Soal makan 'fast food' yang orang cap sebagai 'junk food' mungkin bagi saya tidak seberapa sering. Dulu, saat masih sekolah, kalau misalkan lagi liburan pasti trip ke Makassar, nginap di hotel tapi soal makan, kita punya tempat tongkrongan wajib keluarga yaitu GELAEL. Di lantai dua swalayan itu kita bisa pilih jenis makanan sesuai selera, ada fast food ada juga yang tradisional. Seringnya, kami milih makanan yang tradisional ala-ala rumahan.
Beda lagi kalau sedang berkunjung, cuci mata ke mall. Terkadang banyak gak sreg dengan aneka panganan yang dijajakan di food court sehingga pilihan terakhir yaitu ke KFC atau CFC deket-deket mall.
Kalau pizza, pasta/spaghetti dan kawan-kawannya, jujur saya belum pernah makan (dulu... katrok banget ya). Kenapa? Bukannya apa-apa, pertama kali makan burger waktu kecil pun, cuma roti+kejunya saja yang saya lahap, sedang dagingnya saya pinggirkan dan buang ke tempat sampah. Itu karena sejak kecil, saya memang tidak suka aroma daging golongan 'merah' dan tidak mau memakannya.
Waktu makan di PH mall MATOS. Zaman kuliah semester satu, masih unyu bin cupu :D |
Kemudian, setelah masuk kuliah, mulai lah jalan-jalan lagi ke mall. Lihat plang Pizza Hut ala mall, jadi pengen nyobain, gimana rasanya. Namun, sekelebat keinginan itu sempat tertepis karena yang biasanya saya lihat di iklan-iklan, yang namanya pizza itu pasti ada campuran daging atau kalo nggak gitu ada sosis daging sapinya. Akhirnya, tidak jadi.
Tapi, ketika itu saya bertiga dengan sahabat, sepulang kuliah mampir ke mall, saat lapar, karena gak sreg dengan menu yang ada di food court, akhirnya tercetus ide dari salah seorang kawan yang mengajak makan di PH. Saya jadi 'cemas'. Ya, cemas karena saya takut orang-orang akan menertawai saya yang akan meminggirkan daging-daging di pizza itu.
Mau tidak mau, dan saya pun penasaran, oke saya setuju untuk makan di PH bersama kedua sahabat saya. Sesampainya di PH, teman saya yang memesan menu. Saat membaca menu, saya baru tahu kalo pizza itu ada juga varian toping ayam dan jamur. Lalu, saya merequest paket hemat dengan memilih salah satu pizza bertoping jamur dan potongan ayam saja, sementara kedua temen saya tentunya memilih yang original (pake daging sapi).
Kami pun mencicipi. Saya saat itu benar-benar gemetar. Baru pertama kali makan 'fast food' asal italia itu. Melihat menu yang dihidangkan, sempat saya berpikir untuk menebak ingredients dari pizza itu. Ada yang toping jagung dengan potongan ham cincang, ada juga toping ayam dan jamur seperti yang saya pesan, keju mozarella, sedikit lada hitam, garam, paprika merah kuning hijau, bawang bombay ditambah selai pasta tomat di atas roti yang elastis dan entah apa lagi. Lalu, hati saya meledak, "MASYAALLAH, APA SEHATNYA? SAYUR CUMA PAPRIKA. UNTUNG ADA LELEHAN KEJUNYA. KALAU TIDAK, SAYA OGAH MAKAN KAMUUU!!"
Tidak hanya itu, saya pun mulai menuangkan sedikit saus tomat dan sambal botol serta taburan lada ke atas potongan pizza saya. Saya makan itu demi menghormati kedua sahabat saya. Untungnya makanan halal loh ya, andai itu haram, saya gak mungkin bela-belain ikut mereka makan di situ.
Lalu, pizza toping vegetarian pun habis, ludes dibagi tiga (Lha wong pizza yg dipesen mini, ya jelas cepet habis sekali lahap). Dan, rupanya, masih tersisa satu pizza utuh dengan toping jagung campur cincangan daging ham. Salah seorang sahabat saya memang rada lelet kalo makan, suka ngubek-ngaduk makanannya dulu. Jadi, kami berdua nungguin dia sambil minum minuman soda itu (mungkin itu hanya campuran sprite sama sirup kali ya).
Lalu, kedua teman saya mulai memotong dan memakan pizza itu. Saya hanya melihat mereka sambil menahan eneg dalam hati. Melihat daging ham yang begitu merah saja sudah membuat saya psikosomatis. Syukurnya tidak sampai mual/muntah di tempat itu. Ya, dan semua hidangan pun habis, kami pulang dan saya bersyukur, tidak disuruh makan pizza yang tadi.
Ini sih masih mending ceritanya. Untuk kali kedua makan di PH pusat Malang, terjadi adegan yang menurut saya 'bullying' secara halus. Waktu itu kebetulan hujan deras, sementara saya, dua sahabat saya yang saya ceritakan di atas, ditambah satu sahabat saya lagi yang waktu itu tidak sempat ikut kami ke mall, kakaknya sahabat saya, teman kuliah dari kakak sahabat saya dan satu lagi teman kos salah satu sahabat saya.
Tiba di PH dalam keadaan mengenaskan, sekujur tubuh basah. Kalo tidak datang juga tidak enak karena kami diundang makan gratis sama salah satu sahabat saya (yang saya bilang tidak ikut di mall itu, sebut saja Ra). Kebetulan, Ra lagi ultah dan dia janji untuk mentraktir kami bertiga makan. Lalu, sekalian saja, kakak Ra dan teman kakaknya juga si Tha teman kos si Din, juga ada si Pu dan saya sendiri.
Lampu tiba-tiba mati, dan kami bertujuh berasa seperti candle light dinner. Sore yang gelap karena tertutup mendung, dingin, ditambah baju basah semua lengkap jadi satu di meja besar itu. Lama menunggu lampu menyala, akhirnya kami pindah ke meja yang lebih comfortable dari sebelumnya. Menu sudah dipesa (tentunya terserah si pentraktir).
Di sinilah, terjadi bullying terhadap saya. Ra memang juga memesan mini pizza vegetarian untuk saya dan semua. Tapi, ketika tersisa satu pizza lagi dengan toping ham, si Din, Pu, Tha dan semuanya melihat saya lalu menyuruh saya menghabiskan pizza itu. Tadinya, saya cuman ambil sepotong namun toping ham-nya saya 'cabut' semua dari roti itu sehingga yang tersisa hanya jagung, paprika, sosis, dan bawang bombaynya. Lalu, salah seorang sahabat dan temen kosnya nyeletuk, "Kok gak dimakan Ma, dagingnya? Enak tau!" Akhirnya, saya jujur aja kalo saya nggak suka. Namun, si Din bilang ayo dimakan, mubazzir loh kalo gitu. Di sinilah, hati saya meledak sepuluh kali lipat. Antara takut mubazzir dan ketidaksukaan pada daging merah mulai teruji. Hmm... suka tidak suka, semua meminta saya untuk memakannya, kalo tidak habis, mereka nggak bakal pulang. OH ALLAH....
Dengan gemetar, saya ambil garpu dan pisau, saya iris pelan-pelan dengan wajah manyun. Kemudian, sebagai bentuk penghormatan saya untuk si pentraktir makan itulah moment paling menegangkan di mana saya harus makan daging merah. Tentunya saya tidak mau melahapnya begitu saja. Agar bisa benar-benar ikhlas memakannya, saya mencari solusi. Satu potong pizza terakhir yang disuguhkan ke saya itu saya cocol dengan sambal botol dan lada yang cukup banyak. Bisa dibilang seperti makan sambal. Dengan begitu, saya melahapnya dan langsung menelan tanpa menikmati gigitannya. Lalu, saya tenggak air putih dan cola hingga habis dan terakhir mendesah panjang, serasa lega baru keluar dari kandang macan.
Jujur, dari cerita ini, saya benar-benar tidak merecommend diri saya untuk mengonsumsi fast food semacam itu, khususnya yang pake daging. Kalo pun ada yang vegetarian, tentu saya akan memilih yang benar-benar ada kandungan gizinya, kalau perlu belajar bikin sendiri.
Bukan hanya pizza dkk tetapi juga mie instant. Mie instant seperti indomie dan kawan-kawannya sudah saya hentikan. Saya berhenti mengonsumsi itu kurang lebih sejak semester lima. Awalnya dikurangi, namun, saat dokter memvonis saya terkena radang lambung, maka saya menghentikannya secara total hingga sekarang.
Jadi, kalo misalkan disuruh jawab, apakah makan fast food, junk food dan semacamnya itu enak? Mungkin bagi orang memang enak, tapi buat saya cukup menyiksa. Menyiksa perut saya yang memiliki maag. Bukan cuman makanan seperti itu, minuman pun, saya tentu memilah-milih.
wkwkwkwk.. Ada2 aja yaa. Kalau boleh tau kenapa Emma anti daging?? Aya mau makan apa aja, ASAL, ga ada lagi warna darah di dagingnya, entah itu ayam maupun daging sapi. Kalau masih ada, maka dalam waktu yang lama Aya ga akan mau makan itu, kecuali Mamak yang masak di rumah, karna Aya yakin dan selalu lihat proses mamak memasak..
ReplyDelete^^, Aya juga engga kebayang kalau liat makanan di TV2, yang dagingnya masih merah2 udah dimakan T.T hiks
hehehe maksudnya daging merah itu jenis golongan daging sapi, kambing dan sejenisnya, kalo daging putih itu ikan dan ayam, :)) bukan pobia sih tp pernah makan waktu kecil cuma g tau knpa perut gak bisa nerima, lgsung mual dan muntah, pnh nyoba jg makan sate kambing ttp muntah,daripada menyakiti diri lbih baik gak usah makan hehehe,, enak ya jd orang yg bs makan semuanya, aku ga gitu mungkin bs dibilang vegetarian, lbih suka sayur daripada daging, kalo ikan ato seafood lain aku paling doyan^^
Delete