Kemarin, saya baru aja selesai nonton drama mandarin Love Strategy dengan pemeran Pangeran Yeol tercinta a.k.a Kim Jeong Hoon :D hehe. Nah, trus, spontan saya update status, "Iii pangeran Yeol tambah chubby."
Tidak lama kemudian, hadirkan komentar dari seberang sana. Tepatnya dari adek angkatanku kuliah dulu. Sebut aja namanya Bagus. Si Bagus nulis gini, "Katanya ngambil sisi positifnya aja =.=." Dengan emoticonnya kayak gitu, gimana saya nggak sensi. Lalu, saya chat lah dia. Frontal saya bilang, "Kok sensi terus sama saya dari dulu?" Dia balas, "Letak sensinya di mana?"
Heum, okay langsung to the point aja. Beberapa hari belakang selama nonton Love Strategy, saya sempat nulis hikmah apa aja yang bisa dipetik dari film tersebut. Trus, tahu-tahu saya bikin status memuji pangeran Yeol, eehhh... anehnya si Bagus sensian. Setelah saya tanya lebih jauh, dia jawabnya gini, "Ya, bukannya ana ngelarang antum nonton drama Korea, Mandarin atau lainnya. Tapi, antum ini kan bentar lagi jadi public figure. Antum ini kan seorang penulis untuk remaja muslim juga, jadi sebaiknya statusnya rada konstruktif dikit lah buat mereka."
What???!!! Public figure??? Jujur, pikiran saya belum nyampe sana dan nggak nargetin bahwa saya jadi penulis untuk bisa jadi public figure kayak Asma Nadia, OSD dan sebagainya. Awalnya saya dikit kesal sama Bagus. Haduuuh, kumat lagi tingkah dewasanya tuh anak. Trus saya curhat lah sama sahabat sesama rohis semasa kuliah yang memang juga Bagus adalah bagian dari kami.
Ya, saya tahu. Maksud si Bagus itu baik. Dia memang begitu dari dulu. Kalo dia ngasih kritik atau saran (meski tanpa diminta), itu tandanya dia menaruh kepedulian pada orang itu. Masya Allah. Segitunya ya. Bayangkan, punya adek tingkat kayak dia yang kadang berlagak lebih dewasa tapi juga kadang nyebelin selayaknya adek pada umumnya. Belum lagi, dia itu selalu kesal kalo saya panggil "Adek". Haduuuhh,, ya ya saya ambil sisi positifnya aja ketika dia berlagak dewasa.
Kata sahabat saya, memang sih Emma nggak pernah nargetin untuk jadi public figure atau menjadi terkenal. Tapi, bukankah itu bonus. Nah, ketika bonus itu kelak akan datang pada Emma, itu adalah peluang sekaligus ujian yang kudu dimanfaatkan/diperlakukan sebijak mungkin.
Hmm... saya paham. Bahkan udah sangat paham sih bahwa salah satu risiko jadi penulis ya itu, "Terancam terkenal seantero dunia/." Dan, pada intinya saya lah yang harus menjaga sikap serta lisan di jejaring sosial. Sebenarnya, saya nggak mau jadi fake people yang nulis kalimat bijak di jejaring cuma untuk kedok. Tidak. Saya bukan seperti itu dan tidak mau seperti itu. Jadi, ketika saya nulis status just angin lewat seperti tentang pangeran Yeol itu, yaaa itu adalah proses alamiah dalam diri saya.
Susah ya jadi penulis hehehe. Tapi, saya ambil ini sebagai masukan saja. Si Bagus juga bilang, "Yaa gitu kan, berpikir besarlah untuk menjadi besar." Heuum, entah terbuat dari apa otak anak itu. Tapi, saya memang selalu dibuatnya gregetan. Bukan cuman saya, tapi teman-teman satu rohis juga sering dijahilin terutama mbak-mbaknya kayak saya gini. Jadi, kudu sabar dan kalo bisa rada cuek dikit untuk ngehadapin Bagus.
Pada akhirnya, saya menghapus status yang menurut mereka "gak penting" kemarin. Okelah, saya ngaku salah. Nggak salah-salah amat sih tapi memang benar, sebaiknya bikin status yang rada berbobot biar bisa menginternalisasikan kebaikan kepada para pembaca.
Ya Allah, rasa syukur saya pun bertambah. Betapa masih ada ya orang kayak Bagus di dunia ini. Meski caranya yang rada nyebelin, tapi dia sebenarnya sangat perhatian pada saudara-saudarinya. Yaa, terima kasih deh buat kepedulianmu. Kalo ketemu di kampus, semoga kita bisa akur ya, nggak kayak dulu selalu seperti kucing dan tikus, nggak pernah akur. Akur sebentar, tapi nantinya dia nyulutin "api" jahil lagi. Ngeselin kan? Hmm hmm... untuuuung adek saya yang cowok yang nggak kayak Bagus. Ampuuun deh.
Alhamdulillah mbak,,masih ada yang mengingatkan :)
ReplyDeletehehehe iya mbak Dwi -__- yaa walaupun cara ngingetinnya rada aneh bin kepo.. ckckck hehe :D
ReplyDeletetetap ingat
ReplyDelete