Hmm, lagi pengen cerita aja. Mungkin ini sudah sering didengar. Coba kamu lihat tukang parkir itu dan...coba kamu belajar darinya. Punya banyak mpbil dan motor berjejeran di mana-mana tetapi dia tetap rendah hati dan menganggap bahwa itu semua hanya titipan. Ya, seperti itulah "rona kehidupan dunia" ini. Semua yang ada di sekeliling kita bahkan yang melekat pada diri kita adalah titipan yang suatu saat akan kembali pada Sang Pemiliknya.
Erhhmm, zaman sekarang memang banyak sekali kita temukan juru parkir, entah itu di kampus (khususnya kampusku yang punya lahan parkir lumayan banyak), di mall-mall, di resto-resto dan tempat-tempat komersial lainnya. Meskipun demikian, tidak jarang pula aku 'nemuin tukang parkir yang resek dan seenaknya sendiri bahkan yang tidak sopan hingga yang mematok ongkos parkir terlalu mahal. Begitulah. Namun, di balik itu semua, flashback lagi, aku teringat oleh seorang bapak tukang parkir yang selalu mangkal di depan Restoran Asia di kota Parepare, tempat tinggalku. Sudah lama sih, pas pulang liburan kuliah setahun apa dua tahun yang lalu, aku masih sempat bertemu dengan bapak itu. Usianya mungkin sudah sangat renta. Hmm. Restoran Asia itu adalah salah satu tempat makan favorit keluargaku di waktu weekend atau kalau mama lagi gak masak di rumah. Dulunya pun kantor tempat bapakku bekerja (dulu namanya bank Bumi Daya tapi udah tutup sekarang) dan dekat pula dengan area pasar senggol bagian belakang yang biasanya buka di malam hari dan letaknya sejurusan dengan restoran itu. Acap kali makan di sana atau berkunjung ke kantor bapak atau nemenin mama belanja sayur mayur, aku selalu bertemu dengan juru parkir yang selalu mengawasi mobil-mobil yang parkir di depan restoran tersebut. Setiap kali bapak parkir, beliau selalu memberi uang lebih dari ongkos parkir biasanya. Itu waktu saya masih SD lho ya. Sekarang karena sudah dua tahun saya tidak pulang, jadinya belum tahu lagi apakah bapak tua itu masih ada atau sudah tidak bekerja lagi. Entah mengapa, aku sangat kagum pada bapak tua itu. Di umurnya yang sudah renta, beliau masih semangat untuk mencari nafkah untuk keluarganya. Beliau pun bekerja dengan jujur. Walaupun terik atau hujan, dia tetap menjaga parkiran bahkan pernah aku melihat si bapak kedinginan karena hujan. Terkadang bapakku suka ngobrol dengan bapak tua itu. Orangnya pun sangat humoris dan ramah. Walaupun pekerjaan hanya sebagai tukang parkir, tetapi bagi dia, itu adalah pekerjaan halal yang bisa dia lakukan daripada mencuri atau mengemis. Kalau si bapak itu nggak masuk kerja, bapakku dan orang-orang di sekitar restoran itu kadang suka nyariin. Oh..rupanya, si bapak itu pernah sakit sehingga dia tidak masuk kerja. Aku juga sering melihatnya batuk-batuk dan badannya semakin kurus.
Aku pikir, si bapak tua itu adalah satu-satunya tukang parkir favorit dan yang paling baik di kota tempat tinggalku. Sudah berpuluh-puluh tahun beliau tetap setia menjadi juru parkir di area itu. Aih, aku jadi rindu sama bapak tua itu. Apakah beliau masih hidup? Aku juga tidak tahu. Hmm mengingat usianya sudah semakin renta. Semoga keluarganya senantiasa diberi nikmat dan keberkahan oleh Allah SWT atas jasanya yang tak ternilai itu. Amiin..