSERVASI”.Red heart

 

Ada yang tahu, apa itu observasi?

Ada yang mau jawab?

Yap, RIGHT!

Observasi itu adalah suatu proses mengamati overt behavior (perilaku yang tampak) seseorang/subjek.

Nah, langsung aja yah. Mari kita bahas mengenai beberapa poin yang penting dalam observasi. Eitts, tapi bila ditanya, sumbernya dari mana, ini bukan dari literatur, melainkan yang kutulis di sini adalah catatan kuliah (apa yang kutulis) dari apa yang kudengar melalui dosen. Work

Well, capcus….!

Apa yang diobservasi?

  1. Berdasarkan tujuan/variabel yag menjadi target.
  2. Ekspresi verbal, non verbal, respon verbal/non verbal perilaku terhadap stimulus, atau kemunculan indikator tertentu.
  3. Level observasi itu dapat berupa aspek khusus dari perilaku individu atau kelompok dan situasi/proses.
  4. Waktu (kapan, kecepatan, durasi), lokasi, penampakan eksterior (cara jalan dan cara berpakaian), gaya bahasa (intonasi dan pilihan kata).

Gampangnya yang diobservasi itu adalah…

  1. Penampilan fisik (tinggi badan, berat badan, warna kulit dsb).
  2. Gerakan tubuh.
  3. Ekspresi wajah.
  4. Pembicaraan.
  5. Reaksi emosi (eg. memukul tembok).
  6. Aktivitas yang dilakukan ( berjalan, duduk dan lainnya yang dianggap penting.

Proses observasi

  1. Alat
  2. Observer
  3. Hal yang perlu diobservasi
  4. Langkah dalam observasi
  5. Pencatatan lapangan
  6. Sumber-sumber kesalahan dalam observasi

Strategi observasi

  1. Checklist notation: Time sampling, Event sampling, Field unit analysis
  2. Narrative type: Diary, Specimen, anecdotal record
  3. Rating scale

Nah, kita pecah aja yaa poin yang di atas ini.

Catatan harian (diary)

  • teknik observasi yang melibatkan pencatatan perubahan/perkembangan baru ataupun perilaku baru dari subjek yang diamati.
  • pencatatan longitudinal: berulang-ulang, subjeknya sama dan dalam jangka waktu tertentu.
  • observer harus selalu dekat atau mempunyai kontak yang konstan dengan subjek amatan.
  • penggunaannya dalam studi kasus (kasus spesial) maupun kasus ethologis (misal: penelitian pada binatang yang tak dapat berbicara kemudian hasilnya diterapkan pada human).
  • kelemahannya: terdapat masalah generalisasi, sebab sedikitnya subjek amatan yang mampu diamati maka sangat sulit untuk menggeneralisasikan hasilnya pada subjek yang lebih luas, bias seleksi (kehilangan keterwakilan sifat fakta), bias obervasi (dalam reliabilitas dan obejktifitas interpretasi menjadi kurang maksimal), waktu dan sumber daya terlalu banyak sehingga tidak efisien.
  • kelebihan: memberi gambaran proses perubahan dan perkembangan seiring waktu secara jelas dan detil, merupakan gudang yang kaya akan data.

Anecdotal records

  • pencatatan naratif
  • observer mencatat hal-hal penting
  • tidak fokus hanya pada satu subjek atau kelompok dan tidak terbatas pada kemunculan perlilaku baru.
  • pencatatan dilakukan sesegera mungkin pada tingkah laku yang istimewa.
  • harus mencatat secara teliti apa dan bagaimana kejadian, BUKAN berdasarkan OPINI.
  • tidak membutuhkan spesifikasi waktu tapi kapanpun perilaku yang menarik itu muncul, tidak bergantung pada setting lingkungan (dapat dilakukan di mana pun) pada subjek berbeda dan dalam waktu yang berbeda.
  • waktunya sangat lama

Time sampling

  • mengobservasi cara-cara orang bertindak dalam jangka waktu tertentu, lalu menuliskan kesan umumnya
  • pengamatan terhadap perilaku tertentu (sesuai tujuan observasi), ada interval waktu yang telah ditentukan (kemunculan perilaku, frekuensi, durasi).
  • observer menghentikan penyelidikannya lagi pada saat yang lain dengan cara sama seperti sebelumnya
  • poinnya ada pada—> perbedaan waktu.
  • subjek diamati dalam kurun waktu tertentu
  • perilaku yang diamati dianggap sampel dari PL sehari-hari
  • kategori dari PL (perilaku) yang akan diamati harus ditetapkan sebelumnya.
  • berkaitan dengan pengukuran, sebab memungkinkan observer melakukan penghitungan terhadap PL yang muncul (terkait frekuensi dan durasi suatu PL).
  • kelemahan: kehilangan gambaran kontinuitas, kehilangan konteks serta sifat-sifat naturalnya.

Event sampling

  • pengamatan berfokus pada pencatatan kejadian dan PL penting yang diamati pada situasi tertentu.
  • keunggulan: efisiensi untuk mengurangi waktu observasi dan dapat dirangkum serta dianalisis statistik dengan mudah.

Checklist

  • daftar yang berisi nama-nama subjek dan fakta yang hendak diselidiki.
  • tujuan: mensistematisasikan catatan observasi.
  • observer menyusun struktur observasi dengan memilih dan mendefiniskan PL sebelum observasi dilakukan sehingga tinggal memberikan tanda cek.
  • melihat kehadiran PL yang dianggap penting
  • tidak memberikan informasi tentang durasi, frekuensi dan kualitas PL.
  • digunakan pula pada Time sampling dan Event sampling.
  • keunggulan: strategi simpel dan relatif mudah, merekam dengan cepat dan efisien, keterampilan yang dibutuhkan observer relatif sederhana, setelah dilakukan pencatatan terhadap PL dapat ditambahkan catatan tertentu, mudah diolah dalam proses kuantifikasi.
  • kelemahan: informasi yang diperoleh sedikit, kurang mendalam, tidak ada informasi ttg waktu.

Rating scale

  • observer membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi tsb direkam dalam bentuk nilai tertentu (angka) sebagai refleksi dari penilaian observer.
  • didesain untuk mengukur kuantifikasi impresi dari pengamatan.
  • penilaian kuantitatif tentang terjadinya PL atau bagaimana PL ditampakkan.
  • menjadi mudah dan cepat untuk memaknakan kesimpulan dari impresi yang diperoleh.
  • dapat mengukur ciri sifat dan PL yang tidak dapat diungkap oleh strategi lain
  • metode asesmen >metode deskriptif
  • dapat sebagai perekamana on the spot, ada juga yang tidak.

Yah, itulah secarik catatan di binder ungu (warna khas psikologi) milikku. Heum, yang pastinya mata kuliah observasi merupakan mata kuliah paling rempong dan bikin kepo sejagad. Mau tahu alasannya kenapa? Observasi itu kan memerlukan ketelitian dan kejelian. Selain itu, menuliskan hasil observasinya tidak semudah menulis “cerpen”.

Dalam proses pencatatan hasil observasi harus mendeskripsikan sangat dan sangat detil apa dan bagaimana suatu perilaku itu terjadi/muncul. Hasil deskripsi itu tuh yaa adalah area paling sensitif bagi observer. Salah satu huruf aja, bisa berakibat fatal dalam interpretasinya.

Contohnya aja nih ya: TERSENYUM. Kalo di matkul observasi tuh nggak boleh ditulis “tersenyum” melainkan WAJIB dan KUDU dideskripsikan perilaku tersenyum itu gimana. Seperti ini nih deskripsinya: kedua sudut bibir tertarik ke kanan dan kiri dengan posisi kedua bibir sedikit membuka dan gigi sedikit tampak.

Wuuuuft! Kalo masih bingung, mending kamu coba ikutan mahasiswa psikologi kuliah aja deh. Haha.

Contohnya nih ya (ini kuambil dari tugas kelompok observasiku yang ADUHAI MENGGEMASKAN), cekidot:

JUDUL : NEW MOON

SUBJEK : Kristen Stewart

DESKRIPSI SUBJEK : Subjek adalah seorang wanita muda yang memiliki ciri-ciri berambut panjang bergelombang berwarna kecoklatan, berkulit putih, berbadan cukup tinggi kurang lebih 175 cm dan langsing, memiliki hidung yang mancung, memiliki mata yang tidak terlalu bulat dan tidak pula sipit.

DESKRIPSI DATA :

a. Setting 1 : di dalam sebuah mobil

Subjek ( Bella ) sedang berada di dalam sebuah mobil berwarna kuning keemasan. Bella mengenakan pakaian berwarna hijau tua, memakai celana berwarna hitam berbahan jeans, subjek mengenakan sebuah cincin di ibu jari sebelah kanan. Bella duduk di jok depan sebelah kanan. Di sebelah kirinya, ada seorang wanita bernama Alice yang sedang memegang stir mobil.

Bella bersandar pada jok kursi. Tangan kanan ditekuk ke atas sedikit menyamping ke kanan dan kelima jari tangan kanan dirapatkan dan diletakkan di atas kepala bagian depan di permukaan rambut, posisi punggung tangan kanan sedikit menonjol ke atas sehingga punggung persendian jari-jari pun sedikit naik. Kemudian diikuti dengan tangan kiri diayunkan ke atas agak serong ke kiri dan jari-jari tangan kiri diletakkan pada kepala bagian depan, dengan posisi jari kelingking, jari manis, jari tengah, dan ibu jari dilipat / ditekuk ke dalam dan telapak tangan kiri sedikit menyentuh dahi sebelah kiri. Siku tangan kiri hampir menyentuh lutut kirinya yang dinaikkan ke atas.

Tatapan mata Bella mengarah ke kiri bawah, alis sebelah kiri sedikit naik. Bibir atas dan bawah membuka. Selang beberapa detik kemudian, pandangan mata mengarah ke sebelah kanan bawah. “ Kenapa mereka semua pakai baju merah ?” tanya Bella pada Alice dengan tangan kanan masih ditekuk ke atas agak serong ke kanan dengan posisi ibu jari sedikit dibuka dan ditekuk, sedangkan telapak tangan keempat jari lainnya merapat masih menyentuh kepala bagian depan (seperti posisi awal). Tangan kiri masih ditekuk ke atas. Kelima jari sedikit digesekkan ke rambut dengan posisi jari ditekuk ke bawah, ujung jari menyentuh rambut dan punggung jari menonjol ke atas. Kemudian Alice menjawab, “Hari festival San Marcol. Mereka memperingati hari pengusiran vampire dari kota. Ini rancangan yang sempurna. Volturi tidak akan membiarkannya pergi jauh untuk menampakkan dirinya.”Beberapa detik setelahnya, posisi tangan kanan dan jari-jari tangan kanan maupun yang kiri masih dalam posisi sebelumnya. Bibir atas dan bawah menutup (dirapatkan). Pandangan mata masih mengarah ke bawah (kedua bola mata agak bergeser ke kanan). Lalu siku tangan kanan agak dinaikkan lagi ke atas, dahi sedikit berkerut dan bibir bawah dan bibir atas sedikit terbuka. Jari-jari tangan kiri sedikit digerakkan dengan rambut sedikit tertarik. Mata memipih dengan pandangan mata mengarah ke kiri. Lalu, setelah itu, pandangan mata diarahkan lagi ke arah kiri bawah. Bibir atas merapat pada gigi bagian atas dan bibir bawah sedikit terbuka hingga gigi bagian bawah tampak. Bella berkata pada Alice, “ Kita punya waktu 5 menit.” Kedua pipi Bella tampak kembang kempis dan mengeluarkan suara seolah mendesah. “Aku tahu Bella, tarik napas,”timpal Alice. Lalu Bella membuka pintu mobil.

Gimana udah lumayan jelas kan contohnya. Heum heum heum. Bagi kamu yang merasa hobi menulis dan menyukai hal detil pasti nggak kerepotan kok kalo berhadapan dengan matkul ini. Hehehe.

 

Oke, sampe sini aja dulu yaah. Kapan-kapan dilanjutin lagi.

 

Wassalamu’alaikum wr.wb

Salam dari admin d’Paresma: Paresma Elvigro (calon psikolog, belum S2 soalnya hehe) ^___^

     
     

ANALISIS KASUS PATOLOGI ANAK

7:30 AM 0 Comments

Contoh Kasus 1 (sumber: googling website kesehatan)

Dear dokter,Anak saya sekarang berumur 2,10 th. Kronologisnya waktu masih 22 bulan anak saya belum bicara, hanya 3 kata saja. Kemudian saya bawa ke psikiater di surabaya dan disarankan untuk cek lab baik darah dan feses,hasilnya Pb 201,36 ug/L, Cd 4,56 ug/L, Hg 2,17 ug/L dan + candida pseudotropicalis. Anak saya diberi obat untuk jamur dan piracetam untuk otak, setelah sebulan, perkembangannya lumayan bagus, sudah bisa 40-50 kt dan kosakata terus bertambah, kemudian semua obat saya hentikan karena saya pindah ke jakarta. Seiring waktu ,anak saya berumur 2,6 th namun perkembangan untuk menyusun kata belum maksimal hanya bisa 2 kata dan komunikasi belum 2 arah. Namun, meski tidak pernah tes IQ, tapi memori anak saya cukup kuat, dia sudah bisa mengenali warna,bentuk,binatang,buah,sayur,huruf, nomor dan hafal semua objek dalam memory card yang saya belikan serta daya imajinasi yg tinggi. Indikasi perilaku lain, tidak bisa diam, kurang konsentrasi dalam bermain, tidak fokus (sering jatuh dan menabrak kalau berjalan),cuek, tantrum, dan jalan kadang jinjit. Melihat indikasi ini, saya menduga anak saya adhd dan berinisiatif terapi herbal ke klinik akupuntur H dan menjalani diet ketat terutama gluten,kasein,msg dll. alhamdulillah dalam waktu 2 minggu perkembangan pesat sekali, sudah mulai 2 arah, dapat menyusun hingga 6 kata ,mulai konsen pada permainan yang diberikan, hiperaktif, cuek dan jalan jinjit berkurang serta mudah diarahkan, namun timbul masalah baru sekarang anak saya agak trauma dengan terapi yang dijalankan,sehingga saya hentikan meski hingga saat ini obat jalan terus. Yang saya tanyakan, apakah tanpa terapi okupasi dan wicara anak saya dapat berkembang optimal dan adhd dapat hilang jika dewasa hanya deng an obat saja? sampai kapan anak saya harus diet? Akankan gejala lain seperti suka berguman,meracau dan tidak bisa berhenti bicara sendiri bisa hilang? Apakah gejala2 yang saya sebutkan tadi termasuk autistik atau hanya adhd?