Sewaktu menonton reality show Hitam Putih beberapa bulan yang lalu, Deddy Corbuzier selalu menyatakan bahwa kita nggak perlu susah-susah mikirin gimana caranya membahagiakan atau berbuat sesuatu untuk orang lain/orang banyak dulu deh. Tapi, bukankah manusia yang lebih mulia adalah yang bermanfaat untuk orang lain? Tapi, setelah kupertimbangkan sekali lagi, benar juga pernyataan Bung Deddy itu.
Terkadang, kita terlalu sibuk dengan dunia luar, terlalu sibuk mengurusi apa dan bagaimana tanggapan orang lain terhadap diri kita hingga itupun membuat tenaga kita terkuras habis untuk memenuhi "permintaan orang lain". Hal ini memang baik, tapi baik bagi mereka yang telah mampu menyeimbangkan antara kebutuhan dirinya dengan kebutuhan di luar dirinya. Bila salah satunya terlalu tinggi dan yang lain terlalu rendah, itu sedikitnya akan memberikan keburukan bagi kita.
Bagaimana kita bisa menerima orang lain, membahagiakan orang lain bila kita tidak mencoba memberikan kedua hal itu untuk diri sendiri? Lalu, banyak yang mengeluh, saya bisa mencintai orang lain melebihi mencintai diri sendiri, atau saya bahkan tidak tahu bagaimana mencintai diri sendiri, saya merasa terlalu buruk untuk dicintai. Pemikiran seperti ini pasti pernah menghantui kita, iya kan? Manusia itu sejatinya adalah baik, tapi memiliki kecenderungan lebih besar untuk memandang dan menilai hal-hal negatif baik dalam maupun di luar dirinya.
Sudah berulang kali kita mendengar nobody is perfect. Tapi, kita tidak pernah mendengar akan ada seseorang yang berani mengatakan bahwa I'M SO PERFECT and EVERYBODY IS PERFECT. Itu karena, kita sudah terlalu banyak dikotak-kotakkan oleh mainstream yang beredar di sekeliling kita. Kenapa aku bilang bahwa We're perfect? Di sinilah area di mana kita diajak untuk melihat betapa banyaknya anugerah, nikmat dan kelebihan yang disematkan Allah untuk kita. Coba lihat diri kita! Kita bisa bernapas, berhasil dilahirkan ke dunia, memiliki keluarga/orang-orang yang sangat peduli pada kita, punya panca indera yang lengkap, tangan untuk makan dan bekerja, kaki untuk travelling ke manapun kita suka, otak untuk berpikir mana yang baik dan buruk dan semuanya. Coba lihat lagi! Apa kita sudah benar-benar yakin kalau kita itu memang tidak sempurna akibat kelemahan-kelemahan yang ada pada diri kita? Tidak!! Justru, kelemahan itu juga merupakan kelebihan kita, bahkan kelebihan yang paling terkuat dan terhebat daripada kelebihan lainnya.
Bukankah hal di atas setidaknya sudah mampu membuat kita mencintai diri ini?? Coba tengok ketika kita mencintai seseorang atau sesuatu yang membahagiakan, bukankah mereka pun setidaknya memiliki kesempurnaan nikmat yang juga diberikan pada kita? Ya! Kesempurnaan itu akan terwujud dengan membiasakan diri untuk senantiasa bersyukur. Sedikit atau seberlimpah apapun nikmat itu, itu adalah bentuk kesempurnaan yang diberikan pada kita. Kita adalah sempurna. Saat hidup, kita terlahir dengan sempurna. Kita menjalani hidup dengan kesempurnaan nikmat-Nya. Saat usia kita telah mencapai kata wafat pun, itu berarti kita telah sempurna, hidup kita telah sempurna dari awal hingga akhir.
So, terimalah dirimu dan cintai dirimu terlebih dahulu sebelum mencintai apa yang ada di luar dirimu.
Hidup ini terlalu indah dan terlalu singkat, bila hanya terisi dengan pemikiran akan ketidaksempurnaan material yang ada. Berpikirlah bahwa kita adalah makhluk yang paling sempurna di antara makhluk lainnya. WE'RE TOO SPECIAL TO REGRET
"Dan, kesempurnaan itu selalu hadir dengan kita membiasakan diri untuk bersyukur. We are too special to regret." (Yanuarty Paresma Wahyuningsih)
subhanallah....
ReplyDeletejadi makain sadar kalau sebenarnya kita itu sempurna... :)
makasiih mba ;)
yap sama-sama ^____^
Delete